BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dijadikan tempat berkembang penyakit dan vector penular penyakit.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

NILAI STANDAR SUB UNSUR. Sub Unsur/Klasifikasi Data 1 <

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) tahun

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

BAB I PENDAHULUAN. dan alat angkut baik dari luar negeri maupun interinsulir. Dengan meningkatnya

HUBUNGAN SANITASI KAPAL DENGAN KEBERADAAN TIKUS PADA KAPAL YANG BERLABUH DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEKARANTINAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga Pengendalian penyakit dan masalah Kesehatan yang dapat meresahkan dunia dapat ditanggulangi secara berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

Kekarantinaan Kesehatan di Bandar Udara

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN NOVEMBER 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JANUARI 2016

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT SANITASI PADA KAPAL YANG SANDAR DI PELABUHAN PANGKALBALAM PANGKALPINANG TAHUN 2005

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JUNI 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Nama Jabatan HK H S I A Ct DL Ket

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN FEBRUARI 2016

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN APRIL 2017

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN MARET 2016

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN MARET TAHUN 2017

Pelaksanaan IHR (2005) di Pintu Masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN OKTOBER 2016

(tiga) tim Kunjungan Kerja yaitu ke Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014

KEBIJAKAN PROGRAM KARANTINA KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN APRIL TAHUN 2017

a. Ketatausahaan b. Kekarantinaan dan surveillance epidemiologi c. Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah d. Pengendalian resiko lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN)/Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berupa

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA MUARA PADANG BULAN MARET 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN ( PORT HEALTH AUTHORITY)

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki berbagai kepentingan

PERAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DAERAH

Alumni Kesehatan Lingkungan FKM Unhas. ( / ) ABSTRACT

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK Pertemuan Sosialisasi NSPK Pengendalian Arbovirosis dalam rangkaian Peringatan Asean Dengue Day 2016

EVALUASI SANITASI DAN KEBERADAAN VEKTOR PADA KAPAL BARANG DAN KAPAL PENUMPANG DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

HUBUNGAN SANITASI KAPAL DENGAN KEPADATAN KECOA PADA KAPAL MOTOR YANG SANDAR DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

Kampanye EN WALHI 2003

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM

LK KKP KELAS II AMBON TAHUN 2014

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEKARANTINAAN KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

a. Ketatausahaan b. Kekarantinaan dan surveillance epidemiologi c. Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah d. Pengendalian resiko lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN KECOA PADA KAPAL MOTOR YANG SANDAR DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta 2014 KATA PENGANTAR

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KE KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I BATAM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO

LAPORAN TAHUNAN 2016

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

a. Ketatausahaan b. Kekarantinaan dan surveillance epidemiologi c. Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah d. Pengendalian resiko lingkungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pesawat Polonia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

KATA PENGANTAR. Penyusun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta antuk melakukan tidakan terhadap bagasi, kargo, petikemas, alat angkut, barang-barang, paket pos atau jenazah manusia untuk menghilangkan infeksi atau kontaminasi termasuk vektor dan reservoir, tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan (3) Mengingat Undang-undang No.1 Tahun 1962 tentang karantina laut : Penyakit pes merupakan salah satu penyakit karantina yang masih berlaku secara internasional, maka kondisi sanitasi kapal merupakan faktor yang sangat penting.dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 425/Menkes/ SK/ IV/2007 tentang Karantina Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan bahwa penyakit karantina tidak hanya 6 penyakit saja (Pes, Yellow Fever, Demam Balik-balik, Cacar dan Tifus Bercak Wahibi tetapi terdapat New Emerging Infectious Diseases dan Re-emerging Diseases yang dapat mengancam kesehatan negara. (4,14) Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit secara gobal. (14) Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran penyakit,dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases), maupun

penyakit menular lama yang timbul kembali (re-emerging diseases). Ancaman penyakit tersebut merupakan dampak negatif dari diberlakukannya pasar bebas atau era globalisasi, dan dapat menimbulkan kerugian besar baik pada sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya, maupun politik yang berdampak besar kepada suatu (4, 6) negara atau daerah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2013 mengatakan bahwa setiap penanggung jawab alat angkut yang berada di pelabuhan, Bandar Udara, dan pos lintas batas darat, yang di dalamnya ditemukan faktor risiko kesehatan berupa tanda-tanda kehidupan tikus dan/ atau serangga, tikus, dan/atau serangga berdasarkan pemeriksaan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat, wajib melakukan tindakan hapus tikus dan hapus serangga. (5) Tindakan Sanitasi kapal upaya penyehatan,pengamanan,dan pengendalian terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutus mata rantai penularan penyakit atau kontaminasi, meliputi disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan deratisasi guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan, sehingga membantu mengurangi penyebaran penyakit karena hama yang dapat ditularkan melalui vektor. (2) Kantor kesehatan pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Obat Makanan Kosmetika Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA), serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja Bandar udara, pos lintas batas darat dan pelabuhan. (7)

Untuk mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan masyarakat yang merupakan masalah darurat kesehatan dunia, Kantor Kesehatan Pelabuhan dituntut mampu menagkal resiko kesehatan yang mungkin masuk melalui orang, alat angkut dan barang termasuk container yang datang dari negara lain dengan melakukan tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. (3) Tujuan pemeriksaan dan pengawasan sanitasi dimaksudkan agar kapal bebas dari ancaman penyakit yang berpotensi wabah, dan mencegah penularan penyakit menular, serta menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi penumpang, ABK, maupun nahkoda kapal. (2) Pengawasan sanitasi kapal merupakan salah satu tugas dari kegiatan pengendalian resiko lingkungan yang dilakukan orang kantor kesehatan pelabuhan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen kapal antara lain dapur, ruang tempat penyimpanan makanan, gudang, palka/kargo, ruang perwira, ruang penumpang, air minum, limbah, tangki ballast, limbah padat dan limbah cair, air persediaan, ruang mesin. (2) Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang maupun kapal barang.pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Port Health Quarantine Clearen (PHQC). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau berisiko rendah, jika kapal berisiko tinggi maka akan diterbitkan Ship Sanitation Control Certificat (SSCC) setelah dilakukannya tindakan sanitasi, apabila faktor risiko rendah maka akan diterbitkan Ship Sanitation Exemption Control Cerfificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan (5, 8) dalam masa enam bulan sekali. Mengacu kepada konsep determinan perilaku kesehatan yang dikemukakan oleh Hendrik.L.Blum bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh perilaku,

lingkungan, pelayanan kesehatan serta keturunan. Sedangkan konsep Green (1980) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktorpemungkin(enambling faktors) dan faktor penguat (reinforcing faktors). Faktor predisposisi dalam sanitasi kapal berhubungan dengan perilaku anak buah kapal, perilaku nahkoda, yang mencakup pengetahuan dan sikap.faktor pendukung mencakup biaya, waktu dan sarana, sedangkan faktor penguat mencakup kebijakan (9, 10) peraturan dan petugas kesehatan. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu pelabuhan yang padat melayani pelayaran domestik dan internasional, khususnya pelayanan kargo. Berdasarkan laporan tahunan 2015 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang(KKP) jumlah kapal yang bersandar dipelabuhan Teluk Bayur adalah sebanyak 5061 kapal dengan rincian 345 kapal dari luar negeri dan 4.716 kapal dari dalam negeri. Berdasarkan data tersebut masing-masing mempunyai perbedaan sanitasi berisiko tinggi dan sanitasi berisiko rendah, yang manaberfungsi sebagai pintu masuk gerbang antar pulau serta pintu gerbang arus keluar masuk barang eksport-import dari dalam dan luar negeri ke Sumatera Barat. Dari data laporan tahunan KKP kelas II Padang setiap bulannya melakukan tindakan sanitasi terhadap kapal yang memiliki sanitasi buruk. (11) Dari survei awal yang dilakukan 4 dari 10 kapal yang sandar dipelabuhan Teluk bayur memiliki sanitasi buruk (40%), adapun faktor yang berhubungan dengan sani yang diteliti adalah sebagai berikut pengetahuan ABK (70%), Sikap ABK (70%), peranan petugas (60%), dan kelengkapan dokumen (80%) Menurut penelitian Zulfikri (2013) didapatkan bahwa pengetahuan ABK terhadap sanitasi kapal tinggi (75,98%), sebagian besar sikap anak buah kapal terhadap sanitasi kapal positif (69,00%), dan sebagian besar peranan petugas kesehatan memiliki peranan terhadap sanitasi kapal (58,60%). (12)

Pada penelitian Supriyadi (2005) mengatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kepemimpinan nahkoda (OR=22,7), SOP (OR=98,3), karakteristik sumber daya ABK (OR=15,7). (13) Beberapa kasus keracunan akibat hygine sanitasi buruk terjadi didalam kapal yaitu 50 penumpang keracunan makanan yang disuguhkan untuk penumpang KM Tidar kelas ekonomi. Mereka adalah penumpang dalam perjalanan antara Surabaya menuju Makassar. Selain itu terdapat kasus keracunan pada 9 ABK kapal yang sandar di Pelabuhan Tanjung Balai setelah meminum air dalam tangki kapal yang disebabkan karena hygiene sanitasi yang buruk. (15,16) Sanitasi kapal yang buruk akan banyak menimbulkan permasalahan baik fisik, kesehatan, estetika dan daya tahan hidup manusia. Selain itu, sikap dan pengetahuan ABK terhadap pencegahan penyakit juga berperan penting dalam mencegah masuk dan keluarnya penyakit yang dapat menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMD). Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian dan pengambilan sampel karena pelabuhan teluk bayur yang merupakan salah satu wilayah kerja KKP Kelas II Padang yang belum pernah diteliti. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan berikut ini, bagaimana hubungan faktor pengetahuan,sikapanak buah kapal, dan peranan petugas kesehatan dengan sanitasi kapal di pelabuhan Teluk Bayur Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, peranan petugas kesehatan dengan sanitasi kapal pada Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan Teluk Bayur Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang Tahun 2016 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sanitasi kapal di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan responden di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap respondendi Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi peranan petugas di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden dengan sanitasi kapal di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 6. Untuk mengetahui hubungan sikap responden dengan sanitasi kapal di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 7. Untuk mengetahui hubungan peranan petugas kesehatan dengan sanitasi kapal di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2016 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan.

2. Memberikan sumbangan ilmiah kepada mahasiswa dan institusi pendidikan khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan diharapkan dapat menjadi informasi lebih lanjut dalam penelitian lebih lanjut 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah melihat hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap anak buah kapal dan peranan petugas kesehatan terhadap sanitasi kapal di Pelabuhan Teluk Bayur Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang.