PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL COLABORATIF LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKAMAJU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DIPADU METODE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Sri Sugianti Guru SDN Wilayah 1 Tanralili Kab. Maros

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen (preexperimental).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. semu (Quasi Experimental Research). Desain ini mempunyai kelompok kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kelas Eksperimen : O X O

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Perbandingan Rata-Rata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pedagogy Volume 2 Nomor 2 ISSN 25023802 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI DENGAN MENINJAU GAYA KOGNITIF MAHASISWA UNCP Eva Dwika Masni 1, Nisraeni 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1,2, Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 evamasni@yahoo.co.id 1 Abstrak Penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Tujuan jangka panjang yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa melalui model pembelajaran scientific discovery dalam perkuliahan matematika ekonomi. Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah program studi pendidikan matematika semester VI UNCP tahun akademik 2016/2017. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah one group only pretestposttest design. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data mengenai aktivitas mahasiswa, keterlaksanaan pembelajaran, kualitas peningkatan serta respon mahasiswa dianalisis dengan statistika deskriptif, sedangkan data mengenai kemampuan pemecahan masalah dianalisis dengan statistika inferensial menggunakan uji dependent sample t tes. Hasil penelitian menunjukkan : Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery. Kualitas kemampuan pemecahan masalah mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya kognitif FD. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang bergaya kognitif field independent berada pada kategori tinggi sedangkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah mahasiswa field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery berada pada kategori sedang. Katakata kunci: Model Scientific Discovery, Gaya Kognitif, Pemecahan Masalah. A. Pendahuluan Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu aspek yang perlu menjadi fokus perhatian. Pemecahan masalah matematika merupakan pusat Halaman 95 dari 152

Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery pembelajaran matematika. Penyelesaian masalah secara matematis dapat membantu seseorang dalam meningkatkan daya analitis mereka dan dapat menolong mereka dalam menerapkan daya tersebut pada bermacam macam situasi. Menurut National Research Council (2010) menyebutkan bahwa Pengalamanpengalaman yang diperoleh melalui proses pemecahan masalah matematis memungkinkan berkembangnya kekuatan matematis yang antara lain meliputi kemampuan membaca dan menganalisis situasi secara kritis, mengidentifikasi kekurangan yang ada, mendeteksi kemungkinan terjadinya bias, menguji dampak dari langkah yang akan dipilih serta mengajukan alternatif solusi kreatif atas permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian pemecahan masalah matematis dapat membantu seseorang memahami informasi yang tersebar disekitarnya secara lebih baik. Pentingnya pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematis ini didasari keyakinan bahwa kemampuan berpikir dan keterampilan yang digunakan dalam proses pemecahan masalah matematis dapat digunakan ke berbagai bidang atau situasi dalam kehidupan. Kemampuan memahami informasi, meningkatkan rasa ingin tahu, dan kepercayaan diri dalam menghadapi situasisituasi yang sulit dan mampu menganalisis dampak dari keputusan yang diambil. Kemampuan ini dapat dikatakan sebagai dasar meningkatnya kemampuan berpikir analitis, logis, sistematis, kritis, dan kreatif mahasiswa. Pentingnya memiliki kemampuan penyelesaian masalah dalam matematika juga dikemukakan oleh Branca (dalam Krulik & Reys, 1980) sebagai :(1) kemampuan penyelesaian masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika, (2) penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (3) penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Matematika merupakan alat untuk menyederhanakan penyajian dan pemahaman masalah. Dengan menggunakan bahasa matematik, suatu masalah dapat menjadi lebih sederhana untuk disajikan, dipahami, dianalisa dan dipecahkan. Sebagai sebuah ilmu yang senantiasa berkembang, ekonomi tidak luput dari hasrat untuk menerapkan matematika dari bahasanbahasannya. Berbagai konsep matematika kini menjadi alat analisis yang penting dalam ilmu ekonomi. Halaman 96 dari 152

Eva Dwika Masni Matematika dalam ekonomi digunakan sebagai media atau alat untuk menyederhanakan penyajian dan pemahaman masalah. Dimana dengan penggunaan bahasa matematika, masalahmasalah yang ada dalam ekonomi dapat menjadi lebih sederhana untuk disajikan, dipahami, dianalisis, dan dipecahkan. Dimana konsepkonsep matematika sangat penting dalam ekonomi untuk menganalisis suatu permasalahan. Dalam proses belajar, terdapat perbedaan antara masingmasing individu dalam menerima informasi dan memproses informasi yang diberikan, meskipun mereka menimba ilmu di tempat yang sama atau bahkan duduk di kelas yang sama. Karakteristik seseorang harus diperhatikan dalam pembelajaran, termasuk karakteristik gaya kognitif mahasiswa. Kedudukan gaya kognitif memegang peranan yang penting dalam menentukan aktivitas belajar khususnya dalam menilai kemampuan pemecahan masalah masingmasing individu. Bagaimana upaya dan kemampuan seseorang yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam hal memecahkan permasalahan matematis. Gaya kognitif menggambarkan kebiasaan tetap dalam diri mahasiswa dalam menerima, memikirkan, memproses dan mengorganisasi informasi yang diterimanya. Pada proses belajar, mahasiswa harus mengalami sendiri apa yang dipelajarinya melalui pengalaman nyata sehingga kemampuan pemecahan masalah dapat terbangun. Oleh sebab itu mahasiswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah secara mandiri, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya berupa penemuan konsep, prinsip, prosedur dan sebagainya untuk menjadi miliknya lebih daripada sekedar menerimanya dari seorang dosen atau melalui pengetahuan dari buku. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis yang menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi sendiri informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturanaturan itu tidak lagi sesuai. Model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mengatasi rendahnya kemampuan pemecahan masalah mahasiswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran penemuan, karena model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada paham konstruktivisme. Halaman 97 dari 152

Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery Kegiatan menemukan (discovery) menitiberatkan pada penemuan konsep, gagasan, dan ide. Model ini mengaktifkan mahasiswa sebagai pelaku pembelajaran yang diberi kesempatan untuk mencoba coba, menerka, menggunakan intuisi, menyelidiki dan menarik kesimpulan dengan bimbingan dosen. Model pembelajaran ini mengatur pembelajaran sedemikian rupa sehingga mahasiswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan oleh mahasiswa sendiri. Dalam menemukan konsep, mahasiswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan atau keputusan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Melakukan penemuan model pembelajaran scientific akan memperkuat retensi ingatan mahasiswa. Ingatan mahasiswa terhadap konsep yang ditemukan sendiri akan kuat pada ingatan mahasiswa sehingga dapat digunakan dalam menyusun strategi pemecahan masalah khususnya yang menggunakan kemampuan pemodelan matematika dalam solusi penyelesaiannya. Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah utama yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent? (2) Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa UNCP setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent? (3) apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery?(4) Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang bergaya kognitif field independent dan field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery? (5) Bagaimana aktivitas mahasiswa UNCP dan dosen dalam pembelajaran scientific discovery? B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental research design karena penelitian ini dilakukan dalam setting yang sudah ada yaitu mahasiswa dalam kelas Halaman 98 dari 152

Eva Dwika Masni yang telah ditetapkan atau diatur oleh pihak kampus. Unit unit penelitian ditentukan berdasarkan gaya kognitif. Gaya kognitif dibedakan atas gaya kognitif fild dependent (FI) dan gaya kognitif Field independent (FI). Rancangan eksperimen yang digunakan adalah one group only pretestposttest design (Sugiyono,2008) Tabel 1 Desain penelitian Gaya Kognitif Pretest Perlakuan Posttest Gaya Kognitif Field independent O 1 O X 3 Gaya Kognitif Field dependent O 2 O 4 Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu dilakukan persiapan diantaranya: (1) Mengembangkan perangkat pembelajaran meliputi Bahan Ajar, Satuan Acara Perkuliahan dan Silabus yang mengacu pada kulikulum yang berlaku pada Kampus UNCP. (2) Mengembangkan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas dosen dan mahasiswa, angket respons mahasiswa, tes kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi. Instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh validator untuk menilai unsur kelayakannya instrumen dan menilai kesesuaian dengan indikator yang akan diukur. (3) Melakukan pengukuran gaya kognitif mahasiswa sebelum diberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika ekonomi dengan menggunakan scientific discovery. Pengukuran gaya kognitif mahasiswa dilakukan dengan memberikan tes GEFT, memberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam memecahkan salah matematika ekonomi. (4) Melaksanakan model pembelajaran berbasis scientific discovery dengan meninjau gaya kognitif mahasiswa. (5) Melaksanakan observasi aktivitas dosen dan mahasiswa pada saat pelaksanaan perkuliahan sedang berlangsung. (6) Pada akhir materi perkuliahan, memberikan postes dan angket respons mahasiswa secara klasikal untuk mengetahui pendapat atau tanggapan mahasiswa terhadap aspekaspek pembelajaran scientific discovery yang telah dilaksanakan. C. Hasil dan Pembahasan Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa diperoleh dari skor pretes, skor postes dan gain ternormalisasi (Ngain). Hasil skor pretes, postes, dan Ngain dapat dilihat pada tabel berikut : Halaman 99 dari 152

Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery Tabel 2 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Data FI x S x S Pretes 40,80 14,48 35,90 10,44 Postes 81,80 8,76 71,36 5,04 Ngain 0,758 0,081 0,54 0,073 Skor Ideal = 100 Rerata skor pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa dapat dinyatakan dalam gambar berikut: FD 100 80 81,8 71,36 60 40 40,8 35,9 FI FD 20 0 Pretes Postes Gambar 1 Rerata Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rerata skor pretes mahasiswa FI sebesar 40,80 dengan standar deviasi 14,48 dan mahasiswa FD memperoleh skor pretes sebesar 35,90 dengan standar deviasi 10,44. Simpangan baku pretes FI yaitu 14,48 lebih besar dari pretes FD yang memiliki simpangan baku 10,44. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi skor awal mahasiswa FI lebih beragam dibandingkan mahasiswa FD. Secara deskriptif berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa bahwa kemampuan awal pemecahan masalah matematis mahasiswa FI dan FD tidak jauh berbeda, tetapi hal ini memerlukan uji statistik secara inferensial. Skor postes mahasiswa FI sebesar 81,80 dengan standar deviasi 8,76 dan mahasiswa FD memperoleh skor postes sebesar 71,36 dengan standar deviasi 5,04. Simpangan baku pretes FI yaitu 8,76 lebih besar dari pretes FD yang memiliki simpangan baku 5,04 Hal ini mengindikasikan bahwa variasi skor akhir mahasiswa FI masih lebih beragam dibandingkan mahasiswa FD. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa dapat dilihat dari Data NGain. Adapun rerata Ngain mahasiswa FI sebesar 0,758 dengan standar deviasi 0,081 dan mahasiswa FD sebesar 0,540 dengan standar deviasi Halaman 100 dari 152

Eva Dwika Masni 0,073. Data tersebut menunjukkan bahwa rerata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa FI lebih tinggi daripada mahasiswa FD dengan selisih 0,218. Klasifikasi Ngain untuk mahasiswa FI berada pada kategori tinggi dan Ngain untuk mahasiswa FD berada pada kategori sedang. Dengan melihat rerata peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI dan FD, dapat dikatakan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI lebih baik dibandingkan mahasiswa FD, tetapi hal ini hanya gambaran secara deskriptif. Perlu dilakukan pengujian statistika secara inferensial untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. 1) Uji Perbedaan Rerata Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa FI Uji perbedaan rerata dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skor pretes dan skor postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI tidak berbeda atau berbeda secara signifikan. Data pretes dan data postes berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama (homogen), sehingga untuk menguji kesamaan rerata skor pretes dan skor postes dilakukan dengan menggunakan uji parametrik, yaitu ujit. Tabel 3 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes dan Postes KPM Mahasiwa FI Paired Samples Test Pair 1 Pretes_FI Postes_FI Paired Differences T df Sig. (2 Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed) Deviation Mean Interval of the Difference Lower Upper 41,000 00 11,27312 2,25462 45,65332 36,34668 18,18 5 24,000 Dari hasil uji kesamaan rerata pretes pada tabel diatas, diperoleh nilai Sig. (2 tailed) < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pretes dan rerata postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI sebelum dan setelah mendapatkan pembelajaran scientific discovery Halaman 101 dari 152

Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery 2) Uji Perbedaan Rerata Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa FD Uji perbedaan rerata dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skor pretes dan skor postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FD tidak berbeda atau berbeda secara signifikan. Data pretes dan data postes berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama (homogen), sehingga untuk menguji kesamaan rerata skor pretes dan skor postes dilakukan dengan menggunakan uji parametrik, yaitu ujit. Tabel 4 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes dan Postes KPM Mahasiwa FD Paired Samples Test Pai r 1 Pretes_FD Postes_FD Paired Differences t df Sig. (2 Mean Std. Std. 95% Confidence tailed) Deviati Error Interval of the on Mean Difference Lower Upper 35,45 455 9,0704 3 2,73484 41,5481 4 29,3609 5 12,9 64 10,000 Dari hasil uji kesamaan rerata pretes pada tabel diatas diperoleh nilai Sig. (2 tailed) < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pretes dan rerata postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FD. 3) Uji Perbedaan Rerata NGain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Uji perbedaan rerata dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI tidak berbeda atau berbeda secara signifikan dengan mahasiswa FD. Data NGain sebelumnya berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama (homogen), sehingga untuk menguji kesamaan rerata skor pretes dan skor postes dilakukan dengan menggunakan uji parametrik, yaitu ujit. Halaman 102 dari 152

Eva Dwika Masni Tabel 5 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata NGain Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Paired Samples Test Pair 1 NGain_FI NGain_FD Paired Differences t Df Sig. (2 Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed) Deviatio Mean Interval of the n Difference Lower Upper,2094 5,11444,03451,13257,28634 6,070 10,000 Dari hasil uji kesamaan rerata pretes pada tabel diatas diperoleh nilai Sig. (2tailed) < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya peningkatan kemampuan pemecahan asalah matematika mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI dan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FD berbeda secara signifikan. 4) Aktivitas mahasiswa dalam Pembelajaran Scientific Discovery a. Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Dosen Pada tiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap kemampuan dosen dalam mengelola kelas. Pada saat proses pembelajaran berlangsung observer atau pengamat bertugas mengamati sesuai tidaknya kenyataan di kelas dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan langkah langkah model pembelajaran yang diterapkan. Bentuk instrumen berupa pernyataan dalam empat sub skala yang masing masing terdiri dari 15 pernyataan yang diisi oleh rekan pengamat saat kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai bahan evaluasi bagi dosen. Berikut pada tabel 6 akan disajikan hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran di kelas. Tabel 6 Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen No Tahap Implementasi 1. Pendahuluan 2. Stimulation 3. 4. Problem Statement Data Collection 5. Data Processing Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi dan motivasi Memberikan stimulasi mengenai materi prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa dan mengajukan masalah awal untuk memancing rasa ingin tahu Membagikan lembar kerja yang berisi permasalahan, memberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dipahami, mendorong mahasiswa untuk melakukan eksplorasi Membimbing mahasiswa dalam kelompok untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan memandu membuat dugaan Melakukan arahan dan memandu melakukan kegiatan (penemuan) dan mendorong mahasiswa melakukan pembuktian dugaan permasalahan yang diajukan diawal Persentase Pert. 16 79,16 76,38 78,12 Ket Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 72,91 Baik 70,80 Baik Halaman 103 dari 152

Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery 6. Verification 7. Generalization 8. Penutup Menyiapkan latihan soal pemecahan masalah untuk memferifikasi pengetahuan yang telah diperolehnya Membimbing kelompok menggunakan bahasa dan pemahaman mereka sendiri untuk menarik kesimpulan Memberikan penegasan kembali mengenai materi pelajaran yang baru diperoleh 70,80 Baik 79,16 Sangat Baik 75 Baik Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari persentase pengamatan keterlaksanaan pembelajaran mencapai kriteria baik dan sangat baik. Hal ini berarti pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tahap pendahuluan, stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification, generalization, dan penutup. Dikatakan berada pada kriteria sangat baik karena perolehan persentase aktivitas dosen diatas 75% dan dikatakan berada pada kriteria baik karena perolehan persentase aktivitas dosen berkisar antara 50% < µ 75%. Berikut Diagram persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen pada tiap pertemuannya ditunjukkkan pada gambar 2. Berikut : 120 100 80 70 85 100 100 60 40 20 43,33 50 0 1 2 3 4 5 6 Pertemuan Ke Gambar 2 Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan gambar terlihat bahwa ratarata persentase keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini berarti bahwa dosen dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada setiap pertemuan. Peningkatan persentase pada setiap pertemuannya dikarenakan mahasiswa sudah merasa akrab dengan dosen atau terbiasa dengan metode pembelajaran yang mereka dapatkan sehingga pelaksaan pembelajaran berlansung dengan baik. Halaman 104 dari 152

Eva Dwika Masni b. Data Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Mahasiswa Dalam mengukur berapa besar aktivitas mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, digunakan lembar pengamatan aktivitas.bentuk instrument ini berupa pernyataan tipe likert dalam empat sub skala yang masing masing terdiri dari 15 pernyataan yang diisi oleh pengamat saat kegiatan pelajaran berlangsung. Persentase aktivitas mahasiswa selama pembelajaran untuk masing masing tahapan pembelajaran disajikan pada tabel berikut: Tabel 7 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa NO Tahapan Aktivitas Siswa Persentase Pert. 16 Ket 1 (Stimulation) Memberikan respon atas pertanyaan awal yang diajukan oleh dosen, mengemukakan ide dan gagasan untuk menyelesaikan masalah yang diajukan oleh dosen 56.2 Aktif 2 (Problem statement) 3 (Data collection) 4 (Data processing) 5 (Verification) Berdiskusi dan memberikan alasan / pernyataan dari hasil identifikasi, memberikan komentar / tanggapan terhadap penyelesaian yang diajukan mahasiswa lain Memahami LK, Berdiskusi dan bertanya dengan teman lain memanfaatkan informasi tambahan yang relevan untuk menjawab permasalahan yang diajukan,memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membantu melakukan penemuan Bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam melakukan kegiatan penemuan yang disajikan dalam LK, mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan proses penemuan Menyusun suatu dugaan Memeriksa secara cermat pernyataan yang dibuat saat stimulation dengan hasil yang diperoleh saat data processing, memberikan komentar, tangapan, pertanyaan terhadap penyelesaian yang digunakan kelompok lain, menyimpulkan maksud dan tujuan dari penemuan yang dilakukan 62.5 Aktif 62.5 76,38 6 (Generalization) Membuat kesimpulan akhir materi yang telah diperoleh 79,1 Aktif Sangat Aktif 72,2 Aktif Tabel diatas merupakan pengamatan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Terlihat bahwa dari persentase pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas mahasiswa berada pada kriteria aktif dan sangat aktif. Hal ini berarti mahasiswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik Aktivitas mahasiswa dikatakan berada pada kriteria sangat aktif karena perolehan persentase aktivitas siswa diatas 75% dan dikatakan berada pada kriteria baik karena perolehan persentase aktivitas mahasiswa berkisar antara 50% < µ 75%. Diagram persentase keaktifan mahasiswa pada tiap pertemuannya ditunjukkkan pada gambar Berikut : Sangat Aktif Halaman 105 dari 152

Persentase Keaktifan Mahasiswa Pembelajaran Matematika Berbasis Scientific Discovery 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 94,64 85,71 83,92 64,28 48,21 35,71 1 2 3 4 5 6 Pertemuan Ke Gambar 3 Persentase Aktivitas Mahasiswa Berdasarkan tabel dan diagram diatas terlihat bahwa ratarata persentase respon mahasiswa terhadap pembelajaran pada umumnya mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini berarti mahasiswa dapat mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peningkatan persentase respon positif pada setiap pertemuannya terjadi karena mahasiswa sudah merasa terbiasa dengan metode pembelajaran yang mereka dapatkan sehingga pelaksaan pembelajaran berlansung dengan baik. Selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 6 kali pertemuan diluar kontrak perkuliahan dan UTS, ada beberapa hal yang peneliti amati secara langsung, yaitu: 1.) Pada awal pertemuan, masih banyak siswa yang terlihat bingung dengan pembelajaran matematika berbasis Scientific Discovery yang belajar dengan menggunakan lembar kerja yang disediakan oleh dosen, bekerja dalam susasana berkelompok dan diskusi. 2.) Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah terbiasa dengan pendekatan pembelajaran berbasis Scientific Discovery bahkan mereka sudah merasa nyaman dengan kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas sehingga termotivasi untuk belajar. 3.) Pada akhir penelitian siswa terlihat semakin aktif dan bersemangat, berani mengungkapkan pendapat, bersifat jujur dan terbuka. D. Kesimpulan 1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP setelah memperoleh pembelajaran scientific Halaman 106 dari 152

Eva Dwika Masni discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis 1 yang memperoleh nilai Sig. (2tailed) adalah 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pretes dan rerata postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FI. 2. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa UNCP setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis 2 yang memperoleh nilai Sig. (2 tailed) adalah 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pretes dan rerata postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FD. 3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis 3 yang memperoleh nilai Sig. (2tailed) adalah 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak, Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pretes dan rerata postes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa FD. 4. Kualitas kemampuan pemecahan masalah mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya kognitif FD. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika ekonomi mahasiswa UNCP yang bergaya kognitif field independent berada pada kategori tinggi sedangkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah mahasiswa field dependent setelah memperoleh pembelajaran scientific discovery berada pada kategori sedang. 5. Keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen berada pada kategori baik dan sangat baik untuk masingmasing tahapan pembelajaran. Demikian juga Aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran scientific discovery berada pada kategori aktif dan sangat aktif. Keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan persentase penilaian dari setiap pertemuan demikian juga Halaman 107 dari 152