BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENYEBAB KERUSAKAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN LENTUR PADA TIKUNGAN RUAS JALAN BATU-PUJON KABUPATEN MALANG

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

TUGAS AKHIR NOMOR : 926/WM/FT.S/SKR/2015

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

AUDIT KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN (STUDI KASUS GEOMETRIK JALAN M.T. HARYONO KOTA SAMARINDA)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BATAS DELI SERDANG DOLOK MASIHUL-BATAS TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR


BAB II STUDI PUSTAKA

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) RUAS JALAN BYPASS PADANG (STA STA )

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Sains Terapan D-IV TPJJ Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TANAH KARO KM KM TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

ALINEMEN HORISONTAL. WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN RING ROAD SELATAN KM. 6 TAMAN TIRTO KASIHAN, BANTUL, DIY. Oleh : BERTHOLOMEUS LELE SIGA NPM :

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU

EVALUASI GEOMETRIK JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Pembangkit Listrik Bumi PT. Sarula Operation Limited Sumatera Utara STA Sampai STA 1+656)

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

PERENCANAAN GEOMETRIK RAMP JALAN TOL (STUDI KASUS: JALAN TOL KEDIRI-KERTOSONO) NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

Perencanaan Geometrik Jalan

KAJIAN TEKNIS BENTUK INTERCHANGE RUAS JALAN TOL KRIAN LEGUNDI BUNDER DAN SURABAYA MOJOKERTO TERHADAP JARINGAN JALAN WARINGIN ANOM KABUPATEN GRESIK

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PADA RUAS JALAN NGREJO PANTAI SINE STA

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik

Perencanaan Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang)

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2012

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

TUGAS AKHIR TINJAUAN GEOMETRIK JALAN RAYA PADA TITIK-TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOTS) DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Jalan Prof Hamka,

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik Pengertian

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

PERENCANAAN JALAN PADANG BINTUNGAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa Superelevasi pada tikungan Jalan Adi Sucipto, segmen Unkris Undana. STA 0+000 sampai STA 0+850, sepanjang ± 850 meter maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kondisi Existing Superelevasi Pada Tikungan Jalan Adi Sucipto Kondisi existing superelevasi pada tikungan jalan Adi Sucipto Tabel 5.1. kondisi existing tikungan Jalan Adi Sucipto Tikungan Jenis Tikungan Jari jari Tikungan (R) (m) Lengkung Cicle (Lc) (m) Sudut PI ( ) I FC 30 20,08 38 2'1" II FC 50 17,27 19 4'7" III FC 50 66,19 75 5'1" IV FC 50 39,21 44 5'6" V FC 50 43,03 49 1'8" VI FC 50 69,65 79 4'8" VII FC 50 30,48 34 5'6" Sumber : Hasil Survei Lapangan Dari hasil survei dapat diketahui jenis tikungan pada ruas jalan Adi Sucipto mengaplikasikan jenis tikungan full circle pada tikungan I, II, III, IV, V, VI dan VII dengan jari-jari tikungan (R), lengkung Circle (Lc) dan sudut PI ( ) yang bervariasi.

Untuk kondisi existing superelevasi pada tikungan jalan Adi Sucipto dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.2. Kondisi Existing Superelevasi tikungan Jalan Adi Sucipto Tikungan Elevasi Kiri (m) Elevasi Tengah (m) Elevasi Kanan (m) Lebar Perkerasan (m) % Kemiringan Jalan (Superelevasi) Kecepatan Kendaraan (km/jam) Tikungan 1 Sta 0+140 8,536 9,013 9,461 8,60 10,76 Sta 0+150 8,828 9,282 9,665 8,66 9,67 67 Sta 0+160 9,130 9,427 9,649 8,60 6,03 Tikungan 2 Sta 0+270 15,952 15,820 15,792 8,30 1,93 56 Sta 0+280 16,174 16,119 16,008 8,30 2,00 Tikungan 3 Sta 0+320 Sta 0+330 16,730 17,211 16,658 17,037 16,596 16,998 8,38 8,46 1,60 2,52 Sta 0+340 17,891 17,582 17,466 8,66 4,91 Sta 0+350 18,681 18,294 18,163 9,06 5,72 55 Sta 0+360 Sta 0+370 Sta 0+380 19,144 20,030 20,585 18,810 19,796 20,492 18,694 19,608 20,296 8,90 8,30 8,16 5,06 5,08 3,54 Tikungan 4 Sta 0+430 23,535 23,584 23,679 8,24 1,75 Sta 0+440 24,412 24,550 24,674 8,62 3,04 Sta 0+450 23,469 23,748 23,880 8,78 4,68 60 Sta 0+460 Sta 0+470 24,198 25,218 24,640 25,588 24,949 25,869 8,58 8,44 8,75 7,71 Tikungan 5 Sta 0+490 26,936 26,953 26,926 8,40 0,12 Sta 0+500 27,563 27,383 27,315 8,60 2,88 Sta 0+510 27,892 27,605 27,539 8,42 4,19 53 Sta 0+520 Sta 0+530 28,424 29,081 28,159 28,858 28,005 28,653 9,00 8,18 4,66 5,23

Tikungan 6 Sta 0+580 30,346 30,330 30,267 8,52 0,93 Sta 0+590 30,601 30,484 30,351 8,68 2,88 Sta 0+600 30,884 30,649 30,491 8,80 4,47 Sta 0+610 Sta 0+620 31,156 31,483 30,630 31,138 30,609 30,816 9,20 9,00 5,95 7,41 60 Sta 0+630 31,784 31,412 31,118 8,86 7,52 Sta 0+640 32,184 31,854 31,523 8,68 7,62 Sta 0+650 32,653 32,315 32,015 9,20 6,93 Tikungan 7 Sta 0+780 34,973 35,037 35,077 8,00 1,30 Sta 0+790 35,072 35,204 35,318 8,10 3,04 58 Sta 0+800 35,212 35,452 35,657 8,00 5,56 Sta 0+810 35,362 35,577 35,871 8,10 6,28 Sumber : Hasil Survei Lapangan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa superelevasi pada beberapa titik STA pada tikungan 1, tikungan 4, tikungan 6 dan tikungan 7 memiliki nilai elevasi yang melebihi standar Bina Marga untuk jalan perkotaan sebesar 6 % serta kecepatan pada tikungan yang melampaui kecepatan rencana yaitu 30 40 km/jam. Hal ini jelas menunjukan bahwa kemungkinan peluang terjadi suatu kecelakaan sangat besar. Untuk itu perlu adanya perbaikan superelevasi untuk mengontrol kecepatan kendaraan pada tikungan.

2. Hubungan Superelevasi Existing Dengan Kecepatan Kendaraan Berdasarkan hasil survei kecepatan pada tikungan jalan Adi Sucipto dapat diketahui kecepatan rata rata existing dan grafik hubungan superelevasi existing dengan kecepatan kendaraan pada tikungan sebagai berikut : Tabel 5.3. Kecepatan Existing pada Ruas Jalan Adi Sucipto WAKTU KECEPATAN HARI I KECEPATAN HARI II KECEPATAN HARI III KECEPATAN (KM/JAM) (KM/JAM) (KM/JAM) RATA - RATA TIKUNGAN I II III IV V VI VII I II III IV V VI VII I II III IV V VI VII SUPERELEVASI (%) 10,76 2,00 5,72 8,75 5,23 7,62 6,28 10,76 2,00 5,72 8,75 5,23 7,62 6,28 10,76 2,00 5,72 8,75 5,23 7,62 6,28 (KM/JAM) Pkl 07.00-10.00 (MENDAKI) 50 50 55 52 53 50 52 60 39 50 59 47 52 47 55 56 45 50 49 55 50 51,24 Pkl 14.00-19.00 (MENURUN) 60 43 47 60 50 50 53 67 40 48 51 48 54 49 58 50 50 55 45 60 58 52,19 KECEPATAN RATA - RATA 51,71 Sumber : Hasil Survei Lapangan Dari tabel 5.3. kecepatan existing pada ruas jalan adi sucipto di atas diketahui bahwa kecepatan rata rata kendaraan pada tikungan mencapai 51,71 km/jam. Untuk memperoleh grafik hubungan superelevasi dengan kecepatan pada tikungan maka dilakukan rata rata kecepatan dari hari I sampai dengan hari III. Penyusunan nilai kecepatan dilakukan dari nilai kecepatan hari I sampai nilai kecepatan hari III. Kecepatan rata rata dari hari I sampai hari III keadaan menurun dan mendaki dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 5.4. kecepatan rata rata hari I, hari II dan hari III keadaan menurun KEADAAN MENURUN TIKUNGAN I II III IV V VI VII SUPERELEVASI (%) 10,76 2,00 5,72 6,28 5,23 7,62 6,28 Hari I 60 43 47 60 50 50 53 KECEPATAN Hari II 67 40 48 51 48 54 49 (KM/JAM) Hari III 58 50 50 55 45 60 58 KECEPATAN RATA - RATA (KM/JAM) 62 44 48 55 48 55 53 Sumber : Hasil survei dan analisa

SUPERELEVASI (%) Tabel 5.5. Kecepatan rata rata hari I, hari II dan hari III keadaan mendaki KEADAAN MENDAKI TIKUNGAN I II III IV V VI VII SUPERELEVASI (%) 10,76 2,00 5,72 8,75 5,23 7,62 6,28 Hari I 50 50 55 52 53 50 52 KECEPATAN Hari II 60 39 50 59 47 52 47 (KM/JAM) Hari III 55 56 45 50 49 55 50 KECEPATAN RATA - RATA (KM/JAM) 55 48 50 54 50 52 50 Sumber : Hasil survei dan analisa Dari data tabel 5.4. dan tabel 5.5. kecepatan rata - rata hari I, hari II dan hari III keadaan menurun dan mendaki di atas dapat dilakukan penggambaran grafik hubungan superelevasi dengan kecepatan kendaraan pada tikungan. Data superelevasi pada penggambaran grafik ini diurutkan dari nilai superelevasi terkecil sampai nilai superelevasi terbesar. Tabel data superelevasi dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 5.6. Data superelevasi dan kecepatan rata rata keadaan menurun KEADAAN MENURUN SUPERELEVASI 2,00 5,23 5,72 6,28 7,62 8,75 10,76 KECEPATAN RATA - RATA 44 48 48 53 55 55 62 Sumber : Hasil Survei dan analisa Gambar grafik hubungan superelevasi dengan kecepatan keadaan menurun dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 5.1.Grafik Hubungan Superelevasi Existing Dengan Kecepatan Keadaan Menurun 12,00 10,00 KEADAAN MENURUN 8,00 6,00 4,00 MENURUN 2,00 0,00 44 49 54 59 64 69 KECEPATAN (KM/JAM) Sumber : Hasil Analisa

SUPERELEVASI (%) Tabel 5.7. Data superelevasi dan kecepatan rata rata keadaan mendaki SUPERELEVASI KECEPATAN RATA - RATA Sumber : Hasil survei dan anlisa KEADAAN MENDAKI 2,00 5,23 5,72 6,28 7,62 8,75 10,76 48 50 50 50 52 54 55 Gambar grafik hubungan superelevasi dengan kecepatan keadaan menurun dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 5.2.Grafik Hubungan Superelevasi Existing Dengan Kecepatan Keadaan Mendaki 12,00 KEADAAN MENDAKI 10,00 8,00 6,00 4,00 MENDAKI 2,00 0,00 44 49 54 59 64 69 KECEPATAN (KM/JAM) Sumber : Hasil Analisa Dari hasil penggambaran hubungan superelevasi dan kecepatan keadaan menurun dan mendaki di atas maka dapat diketahui bahwa semakin besar superelevasi pada suatu tikungan maka semakin besar pula kecepatan yang dihasilkan oleh suatu kendaraan. Pada gambar grafik hubungan superelevasi dengan kecepatan keadaan mendaki dan menurun terdapat perbedaan yang menjelaskan bahwa saat kendaraan melaju pada keadaan menurun, kecepatan suatu kendaraan akan meningkat dengan cepat karena di pengaruhi oleh gaya tarik dari gravitasi bumi dimana kendaraan bergerak mengikuti gaya gravitasi sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan tidak terlalu besar, sedangkan kendaraan yang melaju pada keadaan mendaki, kecepatan kendaraan tersebut tidak akan meningkat dengan cepat karena kendaraan bergerak melawan gravitasi bumi dimana kendaraan membutuhkan tenaga yang besar untuk melewati tanjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecepatan kendaraan saat keadaan menurun akan lebih besar dari pada kecepatan kendaraan saat mendaki.

3. Superelevasi Untuk Jalan Adi Sucipto Berdasarkan Standar Bina Marga Untuk menghasilkan kondisi superelevasi pada tikungan dengan kecepatan rencana yang sesuai dengan standar Bina Marga maka dilakukan perbaikan superelevasi pada beberapa titik STA yang bermasalah diantanya, sebagai berikut : Tabel 5.8. Kondisi superlevasi hasil desain sesuai standar Bina marga Tikungan I II III IV V VI STA Kondisi Superelevasi Hasil Kecepatan Desain Rencana Elevasi Existing Elevasi Desain (km/jam) (%) (%) 0+140 10,76 6,00 30 0+150 9,67 5,90 30 0+160 6,03 5,92 30 0+270 1,93 3,13 40 0+280 2,00 3,20 40 0+320 1,60 2,79 40 0+330 2,25 3,70 40 0+340 4,91 5,95 40 0+350 5,72 6,00 40 0+360 5,06 6,00 40 0+370 5,08 6,00 40 0+380 3,54 5,99 40 0+430 1,75 2,96 40 0+440 3,04 4,20 40 0+450 4,68 5,82 40 0+460 8,75 5,92 40 0+470 7,71 5,51 40 0+490 0,12 1,31 40 0+500 2,88 4,05 40 0+510 4,19 5,38 40 0+520 4,66 5,77 40 0+530 5,23 5,97 40 0+580 0,93 2,10 40 0+590 2,88 4,03 40 0+600 4,47 5,60 40 0+610 5,95 6,00 40 0+620 7,41 5,97 40 0+630 7,52 5,96 40

VII Sumber : Hasil Desain 0+640 7,62 6,00 40 0+650 6,93 5,85 40 0+780 1,30 2,55 40 0+790 3,04 4,27 40 0+800 5,56 6,00 40 0+810 6,28 5,05 40 Perubahan elevasi ini bertujuan untuk menghasilkan bentuk superelevasi pada tikungan yang baik dan mengontrol kecepatan kendaraan agar kecepatan kendaraan tidak melampaui kecepatan rencana yang dianjurkan oleh Bina Marga yaitu 30-40 km/jam dengan superelevasi 6% untuk jalan perkotaan. Dari hasil desain superelevasi pada tabel 5.8.Kondisi superlevasi hasil desain sesuai standar Bina Marga di atas dapat dijelaskan bahwa selain nilai superelevasi, terdapat faktor lain yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana pada suatu tikungan. Faktor tersebut adalah jari jari tikungan. Berdasarkan ketentuan spesifikasi standar Bina Marga, tikungan dengan jari jari 30m 50m memiliki kecepatan rencana sebesar 30 40 km/jam, dan jari jari pada ketujuh tikungan jalan Adi Sucipto bekisar antara 30m dan 50m, sehingga kecepatan rencana hasil desain untuk ketujuh tikungan tersebut harus berkisar antara 30-40 km/jam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecepatan yang besar pada suatu tikungan, tidak hanya dipengaruhi oleh nilai superelevasi yang besar, namun dipengaruhi juga oleh besarnya jari jari tikungan. 5.2. Saran Dari kesimpulan diatas maka disarankan : 1. Perlu dilakukan perbaikan superelevasi dengan cara melakukan overlay atau lapis tambah permukaan pada titik terendah disetiap STA yang bermasalah. 2. Dalam setiap perencanaan maupun pelaksanaan suatu ruas jalan agar selalu mengikuti standar perencanaan jalan yang sudah ditentukan oleh Bina Marga agar menghasilkan suatu konstruksi jalan yang baik, aman dan nyaman. 3. Diharapkan kepada pengguna jalan untuk lebih memperhatikan kecepatan saat melintasi tikungan jalan Adi Sucipto sehingga dapat terhindar dari kecelakaan. Kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan rencana sebesar 30-40 km/jam.

DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2004. RSNI Geometrik Jalan Perkotaan. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan. Hendarsin, Shirley. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya.Bandung : Politeknik Jurusan Teknik Sipil Bandung. Saodang, Hamirhan. 2010. Konstruksi Jalan Raya. Bandung : Nova. Sukirman, Silvia. 1999. Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung : Nova.