BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN ARAHAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 1998 tentang Ijin

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG REKLAME DI BANGUNAN PERMANEN PADA KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

PENATAAN KAWASAN TUGU POCI SLAWI SEBAGAI LANDMARK KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), lima kawasan cagar budaya

BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP. bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan

Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TATA BANGUNAN PADA JALAN D. I. PANJAITAN DAN JALAN ALI MAKSUM DI YOGYAKARTA 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Gambar 12. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

STUDI TATA BANGUNAN PADA JALAN DI.PANJAITAN DAN ALI MAKSUM YOGYAKARTA 1

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB V. Penutup Kesimpulan. Yogyakarta, sebagai kota pelajar dan kota pariwisata, telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB VI KESIMPULAN. VI. 1 Kesimpulan. VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI DAN PROMOSI HASIL KERAJINAN DI YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Besar Kunjungan Wisatawan di Kota Yogyakarta JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seolah mengaburkan kota Jogja sebagai kota budaya, keberadan elemen - elemen kawasan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas visual kota Yogyakarta sebagai kota budaya, dimana Tugu sendiri sudah menjadi elemen penting dalam suatu kawasan kota Yogyakarta. Pelestarian Tugu Pal Putih sebagai salah satu bagian image of city kota merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Ketidakteraturan elemen kawasan di sekitar menganggu fokus visual saat melihat kearah Tugu. Keberadaan elemen elemen kawasan di Tugu Pal Putih sudah termasuk menganggu kualitas visual, seperti keberadaan iklan luar ruang yang dominan, kabel kabel listrik yang dibiarkan melintang seakan tidak peduli dengan keberadaan Tugu, kemudian sampah sampah arsitektur yaitu bangunan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan elemen - elemen lainnya. Adanya elemen - elemen kawasan ini kurang memperhatikan estetika terhadap Tugu, jika hal ini terus dibiarkan eksistensi Tugu Pal Putih semakin lama akan mulai memudar oleh hadirnya elemen elemen yang terdapat di kawasan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Dian yang bertugas di bagian cagar budaya Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Seharusnya elemen elemen kawasan yang menyesuaikan kawasan bukan sebaliknya dimana kawasan cagar budaya yang terkalahkan oleh elemen - elemen yang ada dalam kawasan, dengan keadaan tersebut perlahan lahan akan mengaburkan esensi dari Tugu yang merupakan suatu elemen penting dari kawasan tersebut Dampak yang ditimbulkan oleh dominannya keberadaan elemen - elemen di kawasan Tugu secara tidak langsung juga sebagai background maupun foreground dari Tugu ialah menurunnya nilai estetis Tugu sebagai landmark kota dan bangun bangunan cagar budaya yang bukan tidak mungkin jika hal tersebut terus dibiarkan akan semakin bertambah dan mengganggu kualitas visual dari Tugu Pal Putih. 1.1.1 Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih Elemen kawasan merupakan bagian elemen cityscape yang berperan penting dalam mendukung kualitas visual landscape perkotaan dan mempengaruhi image of 1

city. Perkembangan kawasan Tugu Pal Putih sebagai landmark kota Yogyakarta sekaligus sebagai kawasan cagar budaya cenderung berpotensi tinggi mengalami kondisi polusi visual, hal ini disebabkan keberadaan background yang melatar belakangi dari Tugu Pal Putih maupun yang menutupi pandangan mata terhadap Tugu. Pemandangan kawasan Tugu Pal Putih dengan latar belakang pembangunan hotel dan kabel listrik serta reklame seakan menunjukan kawasan tersebut tidak memiliki penataan kawasan yang baik terlebih kawasan merupakan bagian penting dari Yogyakarta, meskipun sudah dicanangkannya rencana detail tata ruang kota (RDTRK) untuk menata ulang ruang kawasan pendidikan, cagar budaya, perekonomian, dan pariwisata. Tim Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gajah Mada (UGM) menyatakan tata ruang wilayah Kota Yogyakarta terkesan tidak beraturan karena belum jelasnya pembagian ruang ruang tersebut. Menurut Sumbo Tinarbuko, Pengajar Komunikasi Visual ISI Jogja. Memberikan komentar mengenai keberadaan elemen elemen kawasan yang berada di Tugu Pal Putih Yogyakarta. Keberadaan LED dan iklan luar ruang yang mendominasi di kawasan dan diperparah oleh banyak sampah arsitektur, seperti halnya hotel 101 nama sebuah hotel di mangkubumi yang dapat terlihat dengan jelas dan menjadi latar belakang disaat sesorang melihat Tugu, keadaan tersebut bisa saja nantinya Tugu tersebut berubah nama menjadi Tugu 101 dikarenakan elemen elemen kawasan yang sangat kurang mendapatkan perhatian, terlebih di kawasan yang memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Sumbo Tinarbuko, 2014 Berkembangnya kota Jogja sebagai kota tujuan wisata Indonesia maupun dunia menjadikan tempat tempat yang terbilang sangat ramai setiap harinya menjadi ladang bisnis bagi pihak tertentu, dampaknya dapat terlihat nyata, elemen seperti iklan luar ruang sebagai media untuk mempromokan produk maupun yang berhubung langsung dengan iklan luar ruang di bangunan tersebut terlihat tidak lagi mempedulikan nilai sejarah dari Tugu sebagai warisan cagar. Hal yang lain lebih menganggu keberadaan kabel listrik yang melintang seakan tidak mempedulikan keberadaan Tugu, terlebih lagi bentuk proporsi dari bangunan sekitar Tugu yang termasuk mengganggu visual dari Tugu Pal Putih. Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah kota tentang tata ruang kota, bagaimana pemerintah membuat peraturan mengenai derajat kemiringan dari romuja jalan terhadap tinggi bangunan sekitar kawasan. Kondisi yang ada di 2

kawasan Tugu Pal Putih mengenai elemen elemen kawasan banyak sekali yang tidak memenuhi standar terlebih keberadaannya tidak lagi melihat Tugu sebagai suatu elemen penting yang harus dilindungi Penataan elemen elemen di kawasan cagar budaya tidak banyak diperhatikan sehingga estetika di ruang publik menjadi berkurang hal tersebut menimbulkan dampak langsung terhadap kualitas visual kawasan, hal yang sama dikemukakan oleh Ibu Ambar sekretaris kantor camat Jetis Yogyakrta, beliau mengatakan bahwa. Sudah seharusnya Tugu sebagai warisan cagar budaya Yogyakarta dilindungi dari elemen elemen kawasan yang berada di sekitar Tugu, dampak yang kemudian terjadi akibat keberadaan nya ialah eksistensi keberadaan Tugu menjadi terancam Berbagai permasalahan elemen elemen di kawasan cagar budaya ini mengakibatkan karakter suatu kawasan menjadi berkurang terlebih adanya Tugu Pal Putih sebagai landmark kota yang mengambil peran penting terbentuknya karekter suatu kawasan dan sekaligus aset sejarah bagi negara. 1.1.2 Peran Pemerintah dalam Terhadap Elemen Elemen kawasan Peran pemerintah dalam menertibkan mengenai keberadaan iklan luar ruang sebagai elemen elemen kawasan di jalan Malioboro sudah dilakukan sebeleumnya tapi kenyataanya sekarang elemen kawasan yang menempel di bangunan seperti iklan luar ruang tersebut kembali menutupi detail fasad bangunan, untuk kawasan tugu Pal Putih sudah menjadi usulan akan ada penertiban mengenai keberadaan iklan luar ruang yang terletak di fasad bangunan maupun elemen kawasan yang secara langsung perlahan lahan menurunkan kualitas visual Tugu karena dinilai menjadi sampah visual di kawasan inti cagar budaya Malioboro. Elemen kawasan berupa kabel listrik sudah disayembarakan untuk ditertibkan agar tidak mengganggu kualitas visual Tugu, akan tetapi belum ada kontraktor yang berminat terhadap projek penanaman kabel listrik tersebut. Dari penetapan peraturan tersebut juga dapat disebabkan karena terjadi inkonsistensi dalam penegakan peraturan pemerintah terhadap masalah elemen elemen kawasan yang berada di kawasan cagar budaya terlebih dalam suatu tempat yang merupakan landmark kota seperti halnya Tugu Pal Putih. Sudah sering berbagai tokoh masyarakat dari guru besar universitas maupun penjabat setempat yang mengkritisi keberadaan elemen elemen kawasan yang berada di kawasan Tugu. Teruntuk kawasan cagar budaya Malioboro khususnya iklan luar ruang yang berada di 3

sekitar Tugu Pal Putih sudah menjadi usulan untuk dilakukan penertiban elemen kawasan tersebut karena sebelumnya sudah dilakukan di jalan Malioboro dan jalan Ahmad Yani. Selain sebagai kota pendidikan, kota yang memiliki kebudayaan yang sangat kental ini tentunya juga memiliki bangunan bangunan cagar budaya, kini Yogyakarta dikenal sebagai kota komersial. Banyaknya kawasan usaha dan transaksi perdagangan di kota ini turut andil terciptanya status tersebut. Estetika terhadap kawasan perlahan mulai terlupakan oleh hadirnya elemen elemen kawasan, penataannya seakan akan tidak mempedulikan status kawasan tersebut yang merupakan kawasan cagar budaya. Untuk meningkatkan pemasarannya, keberadaan kawasan komersil tersebut banyak memanfaatkan arus informasi dengan iklan luar ruang sebagai cara yang paling tepat dan efektif untuk memperkenalkan ataupun mempromosikan tempatnya. Seperti halnya kehadiran iklan luar ruang yang terlihat mendominasi sebagai salah satu elemen kawasan, jumlah reklame di pinggir jalan yang mencapai ratusan, bahkan untuk reklame berukuran besar mencapai lebih dari 200 buah, menunjukkan telah terjadinya polusi visual di DIY, termasuk di Kota Yogyakarta. Begitu juga dengan bangunan - bangunan yang ditutupi oleh iklan luar ruang termasuk memberi andil terciptanya penurunan kualitas visual di kawasan dan elemen kawasan lainnya yang juga sangat mengganggu yaitu kabel kabel listrik yang melintang bebas menutupi visual dari Tugu Pal Putih. Keberadaan iklan ruang luar yang berada di kawasan cagar budaya harusnya menyesuaikan kondisi eksisting lapangan seperti apa, terlebih papan nama bangunan tersebut menutupi detail arsitektur bangunan yang secara tidak langsung menurunkan kualitas bangunan maupun kawasan itu sendiri. Implikasi dari ketidakteraturan elemen elemen kawasan itu sendiri ialah dapat merusak keindahan kota, pemandangan elemen elemen kawasan tersebut dapat menghilangkan orisinalitas dan ciri khas suatu wilayah terlebih kawasan Tugu merupakan kawasan cagar budaya inti Malioboro hal tersebut tertera dalam keputusan gubernur DIY nomor 186/KEP/2011 tentang penetapan kawasan cagar budaya. Selain peraturan penetapan cagar budaya tersebut kaitan elemen elemen kawasan lainnya dengan ketentuan umum teknik penyelenggaraan reklame dan alat peraga bahwa pemasangan iklan luar ruang di kawasan cagar budaya tidak boleh menutupi karakter 4

bangunan cagar budaya (BCB) dengan kata lain signage menyesuaikan bangunan cagar budaya 2/3 tinggi dinding bangunan dengan asumsi bangunan 1 lantai tinggi dinding 3 meter hal tersebut sesuai dengan peraturan walikota Yogyakarta nomor 26 tahun 2010 1 april 2010. Cara lain yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi keberadaan elemen elemen kawasan yang mengurangi kualitas visual dalam kaitannya iklan luar ruang ialah menggunakan media videotron. Sejumlah videotron sudah terpasang di sudut Kota Jogja, seperti di simpang empat Galeria Mal, halaman PT. Telkom Kotabaru, Jl. Kiai Mojo, Jl. Abu Bakar Ali, Jl. Malioboro halaman Dinas Pariwisata serta Jl.Brigjen Katamso depan Jogjatronik termasuk juga Jl. Sudirman dan kawasan cagar budaya Tugu Pal Putih. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena masalah yang terjadi dapat ditarik rumusan masalah yang pertama ialah penurunan kualitas visual suatu kota akibat sampah visual. Tugu Pal Putih merupakan warisan cagar budaya dan merupakan salah satu bentuk identitas utama kota Yogyakarta hal ini dikarenakan keberadaan monumen ini memiliki nilai historis yang sangat tinggi khususnya untuk kota Yogyakarta, seiring perkembangan jaman eksistentsi keberadaan Tugu Pal Putih terancam oleh elemen elemen di kawasan tersebut yang secara tidak langsung menjadi background melatarbelakangi Tugu Yogyakarta maupun foreground yang seakan menjadi frame dari Tugu, hal ini berdampak menurunnya kualitas kawasan terlebih Tugu Pal Putih itu sendiri yang merupakan elemen pembentuk kawasan. Perlu ada kebijakan serta tindak tegas dari pemerintah kota menangani elemen elemen kawasan dalam hal keberadaannya di kawasan Tugu Yogyakarta, dibutuhkan arahan penataan elemen elemen kawasan yang tidak menurunkan kualitas Tugu Pal Putih melainkan dapat turut memberi pengaruh dampak yang baik bagi estetika dari Tugu Pal Putih Yogyakarta. 5

1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan tersebut kemudian didapatkan beberapa pertanyaan penelitian yang kemudian akan menjadi acuan penelitian lebih lanjut, antara lain sebagai berikut: 1. Seperti apa kondisi kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih? 2. Faktor faktor apa yang mempengaruhi kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih? 3. Arahan rancangan penataan elemen elemen kawasan seperti apa yang dapat meningkatkan kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi seperti apa kondisi elemen kawasan terhadap kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih 2. Menemukan faktor faktor yang mempengaruhi kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih 3. Memberikan arahan penataan elemen elemen kawasan yang dapat meningkatkan kualitas visual di kawasan Tugu Pal Putih 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian diharapkan menyelesaikan permasalahan kualitas visual dari Tugu Pal Putih yang disebabkan elemen elemen kawasan yang ad dalam kawasan, berikut beberapa penjabaran manfaat penelitian : 1. Membantu pemerintah daerah Yogyakarta mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi kualitas visual Tugu Pal Putih, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas visual kawasan 2. Penelitian mengenai elemen elemen kawasan dalam pengaruhnya terhadap eksistensi Tugu Pal Putih Yogyakarta diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu perencanaan maupun lainnya 6

1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul dan Tahun Lokasi Temuan Metode Riset 1 M. Syafril Masnur 2002 Setting Papan Reklame di Jalur Pedestrian Kota 2002 Di kawasan jalan Kaliurang km 4.5 s/d 5.8, Jogjakarta Pola setting dan karakter papan reklame Deskriftif, observasi, kualitatif 2 Khamelia Destri A. 2003 Studi Persepsi Visual Komposisi Signage pada Façade Bangunan di Jalur Komersial Kawasan Historis Malioboro 2003 Jalan Malioboro Komposisi signage Persepsi Visual, Kuisioner 3 Widyasari Her Nugrahan dika 2008 Pengaruh Keberadaan Media Reklame Komersial Terhadap Kualitas Visual Ruang Jalan 2008 Jalan H. Affandi, Sleman Kualitas visual ruang jalan Deduktif- Kualitatif dengan pendekatan rasionalisti k 4 Ari Agung Nugroho 2009 Studi Persepsi Visual Sebagai Dasar Penataan Komposisi Papan Reklame Lepas di Jalan Simpang Empat 2009 di Jalan Simpang Empat Yogyakarta Komposisi papan reklame Persepsi Visual Rasionalist ik, Responden 5 Pandu K. Utomo 2013 Arahan Desain Signage Berdasarkan Pengukuran Kenyamanan Visual Pejalan Kaki 2013 Jalan Kaliurang Km 4,5 Km 5,8, Yogyakarta Pengaruh signage terhadap kenyamanan pejalan kaki Deduktif, kuantitatif 6 Wendi M. Padli 2016 Faktor Faktor Pengaruh Elemen Elemen Kawasan terhadap Kualitas Visual Tugu Pal Putih Yogyakarta 2016 Radius 300m dari titik Tugu Pal Putih Kualitas Visual Tugu Pal Putih Deduktif- Kualitatif Sumber : Daftar Tesis Program Pascasarjana Perpustakaan JUTAP UGM 7

1.7 Pola Pikir Penelitian Gambar 1. 1 Skema Alur Pikir Penelitian 8