Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

hidup mandiri sehingga kesehatan seharusnya menjadi

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang terus berkembang seiring berlalunya jaman dan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

Studi Deskriptif Mengenai Intensi Merokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung

1. Pendahuluan FAKTOR KONTROL PERILAKU MEROKOK PADA ANAK SEKOLAH DASAR

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol. 5 Oktober 2013 Bandung, 8-9 Oktober 2013 ISSN:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

THEORY OF REASONED ACTION

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB`1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan baik secara fisik maupun mental. Remaja. mengalami perkembangan yang sangat pesat yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tingkat angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia sudah pada taraf yang

PENGARUH MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 2 PURWOREJO

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Kata kunci: diet rendah garam, hipertensi, lansia, TPB

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 1 No. 2 Mei 2017

PENGARUH SISTEM PENGUPAHAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP HASIL PRODUKSI PADA PERUSAHAAN GENTENG TH. SOKKA KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

Pengaruh Quality Of Work Life terhadap Kinerja Karyawan (Study Kasus pada Pt. Bank Panin, Tbk.Banjarmasin)

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA UNIT INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RSUD DR.

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior

STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

PREDIKSI MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA MENGGUNAKAN PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan

FENOMENA THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PELAKU PERJALANAN UNTUK MENGGUNAKAN BIS KOTA SURABAYA

PENGARUH TINGKAT PENDIDKAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 3 WADASLINTANG WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang

INTENSI KEMBALI BERJUALAN DI JALAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA YANG DIRELOKASI. (Studi Pada Pedagang Blok G Tanah Abang di DKI Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian ini. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Intensi yang

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

PENGARUH USAHA PREVENTIF UNTUK MENGURANGI RESIKO LAKALANTAS DITINJAU DARI PEMAHAMAN PELAJAR SMP DAN SMA DI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung 1 Sevtian Nugraha, 2 Milda Yanuvianti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No 1 Bandung 4116 e-mail: 1 sevtiannugraha@gmail.com, 2 mildayanuvianti@gmail.com Abstrak. Perilaku sehat belum banyak muncul di masyarakat saat ini. Masih banyaknya masyarakat yang menjalani gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, jarang berolahraga, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, merokok, dan minum minuman keras. Pada penelitian ini salah satu gaya hidup yang tidak sehat yang akan dibahas yaitu mengkonsumsi minuman beralkohol. Berhubungan dengan minuman beralkohol, sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang disebabkan pengendaranya dibawah pengaruh minuman beralkohol. Oleh karena itu berkendara wajib menjunjung tinggi safety drive salah satunya tidak dalam keadaan mabuk saat berkendaraa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan mana yang paling berkontribusi terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol pada anggota klub mobil X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis regresi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 1 responden yang merupakan anggota klub mobil X yang mengkonsumsi minuman beralkohol. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai sikap, norma subjektif, persepsi terhadap kontrol perilaku dan intensi sesuai dengan teori dari Icek Ajzen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki intensi yang kuat untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu sebesar 58%. Kuat dan lemahnya intensi dipengaruhi oleh determinan intensi, yaitu sikap (,619), norma subjektif (,636) dan persepsi terhadap kontrol perilaku (,38). Ketiga determinan intensi ini secara bersama-sama mempengaruhi intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol sebesar,898. Sehingga, diperoleh data bahwa determinan yang paling berkontribusi terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol adalah determinan norma subjektif, dengan koefisien regresi sebesar,636. Artinya, persepsi anggota klub mobil X Bandung terhadap tekanan sosial dari significant person untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan yang paling menentukan kuat atau lemahnya intensi untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Kata Kunci : Intensi, Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol, Miras A. Pendahuluan Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948, menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU N. 23/1992 tentang kesehatan). Namun perilaku sehat belum banyak muncul dimasyarakat. Masih banyaknya masyarakat yang menjalani gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, jarang berolahraga, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, merokok, diet ketat, dan minum minuman keras. Akhir-akhir ini di beberapa daerah di Indonesia sering diberitakan terjadi peristiwa kematian massal akibat dari mengkonsumsi minuman keras oplosan. Hal ini membuat pemerintah menyebutkan kejadian luar biasa (KLB) terhadap fenomena tersebut. Korban meninggal terbanyak berada di Kabupaten Garut dengan jumlah 1 orang, disusul Kabupaten Sumedang 1 orang, lalu Depok 3 orang, terakhir Sukabumi 1 orang. Kejadian ini membuat aparat diminta untuk menyelidiki dan melakukan 341

342 Sevtian Nugraha, et al. pengawasan agar tidak lagi beredar minuman keras oplosan tersebut. (http://news.okezone.com) WHO mencatat tahun 212, 89 juta penduduk dunia menggunakan alkohol. WHO juga mengeluarkan data bahwa kematian akibat alkohol tahun 213 sebanyak 88 ribu jiwa, dengan kasus terbanyak dialami oleh penduduk dengan usia dibawah 25 tahun. Sebagian besar korban penyalahgunaan minuman keras terbagi dalam golongan umur 14-16 tahun (22%), golongan umur 1-21 tahun (48%) dan golongan umur dewasa 22-4 tahun (3%). Sedikitnya 14,4 juta atau 23% dari total 63 juta masyarakat Indonesia, pernah mengkonsumsi minuman keras (miras). Data itu merupakan hasil riset yang dilakukan Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) pada tahun 214. Angka itu melonjak drastis dari 2 yang baru mencapi angka 4,9 persen, hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan. Menurut dr. Ari Fahrial Syam, spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dampak buruk dari kebiasaan minum alkohol akan mengenai berbagai organ di dalam tubuh, mulai dari otak, mulut, saluran cerna, sampai ke usus besar. Selain itu, penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan bisa menyebabkan terjadinya keracunan alkohol atau intoksikasi alkohol yang bisa membahayakan nyawa. Intoksikasi terjadi jika jumlah alkohol yang dikonsumsi di atas ambang batas toleransi orang tersebut sehingga memicu gangguan fisik dan mental (http://health.kompas.com). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang bahaya alkohol antara lain oleh Agung (215) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi sesesorang untuk menggunakan minuman keras antara lain adalah karena pengangguran, pergaulan bebas, dan kenikmatan. Namun dari semua faktor-faktor tersebut faktor pergaulan bebas yang paling mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi miras. Pergaulan bebas adalah melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar. Pergaulan bebas ini dapat membuat seseorang yang awalnya patuh terhadap norma, justru melawan norma tersebut. Alkohol dapat membawa kesenangan bagi peminumnya, sebaliknya minuman ini juga dapat membawa banyak penderitaan. Antara lain jika pengemudi kendaraan bermotor baik mobil atau motor sangat membahayakan ketika dalam keadaan tidak sadar setelah meminum minuman beralkohol. Sering terjadinya kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh pengendara yang mengemudi dalam keadaan mabuk. Data di Kota Bandung tentang kecelakaan yang sering terjadi Polrestabes Bandung mencatat, selama tahun 214 terdapat 686 kecelakaan di Kota Bandung. Kecelakaan tersebut, merenggut 118 korban tewas. Jika dirata-ratakan, setiap tiga hari ada 1 orang yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan ini juga membuat 1 orang mengalami luka berat dan 55 orang menderita luka ringan. Menurut Kapolrestabes Bandung, kecelakaan ini banyak terjadi karena kesalahan pengendara saat mengemudikan kendaraannya, baik karena mengantuk, tidak mentaati ramburambu lalu lintas, bahkan pengendara yang dibawah pengaruh minuman beralkohol dan narkoba. Oleh karena itu ketika mengendarai kendaraan bermotor dalam keadaan pengaruh minuman beralkohol sangat membahayakan bagi diri sendiri dan juga bagi pengendara lainnya. Hal ini dapat lebih diperhatikan karena minuman beralkohol bukan hanya dapat merugikan diri sendiri melainkan juga orang lain. Mengkonsumsi minuman beralkohol bukan hanya dilakukan kalangan masyarakat biasa. Namun orang-orang yang melakukan aktifitasnya didalam suatu Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada... 343 kelompok seperti klub mobil yang seharusnya menjunjung tinggi safety drive ketika mengendarai kendaraannya juga sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua dan anggota klub mobil X, ketua klub mobil X manyatakan bahwa dalam keanggotaan klub mobil sudah dibuat regulasi peraturan dimana setiap anggota tidak dibenarkan mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba. Karena pada dasarnya pembentukan klub mobil ini merupakan menjunjung tinggi safety drive dan berguna bagi masyarakat lainnya. Dia juga beranggapan bahwa akan membahayakan ketika berkendara pada saat mabuk. Namun tidak dipungkiri juga masih ada anggotanya yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol diluar aktifitas klub mobil ini. Ketua klub mobil X juga berharap anggotanya yang masih mengkonsumsi minuman beralkohol bisa berhenti demi keselamatan dirinya sendiri baik ketika berkendara dan demi kesehatannya. Dia tidak bisa melarang ketika aktifitas tersebut diluar kegiatan klub, namun dia juga menyatakan bahwa ketika ada masalah yang dikarenakan kesalahan anggotanya diluar klub mobil X yang menyangkut dengan mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba dia akan bertindak tegas dan akan mempertimbangkan keanggotaan anggotanya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang anggota klub mobil X yang masih mengkonsumsi minuman beralkohol diperoleh data bahwa kegiatan mengkonsumsinya tersebut biasanya dilakukan diluar kegiatan klub, baik setelah berkumpul dengan klub mobil atau ketika bersama teman-teman diluar klub mobil. Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol sudah berlangsung selama 2-3 tahun terakhir ini. Biasanya mereka mengkonsumsi minuman beralkohol untuk mendapatkan ketenangan dan untuk menghabiskan waktu malam. Dari ketujuh orang anggota tersebut menyatakan bahwa regulasi peraturan dalam klub mobil X ini membuat mereka mulai mengurangi konsumsi minuman beralkohol tersebut, karena mereka mengetahui pentingnya safety drive. Sehingga bukan tidak mungkin nantinya terjadi kecelakaan ketika tidak sadar dalam keadaan mabuk pada saat berkendara. Sering mendengarkan informasi tentang kecelakaan-kecelakaan yang terjadi karena pengendara yang mabuk, membuat mereka berfikir lebih untuk mengkonsumsi minuman beralkohol lagi. Mereka juga mulai percaya ketika berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol akan membuat mereka lebih baik secara kesehatan dan juga ketika berkendara. Sering mendengarkan nasihat dari anggota klub mobil X yang lebih tua juga membuat mereka mengetahui tidak baiknya mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut. Selain itu juga mereka menyatakan bahwa anggota-anggota lainnya yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sering mengingatkan mereka untuk tidak lagi mengkonsumsi minuman beralkohol. Sering juga teman-teman mereka tersebut menunjukkan informasi-informasi tentang dampak dari alkohol dan membuat mereka takut serta membuat mereka ingin segera mencoba berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Namun mereka juga menyatakan bahwa masih seringnya teman-teman yang sesama peminum mengajak mereka minum sehingga terkadang sulit untuk menolak ajakan temannya tersebut. Dari fenomena diatas anggota klub mobil X yang mengkonsumsi minuman beralkohol mengetahui konsekuensi yang diakibatkan oleh minuman beralkohol tersebut dan lingkungan sekitar mereka seperti anggota lain klub mobil X ada yang menuntut mereka untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Selain itu mereka juga memiliki faktor-faktor yang menjadi hambatan untuk menampilkan perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Adanya fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung. Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 214-215

344 Sevtian Nugraha, et al. Tujuan Penelitian Memperoleh gambaran tentang besarnya pengaruh determinan intensi terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol dan mengetahui determinan mana yang paling berkontribusi terhadap kuat-lemahnya intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol pada anggota klub X Bandung yang ditinjau dengan menggunakan Theory of Planned Behavior. B. Landasan Teori Sebelum terjadinya suatu perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yaitu intensi atau niatan. Lalu intensi dapat dijelaskan melalui teori perilaku terencana yang merupakan pengembangan dari teori tindakan beralasan. Intensi merefleksikan kesediaan individu untuk mencoba melakukan suatu perilaku tertentu, atas landasan itulah peneliti menggunakan Intensi (theory of planned behavior) yang dikemukakan oleh Icek dan Ajzen. Intensi merupakan indikasi seberapa besar seseorang individu akan berusaha untuk memunculkan tingkah laku tertentu (Ajzen, 1988:113). Intensi akan tetap menjadi kecenderungan untuk bertingkah laku sampai sebuah usaha yang dilakukan oleh individu untuk merealisasi intensi menjadi tingkah laku. Intensi merupakan kecenderungan bertingkah laku yang paling dekat dengan tingkah laku itu sendiri. Menurut Theory of planned behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan dasar. Determinan pertama adalah faktor personal secara alami, yaitu sikap terhadap tingkah laku (Attitudes Toward Behavior). Determinan kedua adalah faktor merefleksikan pengaruh sosial, yaitu norma subyektif (Subjective norms). Determinan terakhir adalah berhubungan dengan kontrol, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku (Perceived behavioral control). C. Hasil Penelitian Tabel 1 Perhitungan Multiple Regression Intensi Multiple Regression,94 a R Square,898 F 3,964 Sig.F, a Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya kontribusi determinan sikap, norma subjektif dan persepsi terhadap kontrol perilaku secara bersama-sama terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minumam beralkohol adalah sebesar,898. Dengan kata lain, ketiga variabel ini secara bersama-sama dapat memprediksi sebanyak 89,8% dari varian variabel intensi, artinya terdapat kontribusi yang signifikan dari ketiga determinan intensi terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan sisanya sebesar 1,2% adalah besarnya kontribusi dari determinan-determinan lain di luar variabel-variabel yang diteliti. R square disebut juga sebagai coeffecient of multiple determinan, yaitu proporsi varian dependen variabel yang dalam hal ini adalah intensi yang diprediksi oleh independen variabel yang dalam hal ini adalah sikap, norma subjektif dan persepsi terhadap kontrol perilaku. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada... 345 Tabel 2 Anova Model Sum of Df F Sig. Squares 1 Regression 529.9 3 3.964, b Residual 6.494 13 Total 59.41 16 a. Dependent Variable: Intensi b. Predictors: (Constant), PBC, SN, ATB Hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai F hitung adalah 3.964 dengan nilai df 1 = 3 dan df 2 = 13 dengan Sig.=,. Pengujian dengan membandingkan Sig.=, dengan = 5 % (,5) maka Ho ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan dari uji ini bahwa dengan uji simultan (secara bersama-sama) terdapat pengaruh dan signifikan antara variabel determinan intensi terhadap variabel intensi pada anggota klub mobil X Bandung. Dikarenakan H ditolak artinya ada pengaruh terhadap variabel Y atau intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Gambar 1 Kontribusi Determinan Pembentuk Intensi.8.6.4.2 ATB SN PBC.619.636.38 Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa norma subjektif memiliki koefisien regresi yang paling besar. Oleh karena itu, dalam konteks perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol pada anggota klub mobil X Bandung norma subjektif merupakan determinan pembentuk intensi yang paling besar pengaruhnya. Jadi, persepsi anggota klub mobil X Bandung terhadap tekanan sosial dari significant person untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan yang paling menentukan kuat atau lemahnya intensi untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Intensi Responde n Persentase (%) Kuat 1 58% Lemah 42% Total 1 1% Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 214-215

346 Sevtian Nugraha, et al. Tabel 3 memperlihatkan bahwa anggota klub mobil X Bandung yang mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol yang berbeda. Terdapat 58% (1 orang) anggota klub mobil yang mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki intensi kuat dan 42% ( orang) memiliki intensi yang lemah. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Determinan Pembentuk Intensi Menurut Kategori Intensi Intensi ATB SN PBC Positif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Kuat 1 (%) 1 (%) 1 (%) Lemah (%) (%) (%) Jumlah 1 1 1 Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada anggota klub mobil X Bandung yang mengkonsumsi minuman alkohol memiliki intensi kuat untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol, sebagian besarnya memiliki determinan pembentuk intensi yang positif. Hal ini berarti pada sebagian besar anggota klub yang memiliki intensi kuat untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol menyukai konsekuensi dari perilaku tersebut, mempersepsikan bahwa orang yang penting baginya menginginkan dirinya untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol dan mempersepsikan dirinya mampu untuk menampilkan perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. D. Kesimpulan Terdapat kontribusi yang signifikan dari ketiga determinan intensi terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Secara keseluruhan kontribusi dari ketiga determinan intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol sebesar 89,8%, menunjukkan bahwa intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol dipengaruhi secara signifikan oleh determinan penentu intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol, sehingga anggota klub mobil X memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Determinan Subjective Norms (Norma Subjektif) perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan kontribusi terbesar terhadap intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol, artinya persepsi anggota klub mobil X Bandung terhadap harapan dan tekanan dari orang-orang yang penting baginya (significant person) untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan yang paling menentukan kuat atau lemahnya intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol pada subjek penelitian. Sebanyak 58% (1 orang) anggota klub mobil X Bandung memiliki intensi yang tinggi untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini berarti bahwa lebih dari setengah subjek penelitian yang mengkonsumsi minuman beralkohol kemungkinan besar akan berusaha untuk berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Anggota klub mobil X Bandung pengkonsumsi minuman beralkohol yang Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada... 34 memiliki intensi berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol yang kuat sebagian besarnya memiliki determinan yang positif atau kuat pula. DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (198). Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Prentice- Hall, Inc: Englewood Cliffs. Ajzen, I. (25). Attitudes, Personality and Behavior 2nd. Open University Press. Ajzen, I. (26). Constructing A Theory of Planned Behavior Questionnaire: Conceptual and Methodological Consideration. Arikunto, S. (21). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Fishbein & Ajzen. (195). Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. London: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Noor, H. (212). Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung : Fakultas Psikologi Unisba. Sarwono, S.W. 211. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Sugiyono. (212). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta Tarwoto, Ns. Dkk. 21. Kesehatan Remaja problem dan solusinya. Jakarta:Salemba Medika Agung. (215). Perilaku Sosial Pengguna Minuman Keras Di Kelurahan Sungai Dama Kota Samarinda. ejournal Sosiatri - Sosiologi Konsentrasi, Vol: 3 (1), 215: 6- Bachtiar, W. W. 2. Kenapa Miras Harus Dilarang. (http://www.indomedia.com. 28/1/8.) diunduh pada 3 Maret 215 Indraprasti, D. (22). Hubungan Kontrol Diri Dengan Minum-minuman Keras Pada Remaja Laki-laki. Jurnal by psychology.uii.ac.id/ Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 214-215