Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

dokumen-dokumen yang mirip
PPh Pasal 24. Pengertian. Andi Wijayanto, S.Sos., M.Si

PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan)

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Pajak Penghasilan. Pasal 24

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/KMK.03/2002 TENTANG KREDIT PAJAK LUAR NEGERI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Landasan Hukum: Pasal 24 UU PPh, KMK No. 164/ KMK.03/ 2002

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENT ERI KEUANGAN REPUBLIK INDON ESIA NOMOR 164/KMK.03/2002 TENTANG KREDITPAJAK LUAR NEGERI

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kredit Pajak Luar Negeri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

dasar hukum Tata cara pelaporan utang swasta luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. Bentuk usaha ini memiliki ciri dan karakter masing masing. Ada yang hanya bertujuan

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 533/KMK.04/2000 TENTANG

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERPAJAKAN I. MENGHITUNG PPh PASAL 21 (B) Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

PERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE)

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Ketentuan Tentang Sumber Penghasilan (KTSP) / Source rules

2

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Keputusan Menteri Keuangan No. 121/KMK.03/2002, Tgl

Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Penjelasan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

02FEB. Manajemen Perpajakan

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi


Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

PPh Pasal 26. Pengantar

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

Lampiran I.a. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP. 229/PJ Tanggal : 22 Maret 2001 Lembar ke-1 : Untuk Kantor

PP 46/1996, PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 522/KMK.04/2000 TENTANG

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan

Transkripsi:

Modul ke: 14Fakultas Deden Ekonomi dan Bisnis PERPAJAKAN I PPh PASAL 24 Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

PENDAHULUAN Pajak Penghasilan (PPh) mengatur tentang perhitungan besarnya Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan di luar negeri yang dapat dikreditkan atas seluruh wajib pajak dalam negeri. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri adalah pajak yang berkenaan atas usaha atau pekerjaan di luar negeri. Pajak atas penghasilan yang dibayarkan di luar negeri adalah pajak atas penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri misalnya bunga, deviden, royalty. 2

PENDAHULUAN Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, maka pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. 3

PENDAHULUAN PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam tahun pajak yang sama. Besarnya kredit pajak PPh Pasal 24 adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh). 4

TUJUAN PPh 24 Tujuan PPh Pasal 24 ini adalah meringankan pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Metode yang digunakan pada pasal 24 ini adalah metode penggabungan penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan dari Indonesia 5

PENGGABUNGAN PENGHASILAN Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut: 1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis) 2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis) 3. Penggabungan penghasilan yang berupa deviden (pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan 4. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak di Indonesia. 6

CONTOH PT. ABC menerima dan memperoleh penghasilan netto dari sumber luar negeri dalam tahun 2015 sebagai berikut: 1. Hasil usaha di negara Singapura dalam tahun pajak 2015 sebesar Rp 750.000.000,00 2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di ABC Corp. Sebesar Rp 1.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2014 yang ditetapkan RUPS tahun 2014, dan dibayarkan tahun 2015 3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di DEF Corp. Sbesar Rp 2.000.000.000,00 saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Deviden tersebut berasal dari keuntungan saham 2013 yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2015 4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2015 sebesar Rp 500.000.000,00 dari Bangkok Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April 2016. Penghasilan tersebut dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT. ABC dari dalam negeri dalam tahun pajak 2015 adalah penghasilan pada angka 1, 2, dan 3. Sedangkan penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT ABC dari dalam negeri tahun pajak 2016. 7

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan sebagai berikut: 1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertepat kedudukan. 2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bungan, royalti, atau sewa tersebut bertempat keudukan atau berada. 3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah negara tempat harta tersebut terletak. 4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada. 5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. 6. Penghasilan dari sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada. 7. Keuntungan karena penghasilan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada. 8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu 8 bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah diantara 3 unsur/perhitungan berikut ini: 1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. 2. (Penghasilan luar negeri: Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17. 3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri). 9

CONTOH PT Darwati memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2009 sebagai berikut: 1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 2.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar 35% (Rp 700.000.000,00) 2. Dinegara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar 20% (200.000.000,00) 3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 5.000.000.000,00 Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut: 1. Penghasilan luar negeri a. Laba di negara A Rp 2.000.000.000,00 b. Laba di negara B Rp 1.000.000.000,00 Jumlah penghasilan luar negeri Rp 3. 000.000.000,00 2. Penghasilan dalam negeri Rp 5.000.000.000,00 3. Jumlah penghasilan netto atau penghasilan kena pajaknya adalah: Rp 3.000.000.000,00 + Rp 5.000.000.000,00 = Rp 8.000.000.000,00 10

CONTOH PPh terutang (menurut pasal 17) = Rp 8.000.000.000,00 x 25% = Rp 2.000.000.000,00 5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah: a. Untuk negara A: (Rp 2.000.000.000,00 : Rp 8.000.000.000,00) x Rp 2.000.000.000,00 = Rp 500.000.000,00 Pajak terutang di negara A sebesar Rp 700.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 500.000.000,00 b. Untuk negara B: (Rp 1.000.000.000,00:Rp 8.000.000.000,00) xrp 2.000.000.000,00 = Rp 250.000.000,00 Pajak terutang di negara B sebesar Rp 200.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 200.000.000,00 6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang dikenakan adalah sebesar Rp 500.000.000,00 + Rp 200.000.000,00 = Rp 700.000.000,00 11

KERUGIAN USAHA DARI LUAR NEGERI Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, tidak dihitung kerugian yang diderita di Luar Negeri. 12

CONTOH PT ABC memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2015 sebagai berikut: 1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar 35% (Rp 350.000.000,00) 2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar 20% (Rp 600.000.000,00) 3. Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp 2.000.000.000,00 4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 4.000.000.000,00 Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut: 1. Penghasilan luar negeri a. Laba di negara A Rp 1.000.000.000,00 b. Laba di negara B Rp 3.000.000.000,00 c. Laba di negara C Rp - Jumlah penghasilan luar negeri Rp 4.000.000.000,00 Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000,00 Jumlah penghasilan netto atau penghasilan kena pajaknya adalah : Rp 4.000.000.000,00 + Rp 4.000.000.000,00 = Rp 8.000.000.000,00 13

CONTOH PPh terutang (menurut pasal 17) = Rp 8.000.000.000,00 x 25% = Rp 2.000.000.000,00 Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah: a. Untuk negara A: (Rp 2.000.000.000,00 : Rp 8.000.000.000,00) x Rp 2.000.000.000,00 = Rp 500.000.000,00 Pajak terutang di negara A sebesar Rp 700.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 500.000.000,00 b. Untuk negara B: (Rp 1.000.000.000,00:Rp 8.000.000.000,00) xrp 2.000.000.000,00 = Rp 250.000.000,00 Pajak terutang di negara B sebesar Rp 200.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 200.000.000,00 C Di negara C PT fiskal menderita kerugian sebesar Rp 2.000.000.000,00. Kerugian ini tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Kerugian ini juga tidak dapat dikompensasikan sebagai kredit pajak luar negeri. Jumlah kredit pajak luar negeri yang dikenakan adalah sebesar Rp 500.000.000,00 + Rp 14 200.000.000,00 = Rp 700.000.000,00

CARA MELAKSANAKAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibaya di luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri: 1. Laporan keuangan dari hasil yang berasal dari luar negeri. 2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri. 3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri. Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh 15

AKUNTANSI PPh 24 PPh Pasal 24 pada dasarnya merupakan kredit pajak atas penghasilan dari luar negeri. Apabila ada Wajib Pajak Dalam Negeri yang memperoleh penghasilan dari luar negeri dan telah dipotong pajaknya di luar negeri, maka pajak tersebut dapat menjadi pengurang PPh Pasal 29 sebagaimana diatur dalam Pasal 28 UU PPh. Yang menjadi catatan penting dalam PPh Pasal 24 adalah tidak semua pajak yang telah dipotong di luar negeri bisa menjadi kredit pajak di dalam negeri. Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 164/KMK.03/2002 yang menyatakan bahwa jumlah kredit pajak paling tinggi sama dengan jumlah yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu yang dihitung menurut perhitungan antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak. 16

AKUNTANSI PPh 24 Dalam hal jumlah pajak yang dibayar di luar negeri melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan PPh terutang tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi. 17