BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bingkai Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap Di Riau Pada Media Online

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan


BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikator kepada khalayak (Cangara,2006:119).Sementara pengertian. memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi media dengan menggabungkan media massa konvensional dengan teknologi komunikasi. Hal ini dapat terlihat pada media cetak besar yang ada di Indonesia memanfaatkan teknologi komunikasi dengan membuat portal berita online. Konvergensi media ini pula melahirkan jurnalisme baru yaitu jurnalisme online. Di samping media komunikasi yang telah terlebih dahulu akrab dan diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini telah menjadi salah satu media komunikasi yang mulai mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaanya juga mulai menjadi favorit bagi seluruh lapisan masyarakat. Online adalah istilah bahasa dalam internet yang artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan internet. Oleh sebab itu, jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Media online menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana saja. Seiring pesatnya perkembangan media online tanpa kendali, jurnalisme online selalu menjadi sorotan karena sering kali dianggap tidak mengedepankan objektifitas (akurasi, fairliness, kelengkapan dan imparsialitas) berita hanya untuk mengejar 1

2 keinstanan. Hal inilah yang kerap menjadi masalah, di satu sisi, media online sangat memungkinkan penyebaran informasi jauh lebih cepat dari media konvensional, namun di sisi lain kecepatan ini mengorbankan prinsip-prinsip dasar jurnalisme di antaranya akurasi berita. Jurnalisme online merupakan tipe baru jurnalistik karena sejumlah fitur dan karakteristik berbeda dari jurnalisme konvensional. Fitur-fitur uniknya yang mengemuka adalah teknologinya, menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. Tipe baru jurnalisme online ini disebut sebagai contextualized journalism, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik yaitu multimedia, interaktif dan hipertekstual (Santana, 2005:137). Mike Ward (Romli, 2012:15) menyebutkan beberapa karakterisitik jurnalisme online sekaligus yang membedakannya dengan media konvensional yaitu Immediacy (kesegeraan atau kecepatan penyampaian informasi; Multiple Pagination (ratusan halaman terkait satu sama lain dan juga bisa dibuka tersendiri); Multimedia (menyajikan gabungan teks, gambar, audio, video dan grafis sekaligus); Archieving (terarsipkan, dapat dikelompokkan berdasarkan kategori/rubrik atau kata kunci, juga tersimpan lama yang dapat diakses kapan saja); Relationship with Reader (kontak atau interaksi dengan pembaca dapat langsung saat itu juga melalui kolom komentar dan lain-lain). Salah satu karya jurnalistik yang ditulis berdasarkan fakta atau data peristiwa adalah berita. Berita adalah semua hal yang terjadi di dunia dan

3 disampaikan melalui media. Berita menampilkan fakta yang ada di lapangan dan diinformasikan kepada khalayak. Berita yang disiarkan haruslah bersifat penting. Definisi lain dari berita, menurut Doug Newson dan James A. Wollert dalam Media Writing : News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat (dalam Sumadiria, 2005: 64). Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan. Penulisan dan penayangan berita online hampir sama dengan penulisan dalam media cetak, khususnya surat kabar. Tetapi perbedaannya dalam pola pemuatannya, dimana medianya adalah internet. Umumnya, ketika berita online dibuka, awalnya hanya muncul judul dan lead atau intro berita. Bila ingin mengetahui lebih jauh, pembaca harus membuka (meng-klik) halaman atau link lanjutannya (Mondry, 2008:146). Salah satu syarat berita adalah harus objektif (akurat, fairliness, lengkap serta netral dan berimbang). Namun, meski kenyataannya pemberitaan di media massa, seringkali terkesan tidak objektif karena adanya kepentingan-kepentingan yang melatarbelakanginya (Merrill, 2005: 25). Meskipun media massa memiliki batasan-batasan yang mengikat serta aturan-aturan yang berlaku, tetapi tidak selamanya hal tersebut menjadikan para jurnalis dapat menghasilkan berita yang objektif. Apalagi pada media baru, dimana jurnalis online dituntut bekerja secara cepat sehingga cenderung menghasilkan berita yang tidak objektif. Jurnalis online dituntut lebih

4 memperhatikan kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang dengan kapasitas akurasinya. Demikian menurut Poynter dalam Romli (2012:41). Sedangkan Gerald L. Baron (Anggoro, 2011:131) mengungkapkan bahwa media selalu berusaha memberi informasi yang lengkap dan dalam kepada audiensnya. Ada empat hal yang wajib dipenuhi yaitu kecepatan, kedalaman informasi, kepercayaan, dan hiburan. Membaca berita di media online berarti menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang disampaikan terlepas dari baik atau buruk dimata khalayak. Menurut Onong (1986:15) mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media. Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang disebut nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau biasa yang diterapkan untuk menentuk layak berita. Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya, mengandung konflik, berencana dan kemajuan, pengaruh, human interest, dan lainnya (Luwi, 2005:93). Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Media online dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang

5 dalam masyarakat dengan cepat karena media online juga dapat langsung dengan cepat direspon oleh masyarakat. Beberapa tahun belakangan ini, media mulai sering memberitakan berbagai isu persoalan lingkungan seperti perubahan iklim global, kesadaran untuk memperhatikan lingkungan mulai tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Media massa, sebagai institusi saluran informasi massa, memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi persoalan lingkungan hidup pada khalayak. Dalam dunia jurnalistik, muncul aliran-aliran baru jurnalisme yang lebih spesifik menyoroti isu-isu tertentu yang tengah berkembang di masyarakat, salah satunya adalah Jurnalisme Lingkungan Hidup (Enviromental Journalism). Isu lingkungan hidup belakangan menjadi topik yang kerap dibahas oleh masyarakat. Tak terkecuali media massa yang memberikan ruang bagi isu lingkungan hidup melalui berita jurnalisme lingkungan. Isu kerusakan lingkungan hidup, pemanasan global, perubahan iklim merupakan beberapa isu yang diangkat oleh media masa menjadi produk berita. Berita jurnalisme lingkungan yang dimuat oleh media massa akan lebih berarti jika memperkenalkan jurnalisme lingkungan hidup yang berpihak kepada kesinambungan lingkungan hidup (Abrar, 1993:9). Pada prakteknya, banyak media massa yang memperkenalkan jurnalisme lingkungan tak berpihak kepada lingkungan hidup itu sendiri. Beberapa penelitian mengenai kajian terhadap berita lingkungan dalam media menemukan bahwa media massa seringkali tak berpihak pada lingkungan hidup itu sendiri. Media massa memandang persoalan lingkungan hidup masih

6 terpisah dengan isu lain seperti sosial, ekonomi, politik. Harian Jogja memilih bersikap praktis dan pemberitaan jangka pendek dalam menyikapi kasus penambangan pasir besi di Kulonprogo, yakni dengan menonjolkan aspek ekonomi (Ayudi, 2011:211). Contoh lainnya, adalah Berita Kedaulatan Rakyat berjudul Tanah Liat Sulit Didapatkan, Modal Usaha Genteng Membengkak (12 Juni 2012), menggunakan bahan baku berita lingkungan hidup yang dikelola oleh manusia, namun keberpihakan terhadap lingkungan hidup masih kurang. Padahal seharusnya,berita lingkungan lebih mengedepankan aspek ekologi. Dalam berita tersebut, wartawan tidak memberitakan secara holistik melainkan focus pada masalah ekonomi yang dialami oleh warga sebagai pengarajin, tidak memberikan mengenai pengaruh dari lingkungan. Demikian pula penelitian Eko Kurniawan, peneliti melakukan studi komparasi kuantitatif pada surat kabar Bangka Pos, Babel Pos dan Rakyat Pos dalam implikasi kebijakan pengelolaan lingkungan. Kesimpulan tesis ini menjelaskan bahwa isu-isu yang dimunculkan oleh ketiga surat kabar tersebut adalah isu-isu dampak lingkungan yang kemudian diikuti isu hukum lingkungan dan isu kebijkan lingkungan. Sementara isu pendidikan lingkungan, konflik lingkungan dan partisipasi lingkungan jarang diakomodasi oleh institusi pers tersebut (Kurniawan, 2006:112) Melihat fenomena pemberitaan dan hasil penelitian, pers seringkali melakukan kesalahan dalam pemberitaan lingkungan hidup diberbagai macam media. Salomone setidaknya mencatat terdapat tiga kesalahan, yakni tiadanya informasi yang relevan dengan latar belakang pemberitaan, judul berita yang

7 sering menyesatkan dan tiadanya keinginan lebih dalam risiko pemberitaan (Abrar, 1993:60). Seharusnya jurnalisme lingkungan diterapkan sebagai bagian dari kontrol sosial (social control) untuk menyerukan perubahan supaya dapat mencegah kerusakan lingkungan serta menyebarluaskan informasi mengenai cara-cara preventif pencemaran lingkungan yang dapat dilakukan secara kolektif.pada dasarnya, konsep jurnalisme lingkungan hidup tidaklah berbeda secara teknik peliputan berita dengan jurnalisme pada umumnya.namun, istilah ini digunakan untuk menegaskan bahwa berita-berita lingkungan hidup berbeda dengan jenis berita lainnya seperti berita kriminal, berita politik atau berita ekonomi. Ana Nadhya Abrar (1993: 73) dalam bukunya Mengenal Jurnalisme Lingkungan Hidup, berulang kali menegaskan bahwa perbedaan utama yang membedakan jurnalisme atau berita-berita lingkungan hidup dengan jenis lainnya adalah pada bahan bakunya. Abrar menyebutkan bahwa bahan baku berita lingkungan hidup adalah realitas lingkungan hidup, seperti polusi udara dan suara, penggundulan hutan, pencemaran sampah, peran serta lembaga swadaya masyarakat, advokasi dan sebagainya. Realitas semacam ini, menurut dia, tidaklah mudah dilacak sehingga sering disalahtafsirkan oleh wartawan. Setiap makhluk hidup memiliki hubungan baik secara langsung ataupun tidak dengan setiap hal yang terjadi di alam.hanya saja, dalam hubungan yang seharusnya berjalan alami tersebut, ada banyak kepentingan yang menyebabkan persoalan lingkungan hidup menjadi dilematis, bermuatan politik dan berpotensi konflik. Masalah pembahasan lingkungan hidup kadang akan berbenturan dengan

8 aneka kepentingan terutama kepentingan ekonomi. Berita mengenai kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh industri adalah salah satu contoh bagaimana wacana tersebut mudah dimasuki unsur politis dari pihak-pihak yang menaruh modal dalam industri tersebut. Di sinilah penulis melihat peran jurnalisme lingkungan hidup untuk menghadirkan realitas lingkungan hidup yang sedang terjadi pada masyarakat. Mengutip pernyataan Abrar mengenai hal ini: adalah tidak salah bila wartawan lingkungan hidup melaporkan realitas lingkungan yang relevan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Informasi ini bisa mereka jadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan sendiri dalam menghadapi kehidupan. (Abrar, 1993: 54) Pemberitaan mengenai permasalahan lingkungan hidup yang dimunculkan pers tidak serta-merta dapat mengubah keadaan, namun ia menyajikan realitas yang dapat dipertimbangkan oleh masyarakat yang mengkonsumsinya dan kemudian dapat menjadi masukan untuk menentukan sikap mereka. Jurnalisme lingkungan hidup haruslah dapat berpihak kepada kesinambungan lingkungan hidup, yang berarti penulisan beritanya diorientasikan kepada pemeliharaan lingkungan hidup sekarang agar dapat diwarisi oleh generasi berikutnya dalam keadaan yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Dari pemahaman tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis salah satu peristiwa terkait persoalan lingkungan hidup, yaitu kabut asap di Provinsi Riau. Lingkungan dan alam sekitar merupakan tempat yang paling dekat dengan kita, tempat kita untuk tinggal. Jika keadaan lingkungan sekitar kita seperti itu, amat

9 sangat tidak sehat untuk warga. Sangat penting untuk mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari bencana tersebut. Beberapa waktu yang lalu, Indonesia, khususnya Provinsi Riau dilanda kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Banyak titik api yang ditemukan di beberapa daerah di Provinsi Riau. Kabut asap ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar, seperti lahan sawit warga yang terbakar, dibatalkannya sejumlah penerbangan ke beberapa bandara di daerah yang terkena bencana karena kabut asap menghalangi pandangan. Warga Riau sendiri diminta untuk mengungsi keluar dari Riau karena udara yang sudah sangat tidak sehat. Saat ini Diskes Riau sudah mencatat sebanyak 53.553 total kasus penyakit di Riau. Penderita penyakit mata akibat kabut asap mencapai 1.771 jiwa dan penyakit kulit sebanyak 2.376 jiwa. (Riau Pos, 14 Maret 2014). Dengan latar belakang itulah, penulis ingin mengangkat masalah lingkungan hidup yang ada pada kasuskabut asap di Riau ini. Peneliti ingin mengetahui bagaimana bingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau pada media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru dengan menggunakan analisis framing dengan model Robert N. Entman. 1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus penelitian Bagaimana bingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau pada media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru?

10 1.2.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Define Problems membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau? 2. Bagaimana media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Diagnose Cause membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau? 3. Bagaimana media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Make Moral Judgement membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau? 4. Bagaimana media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Treatment Recommendation membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Define Problems membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau. 2. Untuk mengetahui media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Diagnose Causes membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau.

11 3. Untuk mengetahui media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Make Moral Judgement membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau. 4. Untuk mengetahui media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru ditinjau dari aspek Treatment Recommendation membingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis 1. Penelitian ini juga mencoba memberikan referensi terhadap perkembangan teori-teori komunikasi, khususnya menyangkut studi analisis framing pada media massa yang akan datang. 2. Untuk menunjukkan bagaimana framing pemberitaan yang dilakukan media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru sekaligus dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi lembaga yang terkait, yaitu Riau Pos dan Tribun Pekanbaru dalam membuat atau menyampaikan berita. Karena dengan pemilihan berita yang disajikan dengan tepat juga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Maka bentuk berita tersebut dapat menjadi salah satu faktor kekuatan untuk dapat bersaing dengan media massa yang lain.

12 2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi khususnya kepada jurnalis dan umumnya kepada masyarakat luas mengenai pentingnya membaca makna dibalik konstruksi realitas yang disajikan oleh media massa. 1.5 Setting Penelitian Adapun batasan masalah yang akan penulis teliti sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret 2014 mengenai pemberitaan kabut asap di Riau pada media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru. 2. Masalah yang diteliti adalah bagaimana bingkai jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Riau pada media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru, dengan menggunakan struktur analisis framing model Robert N. Entman, diantaranya: define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. 1.6 Kerangka Penelitian Berita yang kita konsumsi sehari-hari melalui media merupakan berita yang berdasarkan fakta yang diambil dari lapangan. Setelah melakukan proses kegiatan jurnalistik, berita kemudian dikonstruksi oleh wartawan untuk memilah mana yang penting dan mana yang tidak perlu dimasukkan untuk dijadikan sebuah berita. Wartawan merupakan agen dari konstruksi realitas yang ada. Realitas bukanlah suatu hal yang mutlak karena setiap orang mempunyai pandangannya sendiri dalam mengartikan sebuah realitas. Realitas bukanlah suatu hal yang mutlak, melainkan sebuah hasil konstruksi dan dibentuk oleh manusia. Setiap

13 orang mempunyai penafsiran tersendiri terhadap suatu realitas sosial dengan konstruksinya masing-masing, salah satu contohnya adalah berita. Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita (Eriyanto, 2002: 17). Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang sebenarnya. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Berita merupakan salah satu informasi yang saat ini dianggap penting untuk dikonsumsi oleh khalayak karena dapat memberikan informasi mengenai perkembangan atau hal apa yang terjadi saat ini. Berita dapat diakses melalui media cetak, elektronik, maupun media online. Media online (online media) adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet yang merupakan media massa generasi ketiga setelah media cetak (printed media) koran, tabloid, majalah, buku-- dan media elektronik (electronic media) radio, televisi, dan film/video. Isi media online terdiri: Teks, Visual/Gambar, Audio, dan Audio-Visual (Video) (Ramli, 2013). Media online merupakan media yang paling cepat dalam memberikan berita yang terbaru dan tercepat. Dengan adanya media online, pihak media juga sangat terbantu dalam menyebarkan informasi dan khalayak juga dapat dengan mudah mendapatkan berita selama adanya jaringan internet. Dalam penelitian ini,

14 media online yang peneliti teliti adalah media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru. Berita merupakan laporan mengenai fakta yang terjadi dan disiarkan kepada khalayak. Pada kasus kabut asap yang terjadi di Riau, media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru secara terus-menerus memberikan informasi yang up to date mengenai perkembangan bencana dan penanggulangan apa saja yang telah diusahakan untuk menghentikan asap tersebut. Pada dasarnya, pekerjaan media adalah mengkonstruksikan realitas. Isi media adalah hasil para pekerja mengkonstruksikan realitas yang dipilihnya. Konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality), menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, a Teatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (Bungin, 2006: 202) Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Pertanyaan utama dalam pandangan konstruksionis adalah, fakta berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak kita, yang melihat fakta tersebut.

15 Kitalah yang memberi definisi dan menentukan fakta tersebut sebagai kenyataan (Eriyanto, 2009: 23). Analisis framing adalah metode untuk melihat cara media bercerita atas sebuah peristiwa, cara bercerita tersebut melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Dalam analisis framing dijelaskan bagaimana cara media mengkonstruksikan sebuah realitas. Menurut Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah ataupun diturunkan oleh Tuhan. Tapi bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksikan oleh media. Dalam pembingkaian isi berita dilakukan proses penyeleksian isu dan penonjolan aspek-aspek terhadap suatu realitas yang diangkat, framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lainnya. Proses penyeleksian dan penonjolan isu tersebut bisa dilakukan dengan menempatkan sebuah berita dibagian depan ataupun bagian belakang media tersebut, hal tersebut dilakukan untuk memiliki kesan berita menjadi bermakna dan berkesan bagi khalayak Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan terus berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini. Realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.

16 Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di analisis Framing realitas dimakai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Menurut Erving Goffman secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Schemata interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi (Sobur, 2009:163). Secara metodologi analisis framing memiliki perbedaan yang sangat menonjol dengan analisis isi (content analysis). Analisis isi dalam studi komunikasi lebih menitikberatkan pada metode penguraian fakta secara kuantitatif dengan mengkategorisasikan isi pesan teks media. Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu muncul seperti apa saja yang diberitakan oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi, dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagaimana peristiwa itu dibingkai. Analisis framing yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/ peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada masyarakat (Eriyanto, 2009:3). Ada beberapa model pendekatan analisis framing yang dapat digunakan untuk menganalisa teks media, salah satunya model analisis Robert N. Entman yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Robert N. Entman apa yang kita

17 ketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan menafsirkan realitas tersebut. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Seleksi isu Penonjolan aspek tertentu dari suatu isu Tabel 1.1 Dua Unsur Framing Media Versi Entman Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu dari suatu isu. Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Sumber: Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Eriyanto, 2011: 222) Penonjolan seperti yang disinggung di atas, merupakan proses membuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok tentu mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami realitas. Karena itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan

18 mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tertentu dan menggunakan pelbagai strategi wacana serta penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, di halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan. Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan (Sobur, 2009: 164). Framing pada akhirnya menentukan bagaimana realitas hadir di hadapan khalayak. Seperti yang dikatakan Edelman, apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman tertentu atas suatu peristiwa. Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Realitas dimaknai melalui proses konstruksi. Seperti halnya pemberitaan mengenai berita lingkungan di media online Riau Pos dan Tribun Pekanbaru. Kedua media tersebut sama-sama memberitakan tentang berita lingkungan namun isi berita yang disampaikan berbeda. Hal ini tergantung dari bagaimana media mengkonstruksikan peristiwa menjadi sebuah realitas, dan bagaimana

19 media menyeleksi isu dan juga menonjolkan aspek-aspek dari sebuah realitas untuk dimaknai dan dimengerti oleh khalayak. Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media online membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti isi berita media online Riau Pos dan media online Tribun Pekanbaru dengan menggunakan analisis framing dengan pendekatan dari Robert N. Entman. Menurut model Robert N. Entman dalam Eriyanto (2002: 223-224) media melakukan pembingkaian berita dengan menggunakan dua cara yaitu dengan menyeleksi isu dan menonjolkan aspek-aspek dari peristiwa tersebut. Proses seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek dari realitas yang dilakukan oleh media dapat dilihat dengan cara: 1. Define Problems (pendefinisian masalah). Define problems atau pendefinisian masalah, merupakan elemen utama dalam proses pembingkaian yang dilakukan oleh media, yaitu media online Riau Pos dan media online Tribun Pekanbaru. Dalam pendefinisian masalah bagaimana suatu peristiwa atau isu dipahami, namun peristiwa yang sama dipahami oleh media dengan cara yang berbeda-beda. 2. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah). Elemen kedua ini merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Oleh sebab itu, masalah yang dipahami secara berbeda,

20 maka penyebab masalahnya akan dipahami secara berbeda pula. Dengan kata lain, pendefinisian sumber masalah ini menjelaskan siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam kasus tersebut. 3. Make moral judgement (membuat pilihan moral). Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Setelah masalah didefinisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. 4. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen keempat ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Berdasarkan paparan di atas dapat digambarkan sebuah bagan guna mempermudah peneliti dalam meneliti berita tentang lingkungan di media online Riau Pos dan media online Tribun Pekanbaru. Bagan yang peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

21