1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap. Minapolitan merupakan sebuah konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis wilayah dengan pendekatan sistem manajemen kawasan untuk mendorong peningkatan produksi perikanan sekaligus mendorong pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut (Sunoto 2010; Rahman 2011; KKP 2011). Menurut Nasrudin (2010), kawasan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu adalah suatu kawasan pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi wilayah, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat kawasan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Keberadaan PPN Palabuhanratu memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sebagai kawasan inti minapolitan perikanan tangkap. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) lainnya di kawasan Teluk Palabuhanratu merupakan pendukung kawasan minapolitan Palabuhanratu. Sebagai sebuah sistem, minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu seharusnya mencerminkan keterpaduan antar elemen atau industri terkait. Sistem akan berjalan optimal jika daya saing industri-industri terkait berada pada kondisi optimal pula. Daya saing ini akan ditentukan oleh karakteristik dan potensi komoditas unggulan yang dimilikinya. Komoditas unggulan minapolitan yang ditetapkan pemerintah daerah yaitu ikan tuna dan layur. Program minapolitan masih relatif baru (tahap inisiasi) sehingga kadang muncul permasalahan-permasalahan akibat ketidaksepahaman antar stakeholders terkait. Permasalahan penting yang harus dipecahkan oleh pengelola program adalah menjaga keseimbangan untuk kepentingan keberlanjutan sumber daya ikan, kepentingan nelayan setempat, kepentingan industri terkait, dan kepentingan pemerintah. Beberapa permasalahan yang ada saat ini adalah 1) persaingan usaha
2 yang tidak sehat, 2) praktek bisnis monopoli dan eksploitatif, 3) sosialisasi program kurang optimal, dan 4) keterbatasan anggaran implementasi program. Permasalahan yang ada selama ini masih sangat kompleks sehingga perlu disederhanakan dalam bentuk model. Model yang tersusun berfungsi untuk mempermudah prediksi dan perhitungan, atau tiruan suatu gejala atau proses (Riadi 2012). Menurut Eriyatno (2003), salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah menemukan peubah-peubah apa yang paling penting dan tepat. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pemecahan masalah minapolitan, pentingnya model adalah 1) mengetahui apakah hubungan dari unsur-unsur (peubah) ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan 2) memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan di antara unsur-unsur. Aspek penting dalam pengembangan minapolitan adalah aspek rantai pasok, kelembagaan dan pasar. Aspek-aspek tersebut memiliki kompleksitas permasalahan dan hubungan antar pelaku (unsur) yang cukup rumit. Pengembangan minapolitan akan efektif jika dikelola secara terintegrasi, artinya, ada kaitan antara usaha nelayan hingga perusahaan eksportir (pemasaran) secara sinergis dan produktif serta ada kaitan antar wilayah, antar sektor bahkan antar komoditas (Djamhari 2004 diacu Riadi 2012). Mengadopsi pendapat Riadi (2012), basis integrasi dalam pengembangan minapolitan dapat dicirikan oleh kooperasi, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, penyebaran teknologi, pergeseran dari proses individual ke proses integrasi rantai pasok. Resultan dari integrasi semua pelaku rantai pasok di dalam sistem minapolitan pada akhirnya akan menghasilkan daya saing rantai pasok. Oleh karena itu, model integrasi merupakan salah satu solusi dan memiliki peran yang strategis dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis sistem minapolitan, model integrasi serta strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu.
3 1.2 Perumusan Masalah Sebagai program baru yang diinisiasi oleh pemerintah, pengembangan minapolitan membutuhkan strategi yang tepat berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Strategi tersebut perlu diterjemahkan ke dalam seperangkat ukuran dan target yang jelas dan menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pelaksana program maupun stakeholder terkait lainnya agar visi, tujuan dan strategi dapat tercapai secara optimal. Dalam perspektif pendekatan klaster, terdapat beberapa pertanyaan kunci seperti 1) apakah klaster perikanan tangkap di Palabuhanratu telah terbentuk secara alamiah, ataukah klaster tersebut terbentuk setelah inisiasi program, 2) strategi apa yang telah dan akan dilakukan pemerintah setempat dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap, 3) apakah pembentukan klaster telah menumbuhkan sinergitas, keterpaduan dan kemitraan antar pelaku-pelaku usaha (industri), pemerintah dan kelembagaan pendukung lainnya, serta 4) apakah terjadi permasalahan persaingan usaha yang kurang sehat akibat implementasi regulasi yang kurang kondusif. Berkenaan dengan hal tersebut, perumusan masalah akan diformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana permasalahan implementasi konsep minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu saat ini? 2) Bagaimana model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu? 3) Bagaimana strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu yang seharusnya dikembangkan? 1.3 Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Identifikasi permasalahan implementasi konsep minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu;
4 2) Memformulasikan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap berdasarkan aspek pasar, aspek rantai pasok dan aspek kelembagaan; 3) Merumuskan strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perumusan kebijakan pengembangan program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu; 2) Bagi peneliti dan akademisi sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap; 3) Bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya sebagai masukan informasi untuk meningkatkan kesadaran kolektif dalam rangka mewujudkan keterpaduan, efisiensi usaha dan peningkatan daya saing sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan nelayan. 1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka penelitian ini (Gambar 1) dilatarbelakangi oleh permasalahan sekaligus peluang yang dihadapi dalam program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Beberapa permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum optimalnya percepatan kegiatan minapolitan, keterbatasan kegiatan/anggaran, belum tersosialisasikannya program dengan baik, potensi timbulnya praktek bisnis monopoli serta persaingan usaha antara nelayan tradisional dan nelayan modern. PPN Palabuhanratu memiliki peluang yang prospektif sebagai salah satu pusat program minapolitan perikanan tangkap antara lain karena lokasinya yang cukup strategis, tingginya minat investor untuk mengembangkan perikanan tuna dan layur serta tingginya pangsa pasar ekspor untuk komoditas tuna dan layur. Berbagai permasalahan yang timbul saat ini perlu dicari solusi secara holistik dan terpadu sehingga pengembangan minapolitan perikanan tangkap dapat terlaksana
5 seoptimal mungkin. Oleh karena itu, tahap awal yang harus dilakukan adalah menganalisis sistem minapolitan secara menyeluruh. Dengan analisis sistem, kebutuhan pelaku-pelaku sistem minapolitan baik dari unsur pemerintah (dinas terkait), pelaku bisnis (industri) maupun nelayan dapat dijabarkan secara rinci. Permasalahan spesifik yang menyebabkan sistem minapolitan tidak berjalan optimal dapat teridentifikasi dengan baik. Rantai hubungan antara kebutuhan dan permasalahan tersebut juga dapat diformulasikan dalam bentuk diagram struktur sistem, diagram sebab akibat dan diagram inputoutput. Dengan demikian, kompleksitas sistem minapolitan lebih mudah dipahami untuk menghasilkan rumusan solusi yang tepat. Model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap dianalisis berdasarkan pada aspek integrasi pasar, integrasi rantai pasokan dan integrasi kelembagaan. Integrasi pasar dimaksudkan untuk menjelaskan keterkaitan atau integrasi perubahan harga ikan di TPI inti (PPN Palabuhanratu) dengan perubahan harga ikan di TPI lainnya di kawasan Teluk Palabuhanratu dan keterkaitan harga ikan di tingkat TPI Palabuhanratu dengan harga ikan di pasar tujuan ekspor. Integrasi pasar tersebut dapat dilihat dari nilai index of market connection (IMC). Integrasi antar rantai pasokan difokuskan untuk menganalisis hubungan antar berbagai pelaku bisnis (nelayan, juragan, distributor, dan perusahaan) di kawasan minapolitan Palabuhanratu. Integrasi kelembagaan dimaksudkan untuk menganalisis peran dan fungsi kelembagaan minapolitan (instansi terkait, kelembagaan rantai pasok, perbankan, industri sarana dan prasarana usaha penangkapan, PPN Palabuhanratu, koperasi nelayan, asosiasi nelayan dan lembaga pendidikan/penelitian). Berdasarkan peran dan fungsi antar kelembagaan kemudian dirumuskan model kemitraan yang sesuai untuk mendukung pengembangan minapolitan perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dalam pengembangan program minapolitan perikanan tangkap dibutuhkan strategi yang tepat. Strategi yang diterapkan harus mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang ada, serta mengandalkan kekuatan untuk menciptakan peluang. Keberhasilan strategi tersebut dipengaruhi oleh sejauh mana kompetensi dan kapabilitas yang dikembangkan oleh pengelola program minapolitan.
6 Kompetensi dan kapabilitas dapat dilihat dari sejauh mana kinerja pengelola program minapolitan. Penilaian kinerja pengelola program minapolitan tersebut dilakukan dengan pendekatan balanced scorecard yang mempertimbangkan empat perspektif yaitu 1) perspektif pelanggan dan stakeholder, 2) perspektif keuangan, 3) perspektif proses bisnis internal, serta 4) kapasitas kelembagaan minapolitan. Keempat perspektif tersebut merupakan uraian dan upaya penerjemahan visi dan strategi program minapolitan ke dalam terminologi operasional. Mengacu Yuwono et al. (2007) balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif. Balanced scorecard juga dapat memberikan pemahaman kepada pengelola program tentang performance bisnis minapolitan perikanan tangkap. Selain menghasilkan rumusan sasaran strategis dan faktor-faktor keberhasilan, analisis balanced scorecard dapat menghasilkan rumusan pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta keseimbangan antara berbagai elemen penting dalam kinerja program minapolitan.
7 IMPLEMENTASI PROGRAM MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP PALABUHANRATU PERMASALAHAN - Persaingan usaha antara nelayan tradisional dengan nelayan modern - Potensi timbulnya praktek bisnis monopoli dan eksploitatif - Percepatan kegiatan minapolitan belum optimal - Keterbatasan kegiatan/anggaran - Sosialisasi program belum optimal PELUANG - PPN Palabuhanratu ditetapkan sebagai salah satu pusat program minapolitan perikanan tangkap - Palabuhanratu memiliki posisi strategis sebagai tempat pendaratan bagi nelayan Cilacap dan Jakarta - Minat investor untuk mengembangkan bisnis komoditas unggulan (tuna dan layur) cukup tinggi - Pangsa pasar ekspor tuna dan layur tinggi ANALISIS SISTEM MINAPOLITAN - Identifikasi pelaku sistem - Formulasi masalah - Identifikasi sistem ANALISIS MODEL INTEGRASI SISTEM MINAPOLITAN - Analisis integrasi pasar tuna dan layur - Analisis manajemen rantai pasok - Analisis kelembagaan kemitraan ANALISIS SWOT - Analisis faktor internal - Analisis faktor eksternal - Perumusan tema-tema strategis ANALISIS BALANCED SCORECARD - Perumusan strategis dalam perspektif balanced scorecard - Perumusan sasaran strategis - Perumusan faktor-faktor keberhasilan - Pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta membuat keseimbangan REKOMENDASI PENGEMBANGAN PROGRAM MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP MELALUI MODEL INTEGRASI DALAM PENGEMBANGAN MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.