EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO

dokumen-dokumen yang mirip
III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

Gambar 2 Tahapan Studi

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Gunung Bodas yang berada pada ketinggian 765m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kampung Adat Ciptarasa:

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

III. METODOLOGI KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI (BTP)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

3. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam

IV. METODE PENELITIAN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

ABSTRAK. Kata Kunci : Strategi penanganan, risiko biaya kontrak, SWOT. iii

METODE PENELITIAN. metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pantai yang menghadap Laut Cina Selatan ini memiliki dasar pantai landai sejauh

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

VII. FORMULASI STRATEGI

Gambar 4. Lokasi Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu sebuah metode penelitian

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi ini karena di objek wisata tersebut merupakan satu-satunya objek

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

Transkripsi:

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 202-212 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO Rini 1, Andi Idham AP 2, Rudi Latief 3 1,2 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 3 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa 45 Makassar 1 Email :Rinipati46@gmail.com Diterima (received): 15 Agustus 2016 Disetujui (accepted): 20 September 2016 ABSTRAK Pengembangan dan pemanfaatan rumah susun sewa di Kelurahan Wameo saat ini masih belum optimal dan belum efektif dalam mengatasi masalah permukiman kumuh di wilayah tersebut. Masalah tersebut diantaranya bahwa pengadaan rusunawa tidak menarik minat masyarakat di permukiman kumuh secara keseluruhan. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait evaluasi ketersediaan rumah susun sewa terhadap pertumbuhan permukiman. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, masih terdapat wilayah dengan ciri kawasan kumuh. Disisi lain pemerintah telah menyediakan fasilitas rumah susun sewa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana alat analisis yang digunakan adalah analisis chi kuadrat. Hasil analisis menunjukkan faktor tingkat pendapatan dan faktor tingkat sosialisasi merupakan faktor penyebab tidak efektifnya rumah susun. Arahan alternatif yang dapat dilakukan untuk untuk mengefektifkan rumah susun sewa dalam mengatasi permukiman kumuh yaitu memberikan penyuluhan, ikut dalam kegiatan sosial menyangkut kepedulian lingkungan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Kata Kunci : rumah susun, pemukiman kumuh, pertumbuhan kota A. PENDAHULUAN Menurut Undang - undang nomor 1 tahun 2011 pasal 1 ayat 13, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Masalah permukiman kumuh merupakan masalah yang harus ditangani dengan solusi yang komprehensif, mengingat hal tersebut berkaitan dengan banyak aspek seperti aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya dan psikologis masyarakat (Jayadinata, 1992). Saat ini perumahan sudah merupakan industri dan kegiatan mencipta perumahan menjadi ajang kerja para spesialis dan profesional. Semula pembangunan rumah merupakan kegiatan perorangan, keluarga, maupun tetangga sekitar. Kini sudah berubah dan berkembang dimana sektor swasta juga turut serta di dalamnya dengan pemerintah sebagai pembina. Penyediaan fasilitas umum, dan sistem produksi huniannya akibat perkembangan penduduk bukan lagi Available online : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/planomadani

masalah sederhana tetapi menjadi semakin kompleks (Budiharjo, 1986). Strategi penanganan permasalahan permukiman kumuh harus mempertimbangkan bahwa status mata pencaharian masyarakat setempat yang menuntut lokasi tempat tinggal tetap berdekatan dengan lokasi mata pencaharian. Masalah yang terdapat di Kelurahan Wameo saat ini menurut hasil pengamatan di lapangan bahwa rumah susun sewa belum optimal pemanfaatannya dan belum efektif dalam mengatasi masalah permukiman kumuh di wilayah tersebut. Masalah tersebut diantaranya bahwa pengadaan rusunawa tidak menarik minat masyarakat di permukiman kumuh secara keseluruhan atau dapat dikatakan sebagai ketidakefektifan penanganan. Pemerintah perlu memikirkan cara-cara baru didalam menangani masalah perumahan, dan mengalihkan sebagian sumber daya untuk intensifikasi dan peningkatan kualitas rumah sewa (rental housing) termasuk rumah kumuh yang selama ini terabaikan. Kaum marginal di perkotaan umumnya tetap membutuhkan perhatian kita bersama, terutama untuk meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas mereka terhadap perbaikan kualitas kehidupannya. Negeri dan kota ini dibangun untuk semua, bukan hanya untuk mereka yang mujur, tetapi juga terutama untuk mereka yang belum beruntung (Sueca, 2004). Ketidakoptimalan fungsi pengadaan rusunawa sebagai alternatif penanganan permukiman kumuh khususnya permukiman kumuh dapat dilihat pada Kelurahan Wameo, Kecamatan Batupuaro Kota Baubau. Pemilihan lokasi dikarenakan pengadaan rusunawa yang telah dilakukan tidak dapat menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh yang ada. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, masih banyak terdapat permukiaman kumuh padahal rumuah susun sewa di peruntukan untuk mengatasi permukiman kumuh, sedangkan yang menempati rumah susun sewa adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi ke bawah yang menghuni rusunawa tersebut hanya sekitar 25% dari masyarakat permukiman kumuh dimana sisanya di luar dari permukiman kumuh yang mempunyai penghasilan menengah. B. METEDOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara dengan lokasi penelitian difokuskan pada Kelurahan Wameo yakni Lingkungan rusun dan permukiman kumuh. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini yakni selama dua bulan yang dimulai dari minggu ketiga bulan Juni sampai minggu kedua bulan Juli 2015. 2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua), yaitu: - Data kualitatif yaitu data yang menjelaskan secara deskriptif tentang lokasi penelitian secara umum seperti data kondisi fisik kawasan yang mencakup letak geografis, kondisi topografi, kelerengan, geologi dan hidrologi Kelurahan Wameo. Data sosial budaya masyarakat di Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 203

permukiman kumuh Kelurahan Wameo yang menyangkut perilaku masyarakat dan adat istiadat. - Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian dengan tabulasi angka untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Data kuatitatif yang dimaksud adalah mengenai jumlah sebaran kawasan permukiman kumuh, data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencaharian, jumlah pendapatan penduduk, jumlah penduduk menurut agama di Kelurahan Wameo. b. Sumber Data Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi lapangan seperti data yang diperoleh dari responden yang di pilih untuk Wawancara secara mendalam dan observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif obyek Penelitian. Jenis data yang dimaksud meliputi : - Data sosial budaya masyarakat yang menyangkut perilaku masyarakat dan adat istiadatt yang bersumber dari wawancara tokoh-tokoh masyarakat - Data sebaran prasarana persampahan - Data ekonomi, seperti mata pencaharian penduduk dan jumlah pendapatan penduduk. - Data Lingkungan, seperti kondisi prasarana lingkungan dilokasi penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dan bersumber dari berbagai literatur, buku-buku ilmiah, bahan dokumentasi serta data dari instansi terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini sebagaimana yang dikemukakan (Sugiyono, 2006) bahwa sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Terkait dengan pengertian itu maka data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data dari instansi Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kebersihan Kota Baubau, serta data profil Kecamatan Batupuaro dan Kelurahan wameo. - Data demografi seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencaharian, jumlah pendapatan penduduk, jumlah penduduk menurut agama yang bersumber dari BPS Kota Baubau, Kantor Kecamatan Batupuaro, Kantor Kelurahan wameo. - Data sebaran Penduduk yang bersumber dari BPS Kota Baubau, Kantor Kecamatan Batupuaro dan Kantor Kelurahan wameo. - Data kondisi fisik kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi topografi, kelerengan, geologi dan hidrologi bersumber dari BPS Kota Baubau, kantor Kecamatan Batupuaro dan Kantor Kelurahan Wameo. 204 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

3. Teknik Analisis Data Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan rumusan masalah kedua yakni menggunakan metode analisis sebagai berikut : a. Analisis Chi-Kuadrat - Metode analisis skala likert Skor tertinggi Skor terendah Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan, digunakan rumus: n iox noj fh N Dimana: fh = frekuensi yang diharapkan nio = jumlah baris noj = jumlah kolom N = jumlah sample Penarikan kesimpulan dapat dilakukan apabila keadaan berikut tercapai yakni: X 2 hitung < X 2 tabel yang berarti H o diterima, sebaliknya apabila X 2 hitung > X 2 tabel berarti H o ditolak atau diterima H 1. Untuk mengetahu besarnya hubungan variable X dengan Y digunakan. C Kelas yang diinginkan 5 1 = 1,33 3 Berikut skor dan kriteria berdasarkan hasi interpretasi interval : 1. > 3,7 = mendukung 2. 2,4 3,7 = kurang mendukung 3. < 2,4 = tidak mendukung - Analisis Chi-Kuadrat (X 2 ) Dimana: X 2 = hasil chi-kuadrat yang dihitung fo = frekuensi yang diperoleh (data) fh = frekuensi yang diharapkan 2 X N X 2 C max Dimana: C = Hasil Koefesien Kontingensi X 2 = hasil chi-kuadrat yang dihitung N = jumlah sampel m = jumlah minimum antara baris atau kolom = Interval m m 1 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 205

Tabel 1. Patokan interprentase nilai porsentase Interval koefesien 0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,00 Sumber: Sugiyono, 2006 Tingkat hubungan Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat b. Arahan Pengembangan Rumah Susun Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal yaitu: 1) Kekuatan (strengths) Kekuatan yang merupakan faktor internal yang mendorong pencapai tujuan pembangunan dan kegiatan pariwisata 2) Kelemahan (weaknesses) Kelemahan merupakan faktor internal yang berpengaruh negatif pencapaian tujuan pembangunan dan kegiatan pariwisata 3) Peluang (opportunities) Peluang adalah faktor ekstenal yang bersifat positif terhadap tujuan pembangunan dan kegiatan pariwisata 4) Ancaman (threats) Ancaman adalah faktor eksternal yang bersifat negatif pencapaian tujuan strategi. Tabel 2. Matriks SWOT Eksternal Internal Opportunities (O) Susunan daftar peluang Threats (T) Susunan daftar ancaman Strengths (S) Susunan daftar kekuatan Weaknesses (W) Susunan daftar kelemahan Strategi SO Pakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Pakai peluang untuk menghindari ancaman Strategi ST Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi WT Perkecil kelemahan dan hindari ancaman 206 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

C. HASIL PEMBAHASAN 1. Faktor - faktor Penyebab Rumah Susun Sewa Tidak Efektif dalam Mengatasi Permukiman Kumuh Analisis mengenai faktor-faktor penyebab rumah susun sewa tidak efektif dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Wameo. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari Tingkat Pendapatan X 1, Tingkat Interaksi Masyarakat X 2, Tingkat Sosialisasi X 3, sedangkan variabel terikatnya adalah efektifitas rumah susun dalam mengatasi permukiman kumuh (Y) yaitu modal. 2. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan (X1) dengan Rumah Susun Sewa Tidak efektif dalam Mengatasi Permukiman Kumuh Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indikator analisis yaitu hubungan variabel X 1 (tingkat pendapatan) dengan variabel Y 1 (efektifitas). Hubungan keduanya ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan tingkat pendapatan dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh Permukiman Pendapatan Jumlah pelabuhan >1.500.000 1.500.00 <1.500.000 F % Efektif 15 6 1 22 34 Kurang efektif 3 5 9 17 26 Tidak efektif 1 11 14 26 40 Jumlah 19 23 25 65 100 Sumber : hasil analisis tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat, maka diperoleh X 2 (X hitung) sebesar 28.30458 atau lebih kecil dari X 2 tabel sebesar 9,49 dengan taraf signifikan 5% pada derajat bebas (Db) sebesar 4 yang menyatakan Ho ditolak (X 2 < X 2 tabel). Hasil analisis seperti ini menyatakan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendapatan dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh Kelurahan Wameo terdapat hubungan pengaruh yang sangat signifikan. Selanjutnya dari hasil koefisien kontingensi setelah adanya hasil uji kalkulasi pada rumus Chi- Kuadrat maka didapatkan nilai indeks kuatnya hubungan (IKH) yaitu 0,5. Dari nilai indeks kuatnya hubungan tersebut maka disimpulkan bahwa antara variabel tingkat pedapatan dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mengatasi permukiman kumuh Kelurahan Wameo memiliki hubungan sedang. 3. Hubungan Interaksi antar Masyarakat (X 2 ) dengan Rumah Susun Sewa Tidak Efektif dalam Mengatasi Permukiman Kumuh Interaksi antar masyarakat juga menjadi salah satu variabel X dalam penelitian ini yakni variabel X 2. Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga makhluk sosial, hidup dalam masyarakat dalam suatu Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 207

kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya inilah manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya yang dapat diamati dari fenomena perilakulingkungan, kelompok-kelompok pemakai, dan tempat terjadinya aktifitas. Fenomena ini menunjukan pada pola-pola perilaku pribadi, yang berkaitan dengan lingkungan fisik yang ada, terkait dengan perilaku interpersonal manusia atau perilaku sosial manusia. Namun realita yang ada bahwa secara umum interaksi antar masyarkat kurang aktif ketika menempati rumah susun sewa di karenakan kebiasaan mereka bertempat tinggal, sehingga antar penghuni jarang mangadakan musyawarah apa bila terdapat masalah di rumah susun sewa baik masalah segi fasilitas maupun masalah penghuni itu sendiri, padahal sebagai mahluk sosial manusia saling membutuhkan satu sama lain. Berikut pengukuran variabel interaksi masyarakat. Tabel 4. Hubungan interaksi masyarakat dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh No Interaksi Jumlah Permukiman pelabuhan Kurang Tidak Aktif F % aktif aktif 1 Efektif 1 3 5 9 14 2 Kurang efektif 9 13 19 41 63 3 Tidak efektif 3 11 1 15 23 Jumlah 13 27 25 65 100 Sumber : hasil analisis tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat, maka diperoleh X 2 (X hitung) sebesar 10.47222 atau lebih besar dari X 2 tabel sebesar 9,49 dengan taraf signifikan 5% pada derajat bebas (Db) sebesar 4 yang menyatakan Ho di tolak (X 2 > X 2 tabel). Dengan hasil analisis seperti ini menyatakan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel interaksi masyarakat dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mangatasi permukiman Kumuh Kelurahan Wameo terdapat hubungan pengaruh yang signifikan. Selanjutnya dari hasil koefisien kontingensi setelah adanya hasil uji kalkulasi pada rumus Chi-Kuadrat maka didapatkan nilai indeks kuatnya hubungan (IKH) yaitu 0,37. Dari nilai indeks kuatnya hubungan tersebut maka disimpulkan bahwa antara variabel interaksi masyarakat dengan rumah susun sewa tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh Kelurahan Wameo memiliki hubungan lemah. 4. Hubungan antara Sosialisasi (X 3 ) dengan Rumah Susun Sewa yang Tidak Efektif dalam Mengatasi Permukiman Kumuh Sosialisasi yaitu aktifitas memperkenalkan baik itu aturan, program, kebijaksanaan dan sebagainya kepada masyarakat. Variabel faktor sosialisai juga mengambil bagian dalam keikut sertaan masyarakat dalam mengatasi permukiman kumuh dengan ketersediaan rumah susun sewa. Apakah masyarakat 208 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

itu sendiri sudah menerima sosialisasi terkait dengan adanya rumah susun sewa bagi masyarakat yang kurang mampu dalam mengatasi permukiman kumuh. Sehingga, apabila masyarakat sudah menerima sosialisasi tersebut kemungkinan besar akan efektif dalam mengatasi permukiman kumuh. Tabel 5. Hubungan sosialisasi dengan rumah susun sewa yang tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh tahun 2015 Sosialisasi Jumlah No Efektifitas Kurang Tidak Lancar lancar sosialisasi F % 1 Efektif 9 4 1 14 21 2 Kurang efektif 2 5 9 16 25 3 Tidak efektif 1 11 23 35 54 Jumlah 12 20 33 65 100 Sumber : hasil analisis tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat, maka diperoleh X 2 (X hitung) sebesar 27.75919 atau lebih besar dari X 2 Tabel sebesar 9,49 dengan taraf signifikan 5% pada derajat bebas (Db) sebesar 4 yang menyatakan Ho ditolak (X 2 > X 2 tabel). Dengan hasil analisis seperti ini menyatakan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel sosialisasi dengan faktor penyebab rumah susun sewa tidak efektif dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Wameo terdapat hubungan pengaruh yang signifikan. Selanjutnya dari hasil koefisien kontingensi setelah adanya hasil uji kalkulasi pada rumus Chi-Kuadrat maka didapatkan nilai indeks kuatnya hubungan (IKH) yaitu 0,55. Dari nilai indeks kuatnya hubungan tersebut maka disimpulkan bahwa antara variabel sosialisasi dengan rumah susun sewa yang tidak efektif dalam mangatasi permukiman kumuh Kelurahan Wameo memiliki hubungan sedang. Hal yang dapat disimpulkan dalam penerapan metode rumus chi-kuadrat dalam penelitian ini yakni seberapa besar factor keefektifan ketersediaan rumah susun sewa terhadap pertumbuhan permukiman kumuh di Kelurahan Wameo yakni pendapatan dengan pengaruh sedang, interaksi antar masyarakat dengan pengaruh lemah, dan sosialisasi dengan pengaruh sedang. Untuk lebih jelasnya rekapitulasi analisis penerapan uji chi-kuadrat terhadap kelima variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 209

Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis penerapan uji chi-kuadrat terhadap variabel penelitian No Variabel Nilai X 2 Nilai X tabel 5% Nilai hubungan kontingensi 1 Pendapatan 28,3 9,49 0,5 Sedang 2 Interaksi antar masyarakat 10,47 9,49 0,37 Lemah 3 Sosialisasi 27,759 9,49 0,55 Sedang Sumber : hasil analisis tahun 2015 Kesimpulan Pengaruh sangat signifikan H 0 di tolak H 1 di terima Pengaruh tidak signifikan H 0 di terima Pengaruh sangat signifikan H 0 di tolak H 1 di terima Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa faktor penyebab rumah susun sewa tidak efaktif dalam mengatsi permukiman kumuh di Kelurahan Wameo adalah pendapatan dan sosialisasi dengan kesimpulan analisis pengaruh sangat signifikan H 0 di tolak H 1 diterima. 5. Arahan Program Pengembangan Rumah Susun Sewa dalam Mengatasi Perkembangan Permukiman Kumuh Kumuh Berdasarkan SWOT ketersediaan rumah susun sewa sesuai dengan program pembangunannya dan faktor-faktor yang membuat rumuah susun sewa tidak efektif dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Wameo. Setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk arahan program pengembangan rumah susun sewa dalam mengatasi perkembangan permukiman kumuh di Kelurahan Wameo maka dilakukan analisa pada faktor-faktor tersebut dengan memberikan bobot, rating dan skor pada tiap-tiap faktor strategis internal maupun eksternal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 18 berikut: Tabel 6. Arahan program pengembangan rumah susun sewa Eksternal Opportunity (O) (peluang) Threats (T) (ancaman) Internal Strengths (S) (kekuatan) Interaksi antarmasyarakat - Kebijakan Pemerintah - Lokasi rusunawa berada dipusat perkotaan Strategi S-O - Dengan adanya kebijakan dari pemerintah membangun rumah susun sewa, maka masyarakat akan merasa/senantiasa terus menjalin komunikasi hingga - Ketidak sesuaian penghuni - Kriminalitas Strategi S-T - Dengan menjalin interaksi yang baik antar masyarakat sehingga menanggulangi ketidak seusain penghuni rumah susun sewa. - Cukup baiknya interaksi 210 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973

Weakness (W) (kelemahan) - Pendapatan umumnya sedang - Sosialisasi pengelola tidak berlanjut Sumber : hasil analisis tahun 2015 tercipta interaksi yang kuat, sehingga rusun yang telah ada menjadi efektif karena masyarakat merasa nyaman dengan interaksi social yang tercipta. - Dengan lokasi rusunawa yang berada di pusat kota memudahkan masyarakat melakukan interaksi Strategi W-O - Kebijakan pemerintah harus lebih di pertimbangkan lagi dalam menetukan harga tiap rusun bagi yang berpendapatan kebawah, - Kawasan rusunawa yang berada di pusat kota memungkinkan masyarakat yang berpendapatan sedang mampu meningkatkan pendapatan lebih baik dengan lokasi rusunawa yang strategis - Pemerintah harus lebih sering mengsosalisasikan program rumah susun sewa kepada masyakat agar penempatan rumah susun sewa sesuai dengan visi dari rumah susun sewa tersebut - Perlu pengoptimalannya pelayanan internal rusunawa sehingga mampu mendukung lokasi rusunnawa yang berada dipusat perkotaan (strategis) masyarakat (sosialisasi) sehingga memungkinkan terciptanya kawasan rusunawa mampu meminimalisir tindak kriminalitas sehingga mampu mewujudkan kawasan yang aman dan kondusif Strategi W-T - Dengan pendapatan yang tinggi seharusnya hunian akan lebih baik lagi sehingga program rumah susun sewa efektif bagi masyarakat ekonomi kebawah. - Kondisi tingkat pendapatan yang sedang perlu di tingkatakan guna mengurangi potensi kriminalitas kawasan rusunawa - Sosialisasi pengelola harus di tingkatkan lagi sehingga rumah susun sewa tepat sasaran kepada warga yang ekonomi kebawah. - Kondisi sosialisai pengelola yang kurang baik ditambah tingkat kriminalitas yang meningkat sehingga perlunya inisiatif perbaikan pengelolaan menejemen rusunawa dalam meningkatakan pelayanan. D. KESIMPULAN Faktor penyebab rumah susun sewa tidak efektif dalam mengatasi permukiman kumuh adalah faktor tingkat pendapatan dan faktor tingkat sosialisasi. Dengan hasil koefisien kontingensi setelah adanya hasil uji kalkulasi pada rumus Chi-Kuadrat didapatkan nilai indeks kuatnya hubungan (IKH) yaitu 0,5 dan 0,55 yang artinya antara variabel tingkat pendapatan dan tingkat sosialisasi dalam faktor tidak efisiennya rumah susun dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Wameo memiliki hubungan sedang. Untuk mengefektifkan rumah susun sewa dalam mengatasi permukiman kumuh dapat dilakukan beberapa arahan program pengembangan rumah susun sewa seperti memberikan penyuluhan, ikut dalam kegiatan sosial menyangkut kepedulian lingkungan, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 211

DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, E. (1986). Arsitektur dan Kota di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jayadinata. (1992). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB Press. Sueca, N. P. (2004). Permukiman Kumuh, Masalah atau Solusi? Jurnal Permukiman Natah, 92-95. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Pemerintah Republik Indoneisa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 212 Volume 5 Nomor 2 - Oktober 2016 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973