OPERASI PENANGKAPAN IKAN PADA USAHA PERIKANAN POLE AND LINE DI PT. PERIKANAN PERKEN UTAMA KENDARI SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENANGKAPAN IKAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Tangkap Longline

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAPAL IKAN PURSE SEINE

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

BAB III BAHAN DAN METODE

Kajian aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

4 KONDISI PERIKANAN TANGKAP CAKALANG DI KAWASAN TELUK BONE

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENANGKAPAN IKAN. Fisheries Department UMM

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL UNIT USAHA PANCING LAYANGAN DI PERAIRAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

III. METODE PENELITIAN

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Penyusun

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

7 KAPASITAS FASILITAS

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

DESAIN PROTOTIPE KAPAL PENANGKAP DI PERAIRAN MALUKU (DESIGN OF FISHING VESSEL PROTOTYPE IN MALUKU SEA)

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Transkripsi:

OPERASI PENANGKAPAN IKAN PADA USAHA PERIKANAN POLE AND LINE DI PT. PERIKANAN PERKEN UTAMA KENDARI SULAWESI TENGGARA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG Oleh : H. SUHARTONO N. PRORAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2004

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari sebahagian besar lautan memiliki potensi sumberdaya laut yang sangat besar dan prospek yang baik sehingga dapat diolah dan dikembangkan lebih lanjut. Potensi sumberdaya laut meliputi perikanan laut yang kaya akan ragam ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi dengan pangsa pasar yang besar di dunia internasional. Dengan demikian Indonesia memiliki kesempatan yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor hasil perikanannya, untuk itu diperlukan metode dan teknik penangkapan yang tepat, maupun usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu dan jumlah hasil tangkapan. Perairan indonesia bagian timur merupakan salah satu alur migrasi ikan, sehingga potensial sebagai penghasil ikan yang cukup banyak. Salah satu daerah penangkapan ikan yang termasuk didalamnya adalah perairan Sulawesi Tenggara. Daerah ini merupakan salah satu sentra pengembangan perikanan yang mempunyai prospek yang cerah dalam pemaanfaatan sumberdaya ikan laut khususnya ikan-ikan pelagis. Pole and Line atau Huhate sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari joran, tali dan mata pancing yang tidak berkait balik. Namun, dalam pengoperasiannya sangatlah kompleks karena memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan target. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan Pole and Line adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Salah satu perusahaan penangkapan yang menggunakan alat tangkap Pole and Line untuk usaha eksploitasi ikan cakalang adalah PT. Perikanan Perken Utama, Kendari, Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu untuk mengetahui metode penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and Line, maka dilakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada perusahaan tersebut. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui secara langsung tentang metode penangkapan ikan dengan alat tangkap Pole and Line Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang usaha perikanan khususnya penangkapan ikan dengan alat tangkap Pole and Line.

METODE PRAKTEK Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan mulai bulan Januari Pebruari 2004 pada perusahaan PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah metode survey yaitu terlibat langsung dalam pelaksanaan operasi penangkapan ikan di armada kapal Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama, Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode yang lain adalah wawancara dengan staf perusahaan dan Nakhoda/ABK kapal Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama, Kendari, Sulawesi Tenggara. Materi Kegiatan Materi Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Usaha Perikanan Pole and Line adalah sebagai berikut : Persiapan Operasi Penangkapan. Pengambilan dan Penanganan Umpan Hidup Penentuan Daerah Penangkapan Ikan. Operasi Penangkapan Ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kapal Pole and Line Kapal Pole and Line yang dioperasikan oleh PT. Perikanan Perken Utama Kendari, terbuat dari kayu besi dengan tempat pemancingan dihaluan kapal. Haluan kapal Pole and Line tersebut di disain khusus, dimana terdapat flying deck yang memudahkan pemancing untuk melakukan pemancingan. Haluan kapal juga didisain agak tinggi sehingga ikan yang tertangkap dapat meluncur turun ke bagian tengah kapal dekat bak penampung hasil tangkapan sehingga memudahkan penanganan hasil tangkapan. Ukuran utama kapal Pole and Line adalah Panjang (L) 16,9 m; Lebar (B) 4,2 m dan Tinggi (D) 1,72 m. Kapasitas muat kapal 23 GT, dengan mesin utama merk Mistsubishi 6D15 berkekuatan 120 PK. Dilengkapi dengan mesin penyemprot air merk Kubota RD55 berkekuatan 5,5 PK dan mesin generator listrik merk Kubota RD55 dengan dinamo berkapasitas 3.000 Watt. Kapal dilengkapi dengan pipa-pipa penyemprot air yang ujungnya dipipihkan untuk memaksimalkan jangkauan semburan air. Pipa ini terletak di haluan kapal dibawah flyin deck atau tempat duduk pemancing. Jumlahnya 8 buah, masingmasing 2 buah di samping kiri dan kanan haluan kapal dan 4 buah di haluan. Bak umpan (live bait tank) terletak pada lambung kapal. Jumlahnya 2 buah dengan ukuran yang sama yaitu panjang 1,5 m; lebar 1 m dan tinggi 1,5 m, serta memiliki kapasitas umpan maksimal 20 ember atau ± 400 liter. Bak umpan merupakan ciri khas kapal Pole and Line. Bak umpan dilengkapi dengan lubang

pemasukan dan pengeluaran air yang berfungsi sebagai sistem sirkulai air. Untuk memperlancar sirkulasi dalam tiap bak umpan maka terdapat satu lubang pemasukan yang dipasangi belahan bambu yang menghadap ke haluan kapal, sehingga air akan masuk bila kapal bergerak maju dan terdapat tujuh lubang lainnya yang dilapisi dengan saringan sebagai tempat keluarnya air. Untuk mengeringkan bak umpan setelah digunakan, maka belahan bambu tersebut diputar menghadap ke buritan kapal, dengan demikian air akan mengalir keluar dengan sendirinya. Selain bak umpan, juga terdapat 1 buah pot umpan sebagai tempat umpan guna memperlancar pelemparan umpan hidup oleh boy-boy. Gambar 1. Palka Penyimpanan Hasil Tangkapan. Kapal Pole and Line ini juga dilengkapi dengan palka penyimpanan hasil tangkapan 1 buah, dengan ukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2 m, dengan kapasitas 2 ton dan 2 buah palka es berukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2 m, dengan kapasitas masing-masing 2 ton dan ditempatkan di atas deck, di depan

ruang kemudi. Palka es tersebut juga bisa digunakan untuk menampung hasil tangkapan jika palka penampung tidak mampu memuat hasil tangkapan. Bagianbagian kapal lainnya adalah ruang kemudi, ruang mesin, tangki bahan bakar yang berkapasitas 1.000 liter, ruang istirahat ABK, bak air bersih, dapur dan WC. Alat Tangkap Pole and Line Alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada kapal penangkap milik PT. Perikanan Perken Utama Kendari adalah sebagai berikut : 1. Joran (Galah) Joran atau galah yang digunakan terbuat dari bambu yang cukup tua dengan tingkat elastisitas yang cukup baik. Panjang joran yaitu 2,5 3 meter, diameter pangkal 2,6 5 cm dan diameter bagian ujungnya 0,5 1 cm. 2. Tali Pancing Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan Polyethilene yang berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu : a. Tali Kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan langsung dengan joran dan diikatkan pada ujung joran, dengan panjang 10 15 cm. b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua ujungnya dibuatkan mata yang berfungsi sebagai penghubung antara tali kepala dengan tali sekunder. Panjangnya 1,5 2 meter. c. Tali Sekunder yaitu tali yang berfungsi untuk mengikatkan tasi (monofilamen) atau kawat baja yang menghubungkan dengan mata pancing. Panjangnya 10 15 cm

3. Tasi atau Kawat Baja (Wire Leader) Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tasi bernomor 100 atau kawat baja (wire leader), tergantung masing-masing pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan langsung pada mata pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik beban dan gigitan ikan. Panjangnya 10 15 cm. 4. Mata Pancing (Hook) Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut bernomor 2,5-2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dengan panjang 3 cm dan diameter 1 cm, yang bagian luarnya dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia dan bulu ayam yang diikat dengan monofilamen (no. 2). Pole and Line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain pada umumnya (Gambar 2). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya ikan pada saat disentakkan. Pole and Line juga tidak menggunakan umpan dimata pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rapia dan bulu ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayodhyoa (1981) bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan umpan, maka dipakai pancing tanpa umpan dan mata pancing ini tidak berinsang (tidak berkait).

Gambar 2. Alat Tangkap Pole and Line Keterangan : a. Joran f. Timah pemberat b. Tali kepala g. Nikel (pembungkus timah) c. Tali utama h. Cincin d. Tali sekunder i. Tali rapia dan bulu ayam e. Tasi/kawat baja (wire leader) j. Mata pancing Rumpon Rumpon sebagai alat bantu penangkapan, dipasang pada kedalaman 500 1000 meter. Rumpon tersebut di disain dengan konstruksi yang sederhana terdiri dari rakit, pemberat, attraktor (pemikat) dan tali temali. Hal ini sesuai dengan pendapat Tampubolon (1983) bahwa rumpon terdiri dari rakit apung yang dipasang permanen dengan jangkar yang mencapai kedalaman sampai 2.000 meter dan sepanjang tali jangkar dipasang daun-daun kelapa atau daun lainnya yang rimbun dan tahan lama di air.

Disain rumpon terdiri atas : 1. Rakit Rakit yang digunakan terbuat dari bambu yang disusun berlapis-lapis, yaitu 3 4 lapis. Batang bambu tersebut diikat 3-5 batang dengan panjang ± 6 meter. Fungsi dari rakit ini adalah sebagai pengapung dan tempat bergantung attraktor. 2. Attraktor (Pemikat) Attraktor atau pemikat yang biasanya digunakan adalah daun kelapa, karena daun kelapa tahan lama dalam air laut. Daun kelapa diikatkan pada rakit dan pada bagian ujung bawah tali pengikatnya diberi pemberat. Disekitar atraktor inilah biasanya ikan-ikan kecil banyak berkumpul untuk berlindung dan mencari makanan, sehingga menarik perhatian ikan besar untuk datang mencari makan. 3. Tali Jenis tali yang digunakan oleh nelayan pada rumpon adalah Polyethilene. Secara garis besar ada dua tali yang digunakan yaitu: Tali pemberat yaitu tali yang menghubungkan antara pemberat (jangkar) dengan pelampung (rakit). Panjang tali pemberat 1,5 2 kali dalamnya perairan dimana rumpon tersebut dipasang Tali attrktor yaitu tali yang digunakan untuk mengikat daun kelapa (attraktor) yang diikatkan ke batang bambu (rakit).

4. Pemberat Pemberat yang digunakan adalah campuran batu-batu gunung dan semen beton yang di masukkan ke dalam drum. Biasanya digunakan 3 atau 4 drum dengan berat total sekitar 2 ton. Gambar 3. Rumpon Yang Digunakan Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Pole and Line. Keterangan : 1. Rakit 4. Tali attraktor 2. Attraktor (daun kelapa) 5. Pemberat 3. Tali pemberat

Menurut Tampubolon (1983) bahwa pemasangan rumpon bertujuan untuk mengumpulkan ikan-ikan kecil dengan maksud supaya ikan-ikan yang lebih besar juga akan datang mendekati dan berada disekitarnya. Adanya ikan-ikan besar seperti tuna dan cakalang yang terkumpul di bawah rumpon tersebut dapat ditangkap dengan alat tangkap Pole and Line. Persiapan Operasi Penangkapan Untuk kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Maka sebelum berangkat ke fishing ground, dilakukan berbagai persiapan baik teknis maupun non teknis. A. Persiapan Teknis Persiapan teknis yang dilakukan adalah memuat bahan bakar (solar) dan es balok. Untuk satu kali operasi penangkapan dibutuhkan 800 1.000 liter solar dan 20 40 balok es, sesuai dengan modal yang tersedia. Persiapan yang lain yaitu pemeriksaan alat-alat penangkapan (Joran, tali dan mata pancing), serok pengambil umpan, alat pelempar umpan (sibu-sibu), pemeriksaan mesin, peralatan navigasi (kompas dan peta pelayaran). Sedangkan untuk penyediaan umpan, biasanya diambil di dekat fishing ground yaitu ± 7 jam atau ± 63 mil perjalanan dari fishing base.

B. Persiapan Non Teknis Persiapan non teknis yang dilakukan sebelum kapal berangkat ke fishing ground meliputi penyediaan bahan logistik (ransum) seperti beras, ikan kering, mie instant, kopi, teh, rokok dan rempah-rempah. Pengambilan dan Penanganan Umpan Hidup Jenis-jenis umpan hidup yang digunakan adalah jenis ikan teri putih (Stolephorus heterolobus) dan teri hitam (Stolephorus zollingeri). Diantara umpan tersebut, umpan yang paling banyak digunakan adalah ikan teri hitam (Stolephorus zollingeri) karena jenis ini tahan lama diantara jenis umpan yang lain. Umpan hidup sangat menentukan keberhasilan penangkapan, sehingga penentuan umpan baik jenis maupun sifatnya harus tepat. Jenis umpan yang baik digunakan dalam penangkapan ikan cakalang harus mempunyai sifat-sifat yaitu berenang cepat menuju permukaan, berwarna perak atau lainnya yang menimbulkan refleksi yang baik di air, segera mendekat kembali ke kapal apabila sudah dilempar dan mempunyai ukuran yang wajar sebagai makanan ikan cakalang. A. Pengambilan Umpan Hidup Pengambilan umpan dilakukan saat tengah malam sekitar pukul 24. 00 02. 00, setelah nelayan bagang melakukan hauling I. Penangkapan umpan dilakukan oleh nelayan bagang dua perahu dengan menggunakan alat bantu cahaya. Umpan biasanya susah didapatkan pada saat bulan purnama. Oleh karena itu alat tangkap Pole and Line biasanya jarang beroperasi pada saat bulan purnama, mengingat susahnya mendapatkan umpan. Daerah pengambilan umpan hidup yaitu di daerah

sekitar Bungku selatan yaitu Perairan Umbele, Perairan Sambalagi, dan Perairan Lamontoli, yang terletak di wilayah Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Pemindahan umpan dari kurungan bagan ke bak umpan di atas kapal dilakukan oleh ABK dengan menggunakan takaran ember ukuran 20 liter, dengan harga tiap embernya Rp. 20.000,-. Tiap kali melakukan operasi penangkapan, biasanya kapal memuat 15 20 ember sesuai dengan kapasitas bak dan modal yang tersedia. Gambar 4. Pengambilan Umpan Hidup Dari Kurungan Bagang. B. Penanganan Umpan Hidup Penanganan umpan hidup perlu dilakukan agar umpan dapat tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan sampai ke fishing ground. Penanganan umpan mulai setelah umpan dipindahkan dari kurungan bagang sampai ke bak umpan di atas kapal. Untuk menjaga agar umpan tetap hidup maka dilakukan beberapa perlakuan antara lain:

Bak umpan dicuci dan dibersihkan dari sisik atau kotoran lainnya yang melekat di dinding bak. Pemindahan umpan dari kurungan bagang dilakukan dengan cepat dan sangat hati-hati. Pengaturan sirkulasi air, sehingga kualitas air di dalam bak umpan relatif sama dengan di luar. Pemberian penerangan lampu pada saat malam hari. Posisi lampu di gantung ditengah-tengah bak dengan jarak ± 30 cm dari permukaan air di bak. Untuk penerangan digunakan lampu pijar dengan daya 5 Watt. Pengeluaran umpan yang mati dari dalam bak dengan menggunakan sibusibu. Hal ini ditujukan agar umpan yang mati tidak turun ke dasar bak dan mengganggu sirkulasi air. Keterangan : a. Tutup Palka Umpan. b. Bambu Berdiameter 10 cm. c. Dinding Penyekap. d. Batas Maksimum Air e. Lubang Pengeluaran Air. f. Lubang Pemasukan Air. Gambar 5. Sistem Sirkulasi Pada Bak Umpan Hidup.

Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang merupakan tujuan penangkapan alat tangkap Pole and Line adalah jenis tuna yang dapat ditemukan sepanjang tahun di perairan Indonesia. Menurut Nontji (1993) bahwa daerah penyebaran ikan cakalang adalah di perairan Bitung, Ternate, Ambon, Sorong dan Waigeo. Ditambahkan oleh Gunarso (1985) bahwa kelompok ikan yang padat sering dijumpai di perairan sekitar Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Kepulauan Maluku dan Irian Jaya. Armada penangkapan Pole and Line milik PT. Perken Utama biasanya beroperasi di Perairan Sulawesi Tengah sekitar Teluk Tolo dengan koordinat 02 0.00 LS 04 0.00 LS dan 123 0.00 BT 124 0.00 BT. Berikut koordinat daerah penangkapan (fishing ground) rumpon dan gerombolan ikan (morong): Tabel 1. Koordinat Daerah Penangkapan Ikan Pole and Line Milik PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara. Daerah Penangkapan Ikan Gerombolan Ikan (Morong) Rumpon I Rumpon II Rumpon III Koordinat 123 0.15 BT dan 03 0.26 LS 123 0.30 BT dan 03 0.15 LS 123 0.30 BT dan 03 0.07 LS 123 0.30 BT dan 02 0.57 LS

Operasi Penangkapan Ikan A. Tenaga Kerja Tiap unit armada penangkapan Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama meiliki 15 20 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pembagian tugas dan tanggung jawab tersebut sebagai berikut : 1. Kapten, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kapal, dan secara keseluruhan atas keberhasilan operasi penangkapan. Seorang kapten kapal harus memiliki pengetahuan tentang pelayaran dan navigasi, pengetahuan tentang kondisi perairan, keadaan angin dan pengetahuan tentang sifat ikan cakalang. 2. Juru mudi, bertugas membantu kapten kapal dalam mengemudikan kapal selama operasi dilaksanakan. 3. Bagian mesin (Bass), bertanggung jawab atas kerja mesin kapal, baik mesin utama maupun mesin bantu. 4. Boy-boy, bertanggung jawab untuk melakukan pengintaian gerombolan ikan, menarik gerombolan ikan mendekati kapal dengan teknik pelemparan umpan, pelemparan umpan, mengatur efisiensi dan efektifitas penggunaan umpan. 5. pemancing, bertugas melakukan pemancingan yaitu dengan memindahkan ikan dari laut ke atas kapal sebanyak-banyaknya, untuk itu seorang pemancing harus memiliki keahlian, kekuatan, kecepatan, ketelitian dan kesabaran. Pada kapal Pole and Line, pemancing dibagi menjadi 3 yaitu pemancing kelas I yang sudah berpengalaman pada sudut kiri dan kanan

flying deck; pemancing kelas II pada bagian depan haluan dan pemancing kelas III agak kebelakang dari haluan. 6. Juru masak, bertanggung jawab terhadap penyediaan konsumsi bagi seluruh crew kapal. Dalam pembagian tugas ini, crew kapal tidak mutlak harus pada posisi tugas dan tanggung jawabnya karena kadang-kadang ada pekerjaan yang memerlukan kerjasama, misalnya pada saat pemancingan, penyediaan konsumsi, dll. B. Pengintaian Gerombolan Ikan Pengintaian gerombolan ikan dilakukan oleh Boy-boy bekerjasama dengan kapten. Pengintaian dilakukan di tempat yang paling tinggi yaitu di anjugan kapal dengan menggunakan alat bantu berupa teropong (Gambar 6). Gambar 6. Pencarian atau Pengintaian Gerombolan Ikan Oleh Boy-boy Cara untuk mengetahui ada tidaknya gerombolan ikan pada suatu perairan yaitu dengan memperhatikan adanya burung yang terbang dan menukik ke

permukaan laut (morong). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, jika yang terlihat adalah burung laut kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan ikan cakalang, jika yang terlihat adalah burung laut yang besar maka di tempat tersebut terdapat gerombolan ikan tuna dan jika yang terlihat adalah burung besar dan kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan tuna dan cakalang. Tanda lainnya yaitu adanya gerombolan lumba-lumba yang di atasnya ada burung yang terbang dan menukik ke permukaan laut, ikan cakalang berlompatan menyambar mangsa, dan menjadi salah satu tanda adanya gerombolan ikan. Adanya riak dan percikan air juga mejadi tanda adanya gerombolan ikan pada suatu perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayodhyoa (1981) bahwa petunjuk untuk mengetahui adanya gerombolan ikan adalah adanya burung-burung yang menukik menyambar ke permukaan laut, ikan yang melompat di atas permukaan atau ikut beruaya bersama kayu-kayu yang hanyut, adanya ikan paus atau ikan hiu dan lain sebagainya. C. Persiapan Sebelum Memancing Pada saat Boy-boy melakukan pencarian gerombolan ikan, pemancing mempersiapkan alat tangkapnya masing-masing dengan menyambungkan tali sekunder yang sudah ada mata pancingnya ke tali utama (main line). Setelah Boyboy menemukan gerombolan ikan, maka Boy-boy segera memberi tahu Kapten dan menunjukkan arah dimana gerombolan ikan tersebut berada, kemudian Boy-boy memperingatkan kepada seluruh pemancing untuk bersiap-siap memancing dan mengambil posisi di haluan (Gambar 7).

Gambar 7. Posisi pemancing di Haluan Kapal Saat Pemancingan Berlangsung. D. Menarik Gerombolan Ikan Ke Haluan Kapal Perairan yang diketahui terdapat gerombolan ikan, di dekati perlahan-lahan dari sisi kiri atau kanan kapal, sementara itu air sudah mulai disemprotkan. Selanjutnya setelah diperkirakan ikan telah berada pada jarak jangkauan lemparan, maka Boy-boy mulai melakukan pelemparan umpan hidup dari sebelah kiri lambung kapal untuk menarik ikan mendekati kapal untuk selanjutnya diarahkan ke haluan kapal (Gambar 8). Posisi kapal memotong arah renang ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sultan (1986) bahwa diusahakan agar pendekatan schooling dari lambung kiri kapal dan penebaran umpan tidak berlawanan arah angin agar umpan tersebut tidak jatuh kembali di atas kapal. Pada operasi penangkapan di sekitar rumpon, ikan dapat di dekati dari arah mana saja tanpa memperhatikan arah renang ikan. Pemancingan di daerah rumpon di

lakukan pada jarak 10 20 meter dari rumpon, karena ikan cakalang berada pada area tersebut. Gambar 8. Pelemparan Umpan Hidup Oleh Boy-boy. Boy-boy memperkirakan waktu yang tepat, kecepatan dan jumlah umpan hidup yang dilemparkan ke laut. Pelemparan ini akan diarahkan ke haluan kapal dimana setiap pemancing sudah bersiap-siap pada posisinya masing-masing. Saat gerombolan ikan telah berada di haluan kapal maka pelemparan umpan dikurangi dalam batas tertentu agar ikan tetap berada di haluan. Gerombolan ikan harus tetap dipertahankan agar tetap di permukaan dengan mempercepat frekuensi pelemparan umpan berikutnya. Pelemparan umpan hidup akan semakin dipercepat dan tidak terputus-putus apabila ikan sudah aktif dan mulai rakus memakan umpan.

E. Pemancingan Pada saat gerombolan ikan cakalang sudah berada di sekitar haluan kapal (area pemancingan), kapal berhenti (diam) namun mesin tetap dihidupkan untuk mengantisipasi berpindahnya gerombolan ikan, sehingga mudah dikejar kembali. Pemancingan kemudian dilakukan dengan menurunkan mata pancing ke dalam air di tengah-tengah semburan air sambil digerak-gerakkan atau disentak-sentakkan perlahan-lahan, sehingga nampak seperti umpan hidup sungguhan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi refleksi atas pancing dan umpan tiruan terhadap penglihatan cakalang. Kemudian pemberian semburan air yang dimaksudkan untuk mengaburkan penglihatan ikan cakalang terhadap mata pancing, pemancing dan kapal. Ikan yang menyambar mata pancing segera di tarik atau disentakkan ke atas, ke arah belakang, kemudian ikan akan terlepas dengan sendirinya dan jatuh di atas geladak kapal (Gambar 9). Pada saat penarikan ikan diusahakan ikan tersebut tidak jatuh kembali kelaut (terlepas) karena dapat membuat ikan-ikan lainnya takut dan segera menghilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman dan Mallawa (1999) bahwa kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Dalam proses pemancingan ada dua cara dalam menjatuhkan ikan di atas geladak kapal. Pertama yaitu menjatuhkan ikan lewat belakang kepala pemancing atau pancing banting. Cara yang ke dua yaitu menjatuhkan ikan lewat bawah lengan.

Umumnya nelayan menggunakan cara yang ke pertama yaitu pancing banting. Pemancingan dengan cara ke dua biasanya dilakukan saat ikan malas makan. Gambar 9. Proses Pemancingan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Pancing Pole and Line. F. Musim dan Hasil Tangkapan Nelayan Pole and Line di Kendari seperti lazimnya nelayan-nelayan di daerah lain juga mengenal 3 musim penangkapan, yaitu: musim puncak pada bulan September sampai Nopember, pada musim ini rata-rata nelayan dapat memperoleh hasil antara 5 15 ton/trip; musim biasa pada bulan Desember sampai April, dengan hasil tangkapan rata-rata 2 5 ton/trip; dan musimpaceklik pada bulan Mei sampai agustus, dengan hasil tangkapan 0 1 ton/trip. Pada musim paceklik, biasanya nelayan jarang yang turun melaut, karena angin terlalu kencang. Oleh karena itu, pada saat musim paceklik biasanya kapal diistirahatkan dan diperbaiki (dok) bila ada

kerusakan-kerusakan. Dalam satu bulan operasi, nelayan melakukan operasi penangkapan selama 23 26 hari yang dikenal dengan istilah satu turo. Penanganan Hasil Tangkapan Diatas Kapal Setelah proses pemancingan selesai, penanganan hasil tangkapan di atas kapal segera dilakukan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan, sehingga tetap segar sampai di darat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (1989) bahwa setelah operasi penangkapan berhasil, maka hasil tangkapan harus segera ditangani agar tetap segar sampai ke tangan konsumen. Ikan yang tertangkap terlebih dahulu dibersihkan dengan cara menyiramnya dengan air laut agar darah, kotoran dan lendir yang melekat pada tubuh ikan dapat dihilangkan, sehingga pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan penurunan mutu pada ikan dapat dihambat. Gambar 10. Penyiraman Ikan Hasil Tangkapan.

Setelah dicuci, ikan-ikan yang sudah jelek misalnya tubuhnya sudah lecet, luka-luka, perutnya pecah atau sudah tidak utuh lagi, dipisahkan dari ikan yang masih bagus. Bila dimasukkan kedalam palka, Ikan-ikan besar (size A dan B) ditempatkan dalam palka yang berbeda dengan ikan-ikan kecil (size C dan D). Namun ikan tuna sirip kuning atau yellow fin tuna (Thunnus albacares) yang juga kadang-kadang tertangkap, tetap di campur dengan ikan cakalang yang besar dan di simpan pada palka yang sama. Pengelompokan ukuran dan harga ikan yang tertangkap dapat dilihat pada tabel 2. Gambar 11. Penyortiran Hasil Tangkapan Berdasarkan Ukuran dan Kualitasnya. Sebelum ikan dimasukkan kedalam palka penyimpanan hasil tangkapan, palka disiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara memberi es curai pada dasar palka kira-kira setebal 10 15 cm secara merata, kemudian ikan dimasukkan dan diatur

dengan baik sehingga kapasitas palka dapat dimaksimalkan. Setelah setengah palka telah terisi, kemudian diberi lagi es curai kira-kira setebal ± 10 cm, lalu kemudian diisi lagi dengan ikan sampai palka hampir penuh, lalu di bagian paling atas diberi lagi es curai kira-kira setebal 10-15 cm. Setelah itu, ditambahkan air laut sekitar 1/4 ukuran bak sehingga penyebaran suhu lebih merata dan himpitan serta tekanan akibat adanya pecahan es yang dapat merusak kulit ikan dapat dikurangi. Setelah itu, Palka kemudian ditutup rapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (1989) bahwa pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 10 cm lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya. Gambar 12. Pemberian Es Curai Pada Ikan Hasil Tangkapan di Palka Penyimpanan Es. Setelah proses penanganan di atas kapal selesai dan hasil tangkapan juga di nilai sudah cukup, maka kapal akan segera menuju ke fishing base. Namun bila hasil tangkapan masih kurang maka kapal akan kembali ke tempat pengambilan umpan

menunggu umpan untuk operasi berikutnya. Jika demikian biasanya dilakukan 3-5 kali pemeriksaan dan penambahan es ke dalam palka hasil, agar kondisi dalam palka tetap stabil dan mutu ikan dapat tetap dipertahankan sampai di darat. Penjualan dan Pembagian Hasil Tangkapan Setelah tiba di fishing base, hasil tangkapan segera dipindahkan ke dalam keranjang kemudian dinaikkan ke truk pengangkut, lalu diangkut masuk ke PT. Perikanan Perken Utama. Di perusahaan, ikan ditimbang berdasarkan sizenya, hasilnya di catat dalam bentuk nota. Nota tersebut kemudian dikumpulkan dan setelah sampai satu turo (20 25 hari) baru kemudian dibayar oleh perusahaan (diuangkan). Setelah uang diterima oleh pemilik kapal, maka pemilik kapal akan menghitung biaya operasional selama satu turo tersebut, lalu hasil penjualan tersebut diperkurangkan dengan biaya operasional tadi dan keuntungan yang diperoleh kemudian akan dibagikan kepada Kapten, Boy-boy dan Bass masing-masing 12 %, untuk Pemancing dan Koki mendapatkan 14 % yang dibagi sesuai dengan penilaian pemilik kapal (rajin tidaknya ABK). Sedangkan 50 % sisanya adalah bagian pemilik kapal.

Tabel 2. Size/Ukuran dan Harga Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Yang Berlaku Di PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara. Jenis Size Berat (Kg) Harga/Kg A > 2,5 Rp. 4.000,- B 2,0 2,5 Rp. 3.900,- C 1,5 2,0 Rp. 3.500,- D < 1,5 Rp. 2.000,- Ikan Tuna sirip kuning Ikan Cakalang Gambar 13. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Yang Berhasil ditangkap Dengan Alat Tangkap Pole and Line.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil kegiatan PKL dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Operasi penangkapan ikan meliputi persiapan sebelum operasi, pengintaian gerombolan ikan, mengarahkan gerombolan ikan ke haluan kapal dan pemancingan. 2. Umpan hidup yang digunakan adalah Ikan Teri (Stolephorus spp) yang didapatkan dari nelayan bagang dua perahu disekitar perairan Bungku Selatan, Sulawesi Tengah. 3. Daerah penangkapan ikan Cakalang yaitu di perairan Sulawesi Tengah sekitar Teluk Tolo dengan koordinat 02 0.00 LS 04 0.00 LS dan 123 0.00 BT 124 0.00 BT. 4. Hasil tangkapan adalah ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai hasil tangkapan utama dan ikan tuna ekor kuning (Thunnus albacares) Saran Berdasarkan hasil kegiatan PKL maka disarankan agar kapal Pole and Line dilengkapi dengan peralatan navigasi seperti : radio panggil, radar, GPS, serta Sonar untuk memudahkan mencari gerombolan ikan. Kemudian meminimalkan kerusakan ikan hasil tangkapan akibat pancing banting, maka geladak kapal sebaiknya dilapisi dengan pelapis yang elastis misalnya gabus atau karet, sehingga benturan ikan dengan geladak dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan Ikan. Penerbit kanisus. Yogyakarta. Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubugannya Dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemafaatan Sumder Daya Perikanan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djembatan. Jakarta. Sudirman dan Mallawa, A. 1999. Metode penangkapan Ikan. Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan. Fakultas Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Sultan, M. 1986. Pengenalan Beberapa Jenis Alat dan Metode Penangkapan Di Indonesia. Pusat Pengembagan Pendidikan Politeknik Pertanian IPB. Bogor. Tampubolon, S. M. IPB. Bogor. 1983. Ikan Tuna dan Perdagangannya. Fakultas Perikanan

Lampiran - lampiran

Keterangan : I = Gerombolan ikan II = Rumpon I III = Rumpon II IV = Rumpon III

Lampiran 2. Peta Lokasi Penangkapan Armada Kapal Pole and Line Milik PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara.