1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

MODEL INTEGRASI DALAM PENGEMBANGAN MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ARDANI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SASARAN STRATEGIS PENGEMBANGAN MODEL KLUSTER INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

Rencana Strategis (RENSTRA)

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. pangsa pasar dan memenangkan persaingan. lingkungan bisnis yang kompleks dalam rangka mewujudkan visi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

RENCANA STRATEGI KEGIATAN INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT DI KABUPATEN SUKABUMI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

BAB V KESIMPULAN. kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ekstrim. Persaingan abad industri telah bergeser menjadi persaingan abad

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR. Ir. Suprapti

Belajar (KB), yaitu: KB1 tentang Evolusi Manajemen Strategis dan KB2 tentang Perkembangan Manajemen Strategis Modern.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

Mengenal Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

DAFTAR ISI. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian Konsep Dasar Balanced Scorecard...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Efektivitas dan efisiensi sistem perbankan di suatu

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap. Minapolitan merupakan sebuah konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis wilayah dengan pendekatan sistem manajemen kawasan untuk mendorong peningkatan produksi perikanan sekaligus mendorong pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut (Sunoto 2010; Rahman 2011; KKP 2011). Menurut Nasrudin (2010), kawasan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu adalah suatu kawasan pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi wilayah, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat kawasan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Keberadaan PPN Palabuhanratu memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sebagai kawasan inti minapolitan perikanan tangkap. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) lainnya di kawasan Teluk Palabuhanratu merupakan pendukung kawasan minapolitan Palabuhanratu. Sebagai sebuah sistem, minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu seharusnya mencerminkan keterpaduan antar elemen atau industri terkait. Sistem akan berjalan optimal jika daya saing industri-industri terkait berada pada kondisi optimal pula. Daya saing ini akan ditentukan oleh karakteristik dan potensi komoditas unggulan yang dimilikinya. Komoditas unggulan minapolitan yang ditetapkan pemerintah daerah yaitu ikan tuna dan layur. Program minapolitan masih relatif baru (tahap inisiasi) sehingga kadang muncul permasalahan-permasalahan akibat ketidaksepahaman antar stakeholders terkait. Permasalahan penting yang harus dipecahkan oleh pengelola program adalah menjaga keseimbangan untuk kepentingan keberlanjutan sumber daya ikan, kepentingan nelayan setempat, kepentingan industri terkait, dan kepentingan pemerintah. Beberapa permasalahan yang ada saat ini adalah 1) persaingan usaha

2 yang tidak sehat, 2) praktek bisnis monopoli dan eksploitatif, 3) sosialisasi program kurang optimal, dan 4) keterbatasan anggaran implementasi program. Permasalahan yang ada selama ini masih sangat kompleks sehingga perlu disederhanakan dalam bentuk model. Model yang tersusun berfungsi untuk mempermudah prediksi dan perhitungan, atau tiruan suatu gejala atau proses (Riadi 2012). Menurut Eriyatno (2003), salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah menemukan peubah-peubah apa yang paling penting dan tepat. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pemecahan masalah minapolitan, pentingnya model adalah 1) mengetahui apakah hubungan dari unsur-unsur (peubah) ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan 2) memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan di antara unsur-unsur. Aspek penting dalam pengembangan minapolitan adalah aspek rantai pasok, kelembagaan dan pasar. Aspek-aspek tersebut memiliki kompleksitas permasalahan dan hubungan antar pelaku (unsur) yang cukup rumit. Pengembangan minapolitan akan efektif jika dikelola secara terintegrasi, artinya, ada kaitan antara usaha nelayan hingga perusahaan eksportir (pemasaran) secara sinergis dan produktif serta ada kaitan antar wilayah, antar sektor bahkan antar komoditas (Djamhari 2004 diacu Riadi 2012). Mengadopsi pendapat Riadi (2012), basis integrasi dalam pengembangan minapolitan dapat dicirikan oleh kooperasi, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, penyebaran teknologi, pergeseran dari proses individual ke proses integrasi rantai pasok. Resultan dari integrasi semua pelaku rantai pasok di dalam sistem minapolitan pada akhirnya akan menghasilkan daya saing rantai pasok. Oleh karena itu, model integrasi merupakan salah satu solusi dan memiliki peran yang strategis dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis sistem minapolitan, model integrasi serta strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu.

3 1.2 Perumusan Masalah Sebagai program baru yang diinisiasi oleh pemerintah, pengembangan minapolitan membutuhkan strategi yang tepat berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Strategi tersebut perlu diterjemahkan ke dalam seperangkat ukuran dan target yang jelas dan menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pelaksana program maupun stakeholder terkait lainnya agar visi, tujuan dan strategi dapat tercapai secara optimal. Dalam perspektif pendekatan klaster, terdapat beberapa pertanyaan kunci seperti 1) apakah klaster perikanan tangkap di Palabuhanratu telah terbentuk secara alamiah, ataukah klaster tersebut terbentuk setelah inisiasi program, 2) strategi apa yang telah dan akan dilakukan pemerintah setempat dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap, 3) apakah pembentukan klaster telah menumbuhkan sinergitas, keterpaduan dan kemitraan antar pelaku-pelaku usaha (industri), pemerintah dan kelembagaan pendukung lainnya, serta 4) apakah terjadi permasalahan persaingan usaha yang kurang sehat akibat implementasi regulasi yang kurang kondusif. Berkenaan dengan hal tersebut, perumusan masalah akan diformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana permasalahan implementasi konsep minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu saat ini? 2) Bagaimana model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu? 3) Bagaimana strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu yang seharusnya dikembangkan? 1.3 Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Identifikasi permasalahan implementasi konsep minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu;

4 2) Memformulasikan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap berdasarkan aspek pasar, aspek rantai pasok dan aspek kelembagaan; 3) Merumuskan strategi dan tolok ukur keberhasilan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perumusan kebijakan pengembangan program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu; 2) Bagi peneliti dan akademisi sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap; 3) Bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya sebagai masukan informasi untuk meningkatkan kesadaran kolektif dalam rangka mewujudkan keterpaduan, efisiensi usaha dan peningkatan daya saing sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan nelayan. 1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka penelitian ini (Gambar 1) dilatarbelakangi oleh permasalahan sekaligus peluang yang dihadapi dalam program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Beberapa permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum optimalnya percepatan kegiatan minapolitan, keterbatasan kegiatan/anggaran, belum tersosialisasikannya program dengan baik, potensi timbulnya praktek bisnis monopoli serta persaingan usaha antara nelayan tradisional dan nelayan modern. PPN Palabuhanratu memiliki peluang yang prospektif sebagai salah satu pusat program minapolitan perikanan tangkap antara lain karena lokasinya yang cukup strategis, tingginya minat investor untuk mengembangkan perikanan tuna dan layur serta tingginya pangsa pasar ekspor untuk komoditas tuna dan layur. Berbagai permasalahan yang timbul saat ini perlu dicari solusi secara holistik dan terpadu sehingga pengembangan minapolitan perikanan tangkap dapat terlaksana

5 seoptimal mungkin. Oleh karena itu, tahap awal yang harus dilakukan adalah menganalisis sistem minapolitan secara menyeluruh. Dengan analisis sistem, kebutuhan pelaku-pelaku sistem minapolitan baik dari unsur pemerintah (dinas terkait), pelaku bisnis (industri) maupun nelayan dapat dijabarkan secara rinci. Permasalahan spesifik yang menyebabkan sistem minapolitan tidak berjalan optimal dapat teridentifikasi dengan baik. Rantai hubungan antara kebutuhan dan permasalahan tersebut juga dapat diformulasikan dalam bentuk diagram struktur sistem, diagram sebab akibat dan diagram inputoutput. Dengan demikian, kompleksitas sistem minapolitan lebih mudah dipahami untuk menghasilkan rumusan solusi yang tepat. Model integrasi dalam pengembangan minapolitan perikanan tangkap dianalisis berdasarkan pada aspek integrasi pasar, integrasi rantai pasokan dan integrasi kelembagaan. Integrasi pasar dimaksudkan untuk menjelaskan keterkaitan atau integrasi perubahan harga ikan di TPI inti (PPN Palabuhanratu) dengan perubahan harga ikan di TPI lainnya di kawasan Teluk Palabuhanratu dan keterkaitan harga ikan di tingkat TPI Palabuhanratu dengan harga ikan di pasar tujuan ekspor. Integrasi pasar tersebut dapat dilihat dari nilai index of market connection (IMC). Integrasi antar rantai pasokan difokuskan untuk menganalisis hubungan antar berbagai pelaku bisnis (nelayan, juragan, distributor, dan perusahaan) di kawasan minapolitan Palabuhanratu. Integrasi kelembagaan dimaksudkan untuk menganalisis peran dan fungsi kelembagaan minapolitan (instansi terkait, kelembagaan rantai pasok, perbankan, industri sarana dan prasarana usaha penangkapan, PPN Palabuhanratu, koperasi nelayan, asosiasi nelayan dan lembaga pendidikan/penelitian). Berdasarkan peran dan fungsi antar kelembagaan kemudian dirumuskan model kemitraan yang sesuai untuk mendukung pengembangan minapolitan perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dalam pengembangan program minapolitan perikanan tangkap dibutuhkan strategi yang tepat. Strategi yang diterapkan harus mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang ada, serta mengandalkan kekuatan untuk menciptakan peluang. Keberhasilan strategi tersebut dipengaruhi oleh sejauh mana kompetensi dan kapabilitas yang dikembangkan oleh pengelola program minapolitan.

6 Kompetensi dan kapabilitas dapat dilihat dari sejauh mana kinerja pengelola program minapolitan. Penilaian kinerja pengelola program minapolitan tersebut dilakukan dengan pendekatan balanced scorecard yang mempertimbangkan empat perspektif yaitu 1) perspektif pelanggan dan stakeholder, 2) perspektif keuangan, 3) perspektif proses bisnis internal, serta 4) kapasitas kelembagaan minapolitan. Keempat perspektif tersebut merupakan uraian dan upaya penerjemahan visi dan strategi program minapolitan ke dalam terminologi operasional. Mengacu Yuwono et al. (2007) balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif. Balanced scorecard juga dapat memberikan pemahaman kepada pengelola program tentang performance bisnis minapolitan perikanan tangkap. Selain menghasilkan rumusan sasaran strategis dan faktor-faktor keberhasilan, analisis balanced scorecard dapat menghasilkan rumusan pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta keseimbangan antara berbagai elemen penting dalam kinerja program minapolitan.

7 IMPLEMENTASI PROGRAM MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP PALABUHANRATU PERMASALAHAN - Persaingan usaha antara nelayan tradisional dengan nelayan modern - Potensi timbulnya praktek bisnis monopoli dan eksploitatif - Percepatan kegiatan minapolitan belum optimal - Keterbatasan kegiatan/anggaran - Sosialisasi program belum optimal PELUANG - PPN Palabuhanratu ditetapkan sebagai salah satu pusat program minapolitan perikanan tangkap - Palabuhanratu memiliki posisi strategis sebagai tempat pendaratan bagi nelayan Cilacap dan Jakarta - Minat investor untuk mengembangkan bisnis komoditas unggulan (tuna dan layur) cukup tinggi - Pangsa pasar ekspor tuna dan layur tinggi ANALISIS SISTEM MINAPOLITAN - Identifikasi pelaku sistem - Formulasi masalah - Identifikasi sistem ANALISIS MODEL INTEGRASI SISTEM MINAPOLITAN - Analisis integrasi pasar tuna dan layur - Analisis manajemen rantai pasok - Analisis kelembagaan kemitraan ANALISIS SWOT - Analisis faktor internal - Analisis faktor eksternal - Perumusan tema-tema strategis ANALISIS BALANCED SCORECARD - Perumusan strategis dalam perspektif balanced scorecard - Perumusan sasaran strategis - Perumusan faktor-faktor keberhasilan - Pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta membuat keseimbangan REKOMENDASI PENGEMBANGAN PROGRAM MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP MELALUI MODEL INTEGRASI DALAM PENGEMBANGAN MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.