BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindari lagi oleh setiap negara di dunia. Begitu pula halnya dengan bangsa Indonesia sebagai bagian dari negara-negara di dunia ini tidak dapat menutup kemungkinan dari modernisasi dan globalisasi yang ada. Modernisasi dan globalisasi tersebut bukannya tidak menimbulkan dampak dalam kehidupan manusia. Perubahan sosial yang cepat, pergeseran norma dan nilai kehidupan, gaya hidup yang materialistik, tuntutan efektif dan efisien dalam pekerjaan, gaya hidup yang cepat dan praktis adalah sebagian kecil dari contoh perubahan yang terjadi dalam kehidupan modern. Pada kenyataanya tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi sehingga dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada orang tersebut. Stresor adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stress disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, misalnya cidera, sakit atau kematian orang yang dicintai, padahal perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan. Jatuh cinta dapat menimbulkan stress sama dengan putus cinta. Stress bukan suatu hal yang buruk dan menakutkan tetapi merupakan bagian dari kehidupan (Keliat, 1999).
Stress adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang. Ada ketidakseimbangan nyata atau semu pada kemampuan seseorang dalam memenuhi permintaan situasi yang baru. Perubahan atau stimulus yang membangkitkan keadaan tersebut adalah stres (Kucara, 2002). Dalam psikiatri sosial disebutkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang cepat yang menjurus kepada memburuknya kondisi sosial (dalam arti bertambahnya stressor) menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional. Diantara gangguan mental emosional tersebut adalah stress (Gilman, Newman, Manter and Gatz, 1992) Sebagian tanda dan gejala yang didapatkan pada orang yang mengalami stress yaitu adanya kecemasan yang disertai dengan sikap tegang dan ketakutan, bicara cepat rasa nyeri otot-otot, dilatasi pupil mata, mulut kering, keringat pada telapak tangan dan daerah aksila, berdebar-debar, tekanan darah (terutama sistolik) naik, nafas cepat dan dangkal, pucat pada tangan dan kaki, kemerahan pada leher dan dada bagian atas sering kencing, frigiditas pada wanita, impoten pada laki-laki, susah tidur dan sebagainya. Tanda dan gejala ini adalah akibat bekerjanya adrenalin dan non adrenalin serta akibat aktifitas susunan saraf otonom pada tubuh manusia (Siauw, 1994) Dari sekian banyak masalah kesehatan yang cenderung meningkat, kesehatan jiwa merupakan masalah yang makin nyata peningkatannya. Data yang diperoleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, 10% dari populasi penduduk dunia membutuhkan pertolongan atau pengobatan di bidang kesehatan/psikiatri. Bahkan
menurut studi World Bank tahun 1993 di beberapa negara, 8,1% dari global burden disease (penyakit akibat beban globalisasi) disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa (Ilmawati, 2004). Hasil survei Prof. Ernaldi Bahar tahun 1995 dan Direktorat Kesehatan Jiwa tahun 1996 menyatakan, bahwa di Indonesia, 1-3 dari setiap 10 orang mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang dimaksud bukanlah gangguan jiwa yang dipahami oleh sebagian masyarakat sebagai orang gila, tetapi dalam bentuk gangguan mental serta perilaku yang gejalanya mungkin tidak disadari oleh masyarakat, seperti : depresi, kecemasan, kepanikan, penyakit yang berhubungan dengan kondisi psikologis (psikosomatis), juga yang berhubungan dengan masalah psikososial seperti tawuran, kenakalan remaja, dan penyalahgunaan Napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif yang lain),dan perceraian (Ilmawati, 2004). Berdasarkan data yang ada di RS. Muhammadiyah Darul Istiqomah ditemukan bahwa dari 15 orang yang mengalami stresor, terdapat 50% dari orang yang mengalami stresor yang yang akhirnya menderita hipertensi esensial. Dalam keadaan stress sistem saraf simpatis akan terangsang sehingga pada ujung saraf tersebut melepaskan neurotransmiter non adrenalin yang segera akan berikatan dengan reseptor α. Selain dari pada itu kelenjar adrenal akan melepaskan neurotransmiter ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan menyempit (konstriksi) sehingga tekanan darah akan meningkat (Parsudi I, Martono H, Bachtiar A. 1992). Apabila keadan seperti ini terjadi berulang-ulang atau terus menerus maka tekanan darah cenderung akan tetap tinggi dengan kata lain akan menjadi hipertensi yang menetap (Boedhi, 1996)
Reaksi somatisasi pada peredaran darah, dimana emosi yang kuat mempengarui denyut jantug dan tekanan darah. Ansietas (kecemasan) dan kemarahan mempertinggi tekanan darah. Apabila seorang mengalami keadaan emosi yang bertahan dan tidak dikurangi oleh suatu cara tertentu, maka orang tesebut bisa mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi (Gunarsa, 1986). Boedi Darmojo (1988), mengemukakan bahwa prevalensi penyakit hipertensi berkisar antara 5%-15%. Prevalensi hipertensi pada penduduk 20 tahun keatas diberbagai daerah di Indonesia antara tahun 1975-1985 berkisar 5-19%. Prevalensi terendah ditemukan pada penduduk pegunungan Jaya Wijaya, (0,65%), sedangkan tertinggi ditemukan di Silungkang, Sumatera Barat sebesar 19,4% (Soenarto, dkk., 1991). Berdasarkan data yang ada di RS. Muhammadiyah Darul Istiqomah bahwa jumlah penyakit hipertensi dari bulan februari sampai bulan maret 2006 adalah sebanyak 15 orang. Yang terdiri dari 10 penderita hipertensi primer ( 66,67 %) dan 5 penderita hipertensi skunder ( 41,67 %). Berdasarkan penyababnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : Hipertensi esensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan pasti atau idiopatik. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang berhubungan atau disebabkan oleh penyakit lain. Menurut Darmojo, proporsi penderita hipertensi primer (esensial) sebesar 95% dari seluruh penderita hipertensi, sehingga hipertensi primerlah yang merupakan problem masyarakat yang lebih panting untuk diperhatikan.
Namun seperti yang telah di uraikan di atas bahwa angka kejadian hipertensi ini cenderung meningkat seiring dengan semakin majunya suatu negara yang di antaranya di tandai dengan peningkatan usia harapan hidup dan meningkatnnya perekonomian serta penggunaan teknologi tinggi dalam berbagai bidang seperti, makin mudahnya memperoleh informasi yang ada di dunia khususnya di Indonesia. Sehingga perlu di ketahui bagaimanakah gambaran stresor pada penderita hipertensi primer (esensial). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan seperti di atas, bahwa dari sekian banyak masalah kesehatan yang cenderung meningkat, kesehatan jiwa merupakan masalah yang makin nyata peningkatannya. Masalah kesehatan mental ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk penderita penyakit hipertensi, yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Maka permasalahan yang akan diteliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah gambaran stresor pada penderita hipertensi primer (esensial) yang di Rawat jalan RS Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal 2006? C. TUJUAN 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran stresor pada penderita hipertensi primer di Rawat jalan RS Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal 2006.
2. Tujuan khusus Menggambarkan bentuk-bentuk stresor yang sesuai dengan sumber stresor baik keadaan rumah dan keluarga, pekerjaan, kehidupan pribadi dan sosial atau keadaan finansial. Dan tingkatan stresor baik ringan, sedang dan berat. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat bagi keilmuan Memberikan sumbangan teori mengenai gambaran stresor pada penderita hipertensi esensial. 2. Manfaat bagi riset atau penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran atau informasi untuk dijadikan bahan penelitian selanjutnya. 3. Manfaat bagi klinis Sebagai pertimbangan dalam menangani pasien hipertensi yang mengalami gangguan stress. 4. Manfaat bagi masyarkat Memberikan informasi mengenai gambaran stress pada penderita hipertensi esensial sehingga mereka dapat melakukan pencegahan dengan mengupayakan kebiasaan hidup yang sehat baik fisik maupun psikis.