BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Nurhasanah, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

Materi Minggu 1. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Bacaan Komunikasi Efektif. Pengertian Komunikasi Efektif

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti

Komunikasi dan Etika Profesi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1)

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

Komunikasi dan Etika Profesi

Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

Interaksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Komunikasi Interpersonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1

09/09/2011. Who says (Komunikator) Says what (Pesan) To Whom (komunikan) With Channels (Saluran/Media) What Effect (umpan balik)

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

Pengantar Ilmu Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

Keterampilan Sosial Pustakawan Dalam Berkomunikasi Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

MAKNA NOISE & UMPAN BALIK DALAM KOMUNIKASI

MAKALAH KOMUNIKASI. Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Perilaku dan Pengembangan Organisasi. Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar untuk berafiliasi, yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KLIEN BERBEDA BY. NS. SRI EKA WAHYUNI, S.KEP

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

Interpersonal Communication Skill

GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

BAB 2. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti. kata communico yang artinya membagi (Nasir dkk., 2011).

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

TUGAS KECAKAPAN ANTAR PERSONAL. Communication Skill. Dosen Utama : Ria Wulandari S.Kom. Disusun oleh :

PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

Komunikasi Risiko. Dokter Spesialis di Kota Yogyakarta. Amelia / Yudi Perbawaningsih. Program Studi Ilmu Komunikasi

Transkripsi:

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep komunikasi 1.1 Pengertian komunikasi Kata atau istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Nurhasanah, 2009). Komunikasi adalah elemen dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak mata dengan orang lain. Komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, sehingga orang sering salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005). Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi individu dalam menyampaikan informasi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien (Potter & Perry, 2005). 6

7 1.2 Tujuan komunikasi Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain. Hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalankan tugasnya, baik kepada teman sejawat, tim kesehatan lain maupun kepada pasien dan keluarga pasien. Kepentingan perawat untuk mendapatkan atau menyampaikan laporan yang jelas dan lengkap dari teman sejawat (perawat) yang dinas sebelumnya, menyampaikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan lain (dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas kesehatan lainnya) serta menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada pasien dan keluarga pasien adalah contoh pentingnya komunikasi yang efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya. Mundakir (2006) menyebutkan bahwa secara umum tujuan komunikasi ada empat. Pertama, supaya pesan yang disampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan). Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini sangat penting agar pesan kita dapat diterima oleh pasien, teman sejawat sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan pasien dapat dicapai. Kedua, memahami orang lain. Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diinginkan oleh pasien (komunikan). Ketiga, supaya gagasan dapat diterima orang lain. Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa

8 yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien. Keempat, menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan-pendekatan agar pasien percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi pasien ataupun komunikan yang lain. 1.3 Fungsi komunikasi Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi komunikasi. Pertama, sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, penyebaran berita, data, gambar, fakta pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Kedua, sebagai sosialisasi. Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Ketiga, sebagai motivasi. Proses komunikasi yang dilakukan dapat dilakukan secara persuasive dan argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator. Keempat, sebagai pendidikan. Proses pengalihan (tranformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran dapat

9 dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif. Kelima, komunikasi sosial, dimana penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan (Mundakir, 2006). 1.4 Elemen proses komunikasi Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa komunikasi terjadi pada suatu tingkat sosial, dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya terlibat dalam kontak intrapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung, orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel interpersonal Salur Refere n Pengirim Pesan Refere n Penerima Gambar 1. Proses Komunikasi (Potter & Perry, 2005)

10 Dari gambar di atas, masing-masing elemen akan dijelaskan sebagai berikut : a. Referen Referen adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Referen memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan. b. Pengirim Pengirim adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain (komunikan) dan diharapkan kepada pihak lain yg menerima pesan tersebut memberikan respon (feedback). c. Pesan Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka, dan melalui media atau saluran. Pesan terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-verbal (misalnya kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah atau gerakan tubuh). d. Saluran Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran, dan taktil. Semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang perawat untuk mengirimkan pesan, maka semakin baik pemahaman pasien dalam menerima pesan.

11 e. Penerima Penerima adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan. Perawat belajar untuk ikut serta dalam komunikasi interpersonal untuk menginterpretasikan komentar pasien. f. Respons Komunikasi adalah proses yang terus-menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Dalam mencapai keefektifan dalam berkomunikasi, keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam hubungan sosial, kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama untuk mencari keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung jawab yang besar dalam hubungan antara perawat dan klien. 1.5 Tingkatan komunikasi Nurhasanah (2005) menyatakan agar tercapai komunikasi efektif sesuai tujuan, perlu dipilih tingkat komunikasi yang digunakan, berikut adalah beberapa tingkatan komunikasi : 1) Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri baik disadari maupun tidak. 2) Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan orang atau pihak lain atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui umpan baliknya.

12 3) Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenal satu persatu. 4) Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan. 5) Komunikasi kelompok sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut. 6) Komunikasi organisasi bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sangat efektif dilakukan perawat dan pasien dalam hal merubah perilaku pasien dalam penyembuhan. 2. Komunikasi interpersonal 2.1 Pengertian komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Nurhasanah, 2006). Ellis, dkk (1999) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasai yang terjadi antara dua orang yang bertatap muka, misalnya antara

13 perawat dan pasien yang menimbulkan respon atau umpan balik. Seperti yang kita lihat dalam bagan di bawah ini: Sumber (Informasi) Pesan Penerima Pesan Umpan balik Gambar 2. Komunikasi interpersonal dalam keperawatan (Ellis, 1999) Dari gambar diatas pesan dan umpan balik berasal dari informasi. Diagram diatas menunjukkan komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Sumber (perawat) menyampaikan pesan kepada penerima pesan (pasien). Baik pesanpesan yang bersifat informatif, persuasif dan koersif. Dalam hal ini penerima pesan (pasien) akan memberi umpan balik kepada sumber informasi (perawat), baik pesan itu diterima atau ditolak oleh penerima pesan (Ellis, dkk., 1996). Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Makna adalah sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Selain itu, makna juga merupakan kesamaan pemahaman di antara

14 orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi ( Nasir, et al., 2011). Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi (interpersonal), melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan partner. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari individu, yang disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individuindividu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku ( Nasir, et al., 2011). Dalam komunikasi interpersonal, terjadi komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita di antara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling pengertian dan kesepakatan makna (meaning) antara satu dengan yang lain. Komunikasi melibatkan realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi. Masing-masing pihak akan melakukan penerapan (perceiving), lalu menginterpretasikan informasi tersebut sehingga terjadi pemahaman (understanding) dan selanjutnya timbul keyakinan (believing) yang menimbulkan tindakan (action) ( Nasir, et al., 2011).

15 2.2 Tujuan komunikasi interpersonal Nurhasanah (2006) menyatakan komunikasi interpersonal memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan kesenangan, dan untuk membantu. Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing tujuan komunikasi interpersonal. Pertama, menemukan diri sendiri. Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Belajar tentang diri kita maupun orang lain didapatkan dari pertemuan ataupun komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan masukan yang luar biasa pada perasaan, pikirian, dan tingkah laku kita. Kedua, menemukan dunia luar. Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak komunikasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa. Hal itu sering didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal Ketiga, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti. Salah satu keinginan orang adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Dalam komunikasi interpersonal banyak waktu kita pergunakan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Keempat, berubah sikap dan

16 tingkah laku. Dalam komunikasi interpersonal, banyak waktu yang dipergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Kita dapat memperoleh cara baru ketika berkomunikasi dengan orang lain seperti : mencoba diet baru, memilih barang tertentu. Kelima, untuk bermain dan kesenangan. Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama yaitu mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan dan cerita lucu merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang memberikan keseimbangan yang penting dalam pilihan yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. Keenam, untuk membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita sama juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi sehari-hari. Berkonsultasi dengan teman kita, tentang masalah pribadi, studi ataupun perkuliahan. 2.3 Ciri-ciri komunikasi interpersonal Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan seharihari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal antara lain : a. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya

17 pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya, komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. b. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Jika komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan. c. Umpan balik segera. Komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka dapat segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat tertentu dan jarak yang dekat secara psikologis yaitu dengan menunjukan keintiman hubungan antar individu. e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi inerpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan

18 mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. 2.4 Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk ke dalam penggunaan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemaknaan kata (denotative and connotative meaning), perbendaharaan kata (vocabulary), kecepatan (pacing), intonasi/nada suara (intonation), kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity), waktu dan relevansi (timing and relevance). Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut : a. Kemaknaan (denotative and connotative meaning), Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karena menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai dengan kondisi. Misalnya, pengguanan kata serius menyatakan penyakit yang serius, kritis menyatakan pasien dalam keadaan gawat, dan darurat untuk menyatakan keadaan darurat yang benar-benar membutuhkan pertolongan. b. Perbendaharaan kata (vocabulary), Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi terapeutik, apabila penerima tidak mampu mengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya (perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak mengerti. c. Kecepatan (pacing),

19 Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal. Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau sedang berbicara dapat menyebabkan kebingungan pada pasien. d. Intonasi / nada suara (intonation), Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi biasanya memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Jika intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan. Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat berkomunikasi (berbicara). e. Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity) Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif jika disampaikan dengan cara yang sederhana. Semakin singkat kata yang digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya dapat dilakukan melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti. f. Waktu dan relevansi (timing and relevance). Penyampaian pesan dengan cara yang baik dan dengan emosi yang terkendali, tetapi bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang disampaikan tidak diterima oleh pasien. Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi persepsi seseorang terhadap pesan yang diterima. Misalnya, pasien yang akan dioperasi mengalami ketakutan yang besar, namun perawat

20 menceritakan resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi tersebut. Hal ini waktunya tidak tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut dan trauma untuk dioperasi. Oleh karena itu diharapkan perawat menggunakan waktu yang tepat dan relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa komunikasi yang bersifat nonverbal merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penampilan, postur dan cara berjalan, ekspresi wajah, isyarat/gerak tangan, pandangan, sentuhan, jarak tubuh/kedekatan. Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut : a. Penampilan Penampilan merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan dalam proses komunikasi. Penampilan fisik seorang perawat harus mampu memberikan ciri positif pada pasien. Seperti pasien yang memberikan gambaran tentang perawat yang memakai seragam putih, yang mencerminkan kemurnian, kesucian dan ketulusan hati. b. Postur dan cara berjalan Cara orang berjalan dan postur tubuh mencerminkan emosi, konsep diri dan kondisi fisik seseorang. Postur tubuh dan cara berjalan yang tegap memberikan gambaran tentang kondisi fisik yang prima. c. Ekspresi wajah

21 Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. Kegembiraan, kesedihan, kebingungan, bahkan tulus tidaknya senyuman seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. d. Isyarat/gerak tangan Perasaan hormat dan menyayangi seseorang dapat dilakukan dengan isyarat tangan yaitu berupa sentuhan tangan dan acungan jempol. Seorang perawat harus belajar menggunakan dan memperhatikan isyarat-isyarat sebagai bagian dari komunikasi dengan pasien. e. Pandangan Pandangan adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi yaitu adanya kontak mata. Tatapan atau pandangan yang tajam kepada seseorang bisa diartikan kekaguman dan bisa juga bentuk perlawanan. Pandangan yang jauh ketika berbicara berarti kesedihan atau ada sesuatu yang dipikirkan. f. Sentuhan Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui sentuhan. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa memberi pesan tentang adanya perhatian dan keseriusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. g. Jarak tubuh dan kedekatan Jarak tubuh dan kedekatan mempengaruhi komunikasi non-verbal. Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh dan seseorang yang sudah dikenal.

22 Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya untuk menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Ada lima hal yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (sikap mendukung), possitiveness (sikap positif) dan equality (kesetaraan). Masing-masing faktor tersebut akan dijelaskan di bawah ini. Openness (keterbukaan). Keterbukaan terdiri dari tiga aspek yang ada dalam komunikasi interpersonal. Pertama, kesediaan untuk membuka diri (kesediaan untuk membuka informasi mengenai diri sendiri yang biasanya disembunyikan). Kedua, kesediaan untuk bereaksi secara jujur terhadap pesan yang disampaikan. Keterbukaan diperlihatkan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain mengenai apa yang kita rasakan. Ketiga, mau mengakui pemikiran dan perasaan yang dirasakan. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang disampaikan adalah memang milik anda dan anda tanggung jawab atasnya dan pesan yang disampaikan adalah pesan yang akurat. Keterbukaan juga merupakan kesediaan seseorang mendengarkan orang lain, terbuka untuk mendengarkan kecemasan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh orang tersebut. Keterbukaan akan dapat menyebabkan beberapa perubahan misalnya memberikan perhatian lebih kepada komunikan, lebih sering memuji dan lebih terbuka mengenai apa yang dirasakan dalam sebuah relasi (Hanafi, 2012).

23 Empathy (empati). Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan melalui sudut pandang orang tersebut tanpa kehilangan identitas diri. Untuk berempati dengan seseorang adalah merasakan apa yang orang tersebut rasakan, mengalami apa yang dialami oleh orang tersebut. Untuk dapat berempati cobalah untuk tetap tenang, membebaskan diri dari emosi yang sedang kita rasakan. Empati dapat berupa verbal maupun non verbal (ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik dan sentuhan atau belaian yang sepantasnya). Perawat berempati melalui sentuhan pada pasien sedang merasakan kesakitan, memberikan perhatian secara sungguh dengan menatap mata dengan pasien atau selalu kontak mata dengan pasien, dengan sabar mendengarkan kecemasan pasien, ketidaknyamanan pasien dengan penyakit yang dideritanya sehingga pasien bisa merasa lebih nyaman (Hanafi, 2012). Supportiveness (sikap mendukung). Sikap mendukung merupakan suatu sikap dari seseorang yang ada dalam suatu kelompok yang dicirikan dengan keterbukaan, ketiadaan rasa takut dan menjalin hubungan kerjasama. Sikap mendukung dipupuk melalui lebih kepada deskriptif (bersifat deskriptif atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci) daripada evaluatif (bersifat evaluasi atau menilai). Sikap mendukung terwujud melalui kemampuan perawat untuk dapat menjelaskan secara jelas dan terperinci mengenai penyakit, tujuan prosedur, tindakan medis yang akan dilakukan dan perkembangan kondisi kesehatan pasien sehingga pasien merasa nyaman dan tidak takut (Hanafi, 2012). Possitiveness (sikap positif). Sikap positif dalam komunikasi interpersonal ditunjukkan dalam dua cara, yaitu attitudes (sikap), komunikasi interpersonal

24 terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, terhadap orang lain dan kepada kondisi komunikasi umumnya dan compliments (pemberian pujian) terhadap kebaikan yang ada dalam diri seseorang maupun tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sikap positif dapat dikomunikasikan secara verbal maupun non verbal, misalnya dengan tersenyum, ekspresi wajah yang positif, sikap yang penuh perhatian, ekspresi positif secara verbal, penghapusan penilaian yang negatif. Sikap positif terwujud melalui sikap perawat yang sopan, santun dan ramah (Hanafi, 2012). Equality (kesetaraan), adalah sikap atau pendekatan yang memperlakukan seseorang sama pentingnya dan memberikan kontribusi yang sama dalam suatu interaksi. Kesetaraan terwujud melalui perawat yang tidak membeda-bedakan status sosial dalam melayani pasien dan menghargai keberadaan pasien (Hanafi, 2012). 2.5 Teknik teknik dalam komunikasi interpersonal Nasir, dkk (2011) menyatakan bahwa cara yang bisa digunakan sebagai panduan dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah seperti di bawah ini : a. Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian Sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa mereka lebih cenderung tertarik dengan dirinya sendiri daripada orang lain. Salah satu hal yang bisa kita lakukan agar orang lain menjadi tertarik dengan kita adalah dengan manumbuhkan ketertarikan kita terhadap orang tersebut. Dengan

25 menciptakan ketertarikan terhadap orang tersebut sebenarnya kita telah melakukan salah satu upaya pengumpulan informasi mengenai lawan bicara kita. Sedikit demi sedikit kita dapat membuat lawan bicara kita merasa nyaman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan. b. Membangun rasa simpati Membangun rasa simpati disini maksudnya adalah bagaimana membangun suatu lingkungan komunikasi di mana lawan bicara kita merasa percaya diri saat berbicara dengan kita. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat suasana yang hangat saat berkomunikasi, menghilangkan superior dan inferior, yakni bisa dengan kontak mata yang hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh lawan bicara, ataupun dengan menyebut nama lawan bicara kita berulang-ulang untuk menunjukkan rasa hormat kita padanya. c. Percaya diri Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki kepercayaan diri, maka kita akan membangun gambar (image) diri kita kepada orang lain, akan tetapi kurangnya kepercayaan diri membuat kita akan dipandang sebagai seorang yang memiliki posisi yang lemah. Percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energi yang positif. Komunikasi menjadi lancar dan jelas bahkan kita dapat mempengaruhi lawan bicara hanya dengan bermodalkan kepercayaan diri. d. Mengaplikasikan kemampuan bertanya, mendengarkan, dan diam.

26 Sebagian besar komunikasi yang efektif menggunakan ketiga skill ini. Siapa bilang orang yang aktif bicara adalah seorang yang mengagumkan dalam komunikasi. Diam dan mendengarkan disini bukan berarti kita mendengarkan secara pasif. Kita berusaha mendengar secara aktif, memberikan respon-respon positif terhadap topik yang disampaikan orang lain sembari dengan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menunjukkan bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. e. Kejujuran dan empati Menciptakan ketertarikan pada orang lain seperti pada poin satu sebenarnya adalah bagaimana kita membuat suatu bentuk ketertarikan pada orang lain dengan sebenar-benarnya, bukan dengan dibuat-buat ataupun pura-pura tertarik. Kejujuran disini maksudnya adalah jujur dalam tertarik pada orang lain. Hal ini sangat penting karena biasaya ketertarikan dan perhatian yang dibuat-buat justru mudah dekenali. f. Optimisme Optimisme menekankan pada hal-hal positif yang didiskusikan dalam suatu komunikasi. Komunikator yang baik dapat memberikan respons positif yang dapat membuat komunikasi tidak hanya selalu berpikiran pada hal-hal yang negatif sehingga suasana optimis pun dapat tercipta. Orang yang sekedar pandai bicara tidak serta merta dikatakan sebagai seorang yang pintar dalam komunikasi interpersonal, akan tetapi dalam komunikasi yang baik memiliki kemampuan dasar yang juga melibatkan talenta sosial. Itulah mengapa banyak orang yang pandai bicara namun mereka tidak cukup

27 disukai dalam komunikasi. Mereka sangat pintar merangkai kata namaun mereka selalu dihindari untuk ditemui karena komunikasi interpersonal bukan sekedar kemampuan untuk berasosiasi dan berdiskusi, namun lebih dari itu semua. Komunikasi interpersonal membutuhkan empati dan simpati yang membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai. 2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal Hanafi (2012) menyebutkan bahwa untuk memperoleh komunikasi interpersonal perawat yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan, latar belakang budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan dan lingkungan. Masing-masing faktor akan dijelaskan di bawah ini. Perkembangan. Agar dapat berkomunikasi secara efektif, seorang perawat harus mengerti perkembangan usia komunikan baik dari sisi bahasa, maupun proses berfikir dari orang tersebut, karena berbeda komunikasi anak usia remaja dengan orang dewasa. Kepada remaja perlu belajar bahasa gaul sehingga remaja yang kita ajak bicara merasa bahwa kita mengerti mereka dan komunikasi akan menjadi lancar, begitu pula dengan orang dewasa. Latar belakang budaya. Hal ini juga merupakan aspek yang sangat penting karena pasien belum tentu bisa menerima secara keseluruhan budaya yang dimiliki dalam berkomunikasi, misalnya bahasa yang dimilki oleh perawat. Emosi. Emosi sangat penting diperhatikan karena dalam memberikan asuhan keperawatan perawat tidak boleh terpengaruh emosi bawah sadarnya, tetapi perawat harus dapat mengkaji emosi pasien.

28 Jenis kelamin. Pada dasarnya seorang wanita dan laki-laki memilki cara komunikasi yang berbeda. Pada dasarnya seorang perempuan lebih senang menjalin komunikasi dengan sesama dan bertujuan untuk membangun kebersamaan, sedangkan laki-laki lebih mengutamakan dengan kelompok untuk kemandirian. Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunkasi yang dilakukan oleh perawat. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan lebih mudah menerima dan mengelola pesan dengan baik. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa dengan tngkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien. Lingkungan. Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancauan, ketegangan dan ketidaknyamanan dalam komunkasi yang dilakukan oleh perawat, misalnya saat perawat menanyakan hal yang privasi kepada pasien dalam kondisi yang bising atau ramai komunikasi yang dilakukan pasti tidak nyaman. Oleh karena itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.

29 3. Persepsi 3.1. Pengertian persepsi Persepsi dalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2005). Persepsi didefinisikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya dan tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004). 3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi (Siagian, 1995). Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya. Melalui pengalaman, seseorang bisa mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung artinya pengalaman dialami sendiri oleh individu yang bersangkutan. Tidak langsung artinya individu yang bersangkutanmemperoleh informasi dari buku atau sumber lain.

30 Sasaran persepsi. Sasaran itu berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat sasaran biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya,misalnya kehadiran orag yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat mencolok akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja. Dengan kata lain, gerakan, suara,ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Persepsi dan perhatian memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Persepsi tentang sesuatu hal akan mengarahkan seseorang untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sebaliknya, apabila seseorang menaruh perhatian pada suatu hal tertentu maka perhatian seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsinya. Situasi merupakan faktor yang turur berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, seorang anak yang akan menunjukkan suatu pola perilaku tertentu bila berhadapan dengan orang tua seperti sopan, tertin dan sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada di tengah-tengah rekannya yang sebaya.