BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan konsumen yang berdaya beli kuat membuat pola belanja di Indonesia saat ini berubah dan berkembang sebagai cerminan gaya hidup yang lebih modern dan lebih berorientasi pada rekreasi yang mementingkan aspek kesenangan, kenikmatan dan hiburan saat berbelanja (Parwanto, 2006:30). Masyarakat Indonesia khususnya Denpasar mulai beralih berbelanja pada ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisional. Pesatnya perkembangan ritel modern ini didasarkan pada keinginan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Perilaku konsumen di Indonesia yang lebih senang berbelanja di ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisional menjadi alasan lain yang mengakibatkan pesatnya perrkembangan ritel modern (Utami, 2010:15). Selain itu pesatnya pertumbuhan bisnis ritel diakibatkan oleh faktor globalisasi, faktor hukum dan peraturan misalnya dengan pajak yang diberikan terasa begitu ringan bagi peritel (Sopiah dan Syihabudhin, 2008:121). Bisnis ritel sangat perlu menerapkan sebuah strategi pemasaran ritel demi perkembangan usaha dalam jangka panjang yaitu mampu menghasilkan profit yang maksimal serta dapat menciptakan kepuasan pelanggan. Eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang tercakup dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis sedangkan 1
pengecer atau retailer adalah setiap usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari eceran. Barang atau jasa tidak dipermasalahkan akan dijual melalui orang, surat, telepon, ataupun mesin penjaja atau dimana barang atau jasa itu dijual baik di toko, di pinggir jalan, atau di rumah konsumen (Kotler dan Keller, 2008:164). Chatime adalah salah satu perusahaan ritel dalam bentuk gerai yang menjual produk berupa bubble tea. Bubble tea itu sendiri adalah minuman yang berbahan dasar teh dengan dikombinasikan berbagai varian rasa serta diberikan topping (isian) berupa jeli atau sejenisnya. Didirikan di Taiwan pada tahun 2005, Chatime telah menjadi salah satu perusahaan Bubble Tea International terbesar pada saat ini dan juga sebagai perusahaan yang terdaftar dipasar Taiwan.Chatime pertama kali membuka gerainya di Bali pada Tanggal 27 Maret 2012 dengan mengambil lokasi di Mall Bali Galeria dan sampai saat ini Chatime sudah memiliki 9 gerai untuk di Daerah Bali yaitu di Mall Bali Galeria, Discovery Shopping Mall, Beachwalk, Lippo Plaza Sunset, Ice Mall, Sunset Point, Carrefour Sunset Road, Central Parkir Kuta dan Lippo Mall Kuta. Chatime memiliki berbagai varian rasa yang di bagi dalam beberapa kategori minuman yaitu, mellow milk tea, oriental pop tea, QQ jelly, smoothies series, energetic healthy juice, fresh tea, chatime special mix, coffee, mousse. Harga yang ditawarkan pun beragam mulai dari Rp15000 hingga Rp25000 tergantung dari rasa dan tambahan toping yang dipilih konsumen. Chatime merupakan usaha ritel modern yang tergolong baru memasuki pasar Indonesia, sehingga perlu melakukan strategi yang baik untuk 2
mempertahankan bisnisnya. Strategi yang tepat bagi gerai ritel modern adalah melalui pemahaman pemasaran yang berorientasi pada pasar yang mensyaratkan pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen. Perusahaan ritel sejenis yang menjual produk berupa bubble tea di Bali antara lain, Calais Artisan Bubble Tea & Coffe yang merupakan brand lokal pertama di Indonesia dengan Billy Kurniawan sebagai Directur co. Foundernya. Calais sampai saat ini baru memiliki satu gerai di Bali yang berlokasi di Beachwalk, Kuta. Black Ball adalah perusahaan lainnya yang menjadi kompetitor Chatime di Bali dengan Mr Tang sebagai Foundernya, dan sampai saat ini baru memiliki satu gerai di Bali yang berlokasi di Beachwalk, Kuta. Menetapkan pasar sasaran dalam bisnis ritel merupakan prasyarat untuk menetapkan bauran ritel. Ma ruf (2006:113) menyatakan bahwa unsur-unsur bauran pemasaran ritel adalah lokasi, merchandise, pricing, periklanan dan promosi, atmosfer dalam gerai dan retail service. Pengecer biasanya menggunakan unsur-unsur ini untuk menarik para konsumennya agar membeli produk yang ditawarkannya. Penelitian yang dilakukan oleh Gita (2012) juga menyebutkan bahwa faktor-faktor dalam bauran pemasaran ritel adalah, produk, harga, atmosfer toko, dan pelayanan. Konsumen akan memiliki kesan tersendiri dalam pengalamannya berbelanja ketika mereka merasakan berada dalam sebuah gerai. Oleh karena itu, para peritel berusaha untuk membuat kesan yang berbeda dari pesaing dengan cara seperti penciptaan atmosfer yang menyenangkan, menarik, serta membuat konsumen merasa nyaman ketika berada di dalam gerai sehingga konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian di suatu gerai. 3
Ketika suasana belanjanya menyenangkan konsumen dapat kembali lagi dan melakukan pembelian ulang ditempat yang sama. Oleh karena itu, perencanaan gerai yang sudah tepat akan menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian di suatu gerai. Keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai sumber-sumber yang ada dan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi alternatif sehingga pengambilan keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah melakukan pembelian (Swastha dan Irawan, 2008:105). James A.F Stoner (dalam Hasan, 2002:87) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Keputusan pembelian dapat diartikan sebagai proses mengevaluasi, mencari, membeli, menggunakan, atau membuang suatu produk. Perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Mengetahui faktor-faktor tersebut akan memudahkan manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran yang akan dilakukan dan kemudian dapat menyusun strategi tersebut menjadi lebih efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014) menyebutkan bahwa variabel dalam retail mix yaitu harga, merchandise, promosi, pelayanan, lokasi dan atmosfer berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian Hartini (2013) menyebutkan bahwa bauran pemasaran ritel terdiri dari produk, harga, promosi, lokasi, atmosfer, dan pelayanan ritel berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Huda (2011) dan Dabija (2010) 4
menyebutkan bahwa bauran pemasaran ritel terdiri dari price, service, location, dan communication berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan peembelian. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan kondisi yang terjadi di masyarakat sekarang ini, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel retail mix terhadap keputusan pembelian konsumen pada gerai Chatime di Bali. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap jurnal-jurnal internasional maupun nasional yang juga membahas tentang pengaruh retail mix terhadap keputusan pembelian konsumen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan mengenai latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengaruh merchandise terhadap keputusan pembelian 2) Bagaimanakah pengaruh harga terhadap keputusan pembelian 3) Bagaimanakah pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian 4) Bagaimanakah pengaruh pelayanan terhadap keputusan pembelian 5) Bagaimanakah pengaruh lokasi gerai terhadap keputusan pembelian 5
6) Bagaimanakah pengaruh atmosfer gerai terhadap keputusan pembelian 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui pengaruh merchandise terhadap keputusan pembelian 2) Mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada gerai Chatime. 3) Mengetahui pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian 4) Mengetahui pengaruh pelayanan terhadap keputusan pembelian 5) Mengetahui pengaruh lokasi gerai terhadap keputusan pembelian 6) Mengetahui pengaruh atmosfer gerai terhadap keputusan pembelian 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi para akademisi dengan menambah penelitian empiris mengenai pengaruh retail mix terhadap keputusan pembelian konsumen. 6
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perusahaan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam menyusunan penelitian ini, maka penulisannya terbagi atas lima bab secara sistematis. Sistematika dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori dan konsepkonsep yang relevan yang menjadi dasar serta hipotesis penelitian. Bab III Metodelogi Penelitian Pada bab ini menguraikan tentang desain penelitian, objek penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, definisi variabel operasional, teknik analisis data. Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian 7
Pada bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian serta analisis data dan pembahasannya. Bab IV Simpulan dan Saran Pada bab ini menguraikan tentang simpulan serta saran dari hasil penelitian. 8