II. TINJAUAN PUSTAKA. Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

IDENTIFIKASI BAKTERI ( Karakteristik Sifat Biokimia dan Fisiologis Bakteri)

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

LAPORAN PRAKTIKUM PERSIAPAN MEDIA DAN STERILISASI OLEH : : RITA ANGGREANI WIDIASTUTI NIM : D1C KELOMPOK : IV KELAS : TPG-A 2014

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

MAKALAH KIMIA ANALITIK

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan salah satu bagian dari makhluk hidup yang dapat

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Isolasi dan Seleksi Mikroba. 2.2 Pangan Fermentasi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

Media Kultur. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

Teknik Identifikasi Bakteri

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10 15% per

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBASAN

KARAKTERISASI BEBERAPA ION LOGAM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN (THE CHARACTERIZATION OF SEVERAL METAL IONS TOWARDS THE ENZYME TRYPSIN ACTIVITY)

II. KARAKTERISTIK ENZIM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

BAB II LANDASAN TEORI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

Kultivasi, reproduksi dan pertumbuhan Bakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

ENZIM 1. Nomenklatur Enzim 2. Struktur Enzim

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LANJUT UJI KATALASE DAN FERMENTASI KARBOHIDRAT

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

AKTIVITAS BIOKIMIA MIKROORGANISME. perbanyakan) dengan menggunakan raw material (nutrisi) yang diperoleh

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Protease Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan hidrolase yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti menjadi oligopeptida pendek atau asam amino, dengan reaksi hidrolisis pada ikatan peptide. Enzim ini diperlukan oleh semua mahkluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolism protein. Protein ini memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek (Poliana, 2007). Gambar 1. Struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix protein Berdasarkan jenis residu asam amino dalam sisi aktifnya, protease dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu protease serin, protease tiol, protease logam, dan protease karboksil (Creighton, 1986).

7 Hartley (1960) membagi protease menjadi 4 golongan : 1. Protease serin, a. Memiliki residu serin dalam lokasi aktifnya. b. Bersifat endopeptidase c. Yang termasuk enzim ini: tripsin, kimotripsin, elastase dan subtilin 2. Protease sulfhidril a. Memiliki residu sulfhidril pada lokasi aktif b. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh senyawa oksidator, alkilator dan logam berat c. Yang termasuk enzimini : protease dari tanaman dan mikroba seperti papain, fisin dan bromelin 3. Protease metal a. Keaktifannya tergantung pada adanya metal dengan hubungan stoikiometrik 1 mol metal/1 molenzim b. Dapat dihambat oleh EDTA (Ethlene Diamine Tetra Acetic Acid) dimana dapat mengkelat metal sehingga keaktifan enzim hilang/berkurang. c. Yang termasuk enzim ini : karboksipeptidase untuk beberapa amino peptidase 4. Protease asam a. Enzim yang pada lokasi aktifnya terdapat dua gugus karboksil b. Aktif pada ph rendah,optimum 2,0-5,0 c. Keaktifannya dapat dihambat oleh p-bromo fenasilbromida. d. Yang termasuk enzim ini : pepsin, renin dan protease kapang.

8 B. Penghasil Enzim Protease Enzim protease dapat dihasilkan dari berbagai sumber, yaitu bakteri, jamur, virus, tumbuhan, hewan dan manusia. Protease yang dihasilkan dari berbagai bakteri kebanyakan bersifat basa dan netral, sedangkan protease yang dihasilkan oleh berbagai jamur dapat bersifat asam, netral, dan basa (Rao et al., 1998). Salah satu sumber penghasil enzim protease yang banyak diteliti adalah bakteri. Pemilihan bakteri sebagai sumber enzim protease disebabkan beberapa alasan yaitu: a. bakteri lebih mudah tumbuh dengan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan makhluk hidup lainnya. b. skala produksi enzim mudah ditingkatkan. c. biaya produksi enzim relatif rendah. d. kondisi produksi tidak tergantung pada musim dan waktu proses produksi enzim lebih pendek (Poernomo, 2004). Untuk memproduksi enzim protease dari bakteri, diperlukan proses pencarian, identifikasi dan isolasi galur unggul, yaitu galur yang menghasilkan enzim protease dalam jumlah dan aktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi produksi juga perlu dikontrol dengan mengoptimasi berbagai faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan laju produksi enzim, seperti suhu, ph, komposisi medium (penambahan surfaktan dan logam), dan kondisi aerasi (transfer oksigen) (Palmer, 1995).

9 Untuk menguji suatu biakan bakteri menghasilkan enzim protease ekstraseluler, maka bakteri tersebut harus ditumbuhkan pada medium padat yang mengandung kasein yaitu Skim Milk Agar (Fardiaz, 1993). Kasein adalah salah satu jenis protein. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease yang memutuskan ikatan peptida CO-NH. Hidrolisis protein ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekeliling pertumbuhan bakteri (Susanti, 2003). Pengujian secara kualitatif bakteri penghasil enzim protease ekstraseluler dilakukan dengan cara mengamati zona bening yang berada disekitar koloni bakteri, kemudian membagi diameter zona bening dengan diameter koloni bakteri. Hasil bagi diameter tersebut dinyatakan sebagai aktifitas protease secara relatif (Sastono, 2008). Besar-kecil diameter zona menunjukkan konsentrasi dan aktivitas enzim yang dihasilkan (Palmer, 1995). Bakteri penghasil enzim protease ekstraseluler disebut juga sebagai bakteri proteolitik. C. Bakteri Proteolitik Bakteri proteolitik adalah bakteri yang mampu memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel (Abraham et al., 1993). Pada umumnya bakteri proteolitik adalah bakteri dari genus Bacillus, Pseudomonas, Proteus (Schlegel,1994), Steptobacillus, Staphylococcus (A.H. Akmal,1996).

10 Tingkat aktivitas proteolitik dapat dilihat dari keaktifan enzim dalam menghidrolisis protein. Aktivitas bakteri proteolitik dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang ultra violet 280 nm. Panjang gelombang tersebut dapat ditangkap dan dipantulkan kembali oleh asam amino suatu protein berdasarkan gugus aromatik terutama asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Kelebihan metode ini yaitu sederhana, mudah serta tidak memerlukan penambahan reagen tertentu (Walker, 2002). Semua bakteri umumnya mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler. Struktur protein yang lebih kompleks menyebabkan dekomposisi protein oleh mikroorganisme lebih kompleks dibandingkan pemecahan karbohidrat dan produk akhirnya juga lebih bervariasi. Mikroorganisme melalui suatu sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawasenyawa intermediet dan produk akhir hasil pemecahan asam amino sangat bervariasi (Rao, et al., 1998). Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok (Rao, et al., 1998): 1. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora, misalnya Pseudomonas dan Proteus. 2. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora, misalnya Bacillus.

11 3. Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium. D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim Aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor dan kofaktor dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim. 1. Efek suhu terhadap aktivitas enzim Aktivitas enzim akan bertambah dengan naiknya suhu sampai tercapainya aktivitas optimum. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim dan pada akhirnya merusak enzim (Pelczar, 1986). 2. Efek ph terhadap aktivitas enzim Perubahan ph akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Sebagian besar enzim, mempunyai rentang ph optimum aktivitas enzim dan mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi. Sebagian besar enzim mempunyai ph optimum yang mendekati netral, sebagian kecil lainnya mempunyai ph optimum yang sangat rendah (sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0). 3. Efek konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim Pada enzim-enzim dengan derajat kemurniannya tinggi, terdapat suatu hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas pada batas-batas tertentu. Konsentrasi enzim pada umumnya sangat kecil, bila dibandingkan

12 dengan konsentrasi substrat. Saat konsentrasi enzim meningkat, maka aktivitas enzim juga bertambah (Pelczar, 1986). 4. Efek konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat yang sangat rendah, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim juga sangat rendah. Sebaliknya, kecepatan reaksi akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat sampai tercapai titik tertentu, yaitu titik batas kecepatan reaksi maksimum. Setelah titik batas, enzim menjadi jenuh oleh substratnya, sehingga tidak dapat berfungsi lebih cepat. Pembatas kecepatan enzimatis ini adalah kecepatan penguraian kompleks enzim-substrat menjadi produk dan enzim bebas (Lehningher, 1995). 5. Efek aktivator, inhibitor dan kofaktor terhadap aktivitas enzim Aktifitas katalitik enzim dapat dipengaruhi oleh aktivator (bahan-bahan yang meningkatkan aktivitas enzim) dan inhibitor (bahan-bahan yang menurunkan aktivitas enzim). Berdasarkan kinetikanya, inhibitor dapat dibedakan menjadi inhibitor ireversibel dan reversibel (Palmer, 1995). Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor, yaitu komponen non protein dari enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor ini dapat berupa senyawa organik yang disebut koenzim atau senyawa non organik seperti ion logam Fe 2+, Mn 2+, Zn 2+ dan Ca 2+ (Lehningher, 1995). Ion-ion logam ini umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya ion Ca 2+ dalam bentuk

13 garam klorida. Kation-kation lain yang telah diketahui dapat mengaktifkan enzim adalah Na +, K +, Rb +, Cs +, Mg 2+, Zn 2+, Cu 2+, Fe 2+, Co 2+, Ni 2+, dan Al 3+ (Palmer, 1995). E. Karakter Fisiologi Bakteri Proteolitik Karakterisasi fisiologis dilakukan untuk mengelompokkan taksonomi mikroorganisme termasuk taksonomi bakteri. Pengujian fisiologis terdiri dari uji motilitas, uji katalase, uji gelatin, dan uji fermentatif/oksidatif (Hadioetomo 1993) 1. Uji Katalase Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri aerob menghasilkan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bakteri tersebut menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya hilang (Pelczar 1986). Pada umumnya bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri yang masih hidup. Bakteri anerobik obligat akan mengalami kematian bila ada oksigen, disebabkan karena tidak adanya pembentukan enzim katalase sehingga H 2 O 2 meracuni bakteri itu sendiri. Ada tidaknya pembentukan enzim katalase dapat membantu pembedaan kelompok-kelompok bakteri tertentu (Hadieotomo 1993).

14 Persamaan reaksi yang yang terjadi pada uji katalase dapat dilihat pada gambar 2. 2 H 2 O 2 katalase 2 H 2 O+ O 2 Gambar 2. Reaksi uji katalase dengan bakteri yang mengandung enzim katalase (Hadioetomo 1993) 2. Uji Motilitas Motilitas adalah salah satu dari ciri mikroorganisme yang memiliki alat gerak sederhana berupa flagella atau cilia. Sebagai petunjuk adanya aktivitas motilitas, dapat diamati pada daerah bekas tusukan medium yang telah diinokulasikan oleh biakan dan diinkubasikan. Medium yang digunakan pada uji motilitas ialah sulfide indol motility (SIM). Pada medium ini ditambahkan senyawa anorganik yang mengandung sulfur, yaitu natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan ion hidrogen dari air dan dengan adanya enzim tiosulfat reduktase, maka akan dihasilkan ion sulfit dan gas H2S. Gas ini akan bereaksi dengan feri ammonium sulfat yang ditambahkan (sebagai indicator untuk H2S) ke dalam media sehingga terbentuk FeS yang berwarna hitam. Pembentukan FeS inilah yang diamati sebagai penunjuk adanya aktivitas motil dari bakteri uji pada tabung yang berisi medium motilitas setelah diinkubasikan.

15 Berikut ini adalah mekanisme reaksi yang terjadi pada uji motilitas : Gambar 3. Reaksi yang terjaadi pada uji motilitas 3. Uji Gelatin Uji gelatin digunakan untuk mengetahui keberadaan enzim gelatinase yang dimiliki oleh bakteri. Media yang digunakan ialah gelatin. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan. Gelatin akan terurai oleh jasad renik yang mempunyai enzim gelatinase. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Jika gelatin telah dihidrolisis oleh jasad renik maka akan tetap bersifat cair meskipun berada di dalam suhu dingin yang menunjukkkan reaksi positif (Hadioetomo, 1993). 4. Uji Fermentasi Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi pada umumnya menggunakan senyawa organik berupa karbohidrat yang dapat berupa gula dengan hasil akhir seperti etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.

16 Fermentasi terbagi atas dua jenis, yakni homofermentatif dan heterofermentatif. Homofermentatif adalah fermentasi yang produk akhirnya hanya berupa asam laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam pembutan yoghurt. Heterofermentatif adalah fermentasi yang produk akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak. Contoh heterofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan tape (Belitz, et al, 2009). F. Limbah Cair Nanas (LCN) Limbah Cair Nanas (LCN) memiliki karakteristik keasaman dan kandungan bahan organik yang tinggi dicirikan oleh parameter derajat keasaman (ph), BOD (Biological Oxygen Demand) 338 mg/l, COD (Chemical Oxygen Demand) 4200 mg/l, dan TSS (Total Suspended Solid) 390 mg/l (Julius,2009) belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Pengolahan di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) dengan sistem kolam (Lagoon) memerlukan tempat yang luas dan waktu tinggal lama sehingga kurang efisien. Berdasarkan masalah ini perlu teknologi pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan dengan teknologi bioproses yang memanfaatkan kemampuan bakteri indigen pendegradasi polutan organik salah satunya dengan bioremediasi (Sutanto,2010). Limbah organik merupakan limbah yang mengandung senyawa organik. Limbah organik yang berasal dari pertanian, industri maupun perkebunan merupakan limbah yang jumlahnya semakin meningkat. Salah satu komponen limbah

17 organik adalah protein yang dapat menjadi sumber nutrisi bakteri proteolitik. Protein akan didegregdasi oleh mikroba menjadi asam amino (Schlegel, 1984), kemudian didegredasi lagi menjadi CO 2, H 2 O, dan Amonia (NH 3 ) yang di lepaskan ke lingkungan. Amonia (NH3) diubah oleh mikroba menjadi ion ammonium (NH 4+ ) yang dapat bermanfaat bagi tanaman terutama untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Senyawa ini diserap melalui akar kedaun selama proses asimilasi yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk asam amino (Indranada, 1994).