BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai perbedaan komunikasi tatap muka dan komunikasi melalui telepon. Sub bab ketiga membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas komunikasi, faktor-faktor yang memengaruhi kualitas komunikasi dan aspek-aspek kualitas komunikasi. Selanjutnya, sub bab keempat menjabarkan mengenai hubungan berpacaran yang meliputi pengertian berpacaran dan tipe-tipe berpacaran. Sub bab terakhir membahas mengenai definisi dewasa awal. A. Komunikasi Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita menggunakan dan melibatkan komunikasi, baik komunikasi verbal maupun nonverbal, dimana komunikasi disini merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian atau pemahaman dari satu individu ke individu lainnya. Komunikasi adalah suatu seni untuk menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan (Maulana & Gumelar, 2013). Komunikasi juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi, dimana ini akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang

2 berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan (Maulana & Gumelar, 2013). Menurut Devito (1997), komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan, dimana ini terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi juga adalah suatu bentuk interaksi yang dapat berfungsi dengan optimal apabila di dalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, adanya sikap positif, sikap mendukung, empati, rasa aman dan nyaman antara kedua belah pihak. Peneliti memilih untuk menggunakan pengertian komunikasi menurut Devito (1997), karena dalam pengertiannya menjelaskan komunikasi secara lebih rinci dan juga lebih menggambarkan pengertian komunikasi dalam membangun hubungan terhadap pasangan. Berdasarkan beberapa definisi komunikasi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi antara dua belah pihak yang saling berbagi ide dan informasi yang dimiliki. B. Perbedaan Komunikasi Tatap Muka dengan Komunikasi Melalui Telepon Menurut Maulana dan Gumelar (2013), komunikasi tatap muka adalah suatu bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka pihak komunikator dan komunikan. Pesan disampaikan secara langsung dari komunikator dan secara langsung mendapatkan feedback dari komunikan. Keuntungan dari menggunakan komunikasi secara tatap muka adalah individu dapat melihat respon balik atau umpan balik dari lawan bicara dan juga komunikasi akan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara, namun terdapat pula kelemahan dari menggunakan komunikasi secara tatap muka. Kelemahan

3 dari komunikasi secara tatap muka adalah ketidak efektifan waktu karena komunikator dan komunikan harus bertemu dalam proses komunikasi dan menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat. Menurut Gayle dan Nugraheni (2012), komunikasi merupakan salah satu interaksi yang memiliki peran penting dalam membangun suatu hubungan. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, maka hubungan antara dua orang atau lebih yang terpisah jarak semakin dimudahkan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan telepon, apalagi dengan adanya fitur yang mendukung seperti videocall, skype dan internet yang dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan telepon sebagai alat komunikasi utama. Komunikasi melalui telepon juga jauh lebih mudah dibandingkan harus melakukan komunikasi secara tatap muka, karena biaya yang diperlukan juga cukup murah dan terjangkau (Gayle & Nugraheni, 2012). Menurut Maulana dan Gumelar (2013), keuntungan dari menggunakan komunikasi melalui telepon adalah lebih efisien karena melalui media, maka komunikasi dapat dilakukan kapan saja dengan waktu yang tidak terbatas, selain itu juga menghemat waktu dan biaya bagi komunikan. Kelemahan dari komunikasi melalui telepon adalah komunikan harus memiliki keahlian untuk menggunakan media yang akan digunakan berkomunikasi dan komunikator tidak dapat menerima feedback dengan segera karena proses pengiriman pesan keduanya berbeda dan membutuhkan proses. C. Kualitas Komunikasi Kualitas komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam setiap hubungan berpacaran. Pada sub bab ini pembahasan akan dimulai dengan pengertian kualitas komunikasi, dilanjutkan

4 dengan aspek-aspek kualitas komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi. 1. Pengertian Kualitas Komunikasi Kualitas komunikasi menurut Devito (1997), diartikan sebagai tingkat kemampuan untuk menjalin dan memelihara hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain melalui komunikasi yang dilakukan. Berdasarkan kualitas komunikasi disinilah dapat dilihat bahwa, keberhasilan dari suatu komunikasi bukan hanya sekedar dari kepandaian seseorang dalam berbicara, melainkan dari komunikasi itu sendiri yang bersifat efektif dan berkualitas dan yang menjadi permasalahan bukanlah berapa kali komunikasi itu dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan (Rakhmat, 1999). Laswell dan Laswell (1987) mengemukakan bahwa, kualitas komunikasi secara harfiah merupakan suatu derajat baik buruknya interaksi sosial, kontak sosial antara kedua belah pihak, baik pihak pengirim maupun penerima. Kualitas yang baik dari komunikasi diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam sebuah interaksi dan dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif sedangkan kualitas yang buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi. Berdasarkan paparan diatas, peneliti memilih untuk menggunakan pengertian kualitas komunikasi menurut Devito (1997), karena dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan aspek-aspek kualitas komunikasi menurut Devito (1997) sebagai pembuatan angket untuk penyebaran data yang akan diteliti. Jadi, dari definisi-definisi kualitas komunikasi yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas komunikasi merupakan kemampuan dari setiap individu untuk

5 menjalani hubungan interpersonal yang baik serta menyenangkan dan dapat mempertahankan suatu hubungan melalui komunikasi yang dilakukan. 2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Komunikasi Menurut Rakhmat (2002), terdapat enam faktor yang memengaruhi kualitas komunikasi seseorang, yakni : a. Citra Diri Setiap manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya. b. Citra Pihak Lain Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang dalam berkomunikasi. Setiap individu mempunyai penilaian dan pandangan terhadap lawan bicaranya, yang nantinya memengaruhi bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang tersebut. c. Lingkungan Fisik Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus ditaati, seperti penyesuaian dalam berkomunikasi yang harus disesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal (Rakhmat, 2002).

6 d. Lingkungan Sosial Sebagaimana lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi. Hubungan yang dibangun dengan orang-orang di lingkungan sosial juga akan memengaruhi kualitas komunikasi yang dihasilkan. e. Kondisi Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan, seperti misalnya kondisi yang sedang sakit sehingga kurang cermat dalam memilih kata-kata, kondisi emosional yang kurang stabil yang mengakibatkan komunikasinya juga kurang stabil. Kondisi tersebut bukan hanya memengaruhi pengiriman komunikasi namun juga penerimaan komunikasi (Rakhmat, 2002). f. Bahasa Tubuh Komunikasi tidak hanya terkirim atau dikirim melalui kata-kata yang diucapkan, tubuh juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif. Bahasa tubuh dalam hubungan komunikasi di sebuah lingkungan dapat ditafsirkan sebagai pernyataan. 3. Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Menurut Laswell dan Laswell (1987), terdapat lima aspek dalam kualitas komunikasi, yakni keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati dan mendengarkan, namun pada penelitian ini, peneliti lebih memilih untuk menggunakan aspek-aspek kualitas komunikasi yang dikemukakan oleh Devito (1997). Hal ini karena dalam Laswell dan Laswell (1987) terdapat aspek kejujuran yang sulit untuk diukur, sedangkan dalam Devito (1997), kejujuran menjadi indikator atau bagian dari aspek keterbukaan, sehingga akan lebih mudah

7 menjadikannya sebagai alat ukur dan lebih sesuai dalam pengukuran kualitas komunikasi dalam status berpacaran. Menurut Devito (1997), terdapat aspek-aspek dalam kualitas komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas yaitu sebagai berikut: a. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, keterbukaan kepada orang yang diajak berbicara. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa pikiran dan perasaan merupakan tanggung jawab pribadi. b. Empati Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memahami apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu serta mampu menempatkan diri pada keadaan dan pengalaman orang lain. c. Sikap Mendukung Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung. Sikap mendukung disini ditunjukkan dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluative, (2) spontan (terus terang) bukan strategik dan (3) provisional, bukan sangat yakin. d. Sikap Positif Sikap positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antar pribadi terbina apabila setiap individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Kedua, secara positif untuk mendorong orang yang menjadi teman berinteraksi.

8 e. Kesetaraan Harus adanya pengakuan bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga dan masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. D. Hubungan Berpacaran Hubungan berpacaran merupakan hubungan intim yang dijadikan landasan sebelum individu menjalani pernikahan. Pada sub bab ini pembahasan akan dimulai dengan pengertian berpacaran dan dilanjutkan dengan tipe-tipe berpacaran yang dibagi ke dalam dua tipe, yakni berpacaran jarak jauh dan berpacaran jarak dekat. 1. Pengertian Berpacaran Berpacaran dapat dikatakan sebagai masa persiapan individu sebelum memilih dan menetapkan calon pasangan hidupnya. Menurut Papalia, dkk (2008), pacaran adalah sebuah hubungan percintaan yang mengarah pada tahap awal hubungan romantis yang berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam membangun hubungan yang berpotensi sebagai sebuah komitmen dan juga merupakan proses penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda yang membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah pernikahan. Menurut Santrock (2007), berpacaran adalah suatu hubungan dekat yang melibatkan penerimaan, kepercayaan dan pengertian dengan melibatkan jalinan yang rumit dari emosiemosi yang berbeda seperti kemarahan, gairah, seksual, kesenangan dan kecemburuan. Jadi, dari berbagai definisi hubungan berpacaran yang telah disampaikan di atas peneliti menyimpulkan bahwa, hubungan berpacaran merupakan hubungan percintaan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, dengan adanya saling keterbukaan dan pengertian satu sama lain yang mengarah pada komitmen terhadap hubungan yang lebih serius.

9 2. Definisi Berpacaran Jarak Jauh Pacaran jarak jauh sebenarnya memiliki arti yang sama dengan hubungan pacaran lainnya, hanya saja pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh memiliki jarak yang cukup jauh yang memisahkan keduanya. Pacaran jarak jauh merupakan status pacaran dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik dan batasan geografis (tempat, kota, daerah, pulau, negara) yang tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004). Pacaran jarak jauh juga diartikan sebagai hubungan pasangan yang terjadi pada dua kota yang berbeda, sehingga intensitas waktu untuk bertemu semakin sedikit (Lydon, Pierce, & O Regan, dalam Khoman & Meilona, 2009). Menurut Aylor (2014), untuk mendefinisikan hubungan berpacaran jarak jauh dapat menggunakan beberapa pendekatan yakni, separated dan geographic boundary. Pendekatan yang pertama menggunakan ukuran mil untuk membedakan anatara hubungan berpacaran jarak jauh dan jarak dekat, dimana individu yang termasuk ke dalam hubungan berpacaran jarak jauh tinggal terpisah lebih dari 100 mil dengan pasangannya. Pendekatan yang kedua terkait dengan batasan geografis, peneliti memfokuskan pada pasangan yang menjalin hubungan berpacaran beda pulau atau negara sebagai hubungan berpacaran jarak jauh yang akan diteliti. Berdasarkan beberapa definisi hubungan berpacaran jarak jauh yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa berpacaran jarak jauh merupakan suatu ikatan atau hubungan yang dijalani oleh setiap pasangan, dimana pasangannya berada pada kota yang berbeda, sehingga adanya jarak yang memisahkan mereka untuk bertemu langsung setiap waktu.

10 3. Definisi Berpacaran Jarak Dekat Pada hubungan berpacaran jarak dekat, pasangan tidak dipisahkan oleh jarak fisik sehingga masih memungkinkan untuk adanya kedekatan fisik. Pacaran jarak dekat disini juga merupakan hubungan yang dijalani oleh pasangan yang berada pada kota atau daerah yang sama dengan pasangannya dan ditandai dengan adanya kedekatan fisik, seperti kehadiran pasangan didekatnya, waktu yang banyak untuk bertemu dan banyak kesempatan untuk pergi jalan-jalan bersama setiap waktu (Hampton, 2004). Menurut Lydon, Pierce, dan O Regan (dalam Khoman & Meilona, 2009) bahwa pacaran jarak dekat adalah suatu bentuk jalinan antara pasangan yang tinggal pada kota yang sama dan tinggal pada daerah yang berdekatan sehingga memiliki intensitas waktu bertemu yang banyak, selain itu menghasilkan kedekatan fisik karena berada dalam suatu daerah yang sama. Pada hubungan berpacaran jarak dekat, biasanya ditandai dengan adanya tahap keintiman yaitu kedekatan secara fisik dengan pasangan seperti kehadiran pasangan di dekatnya, memegang tangan, membelai rambut pasangannya, berpelukan setiap saat tanpa adanya jarak yang menghalangi, yang dimana hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh pasangan yang tinggal dalam satu daerah yang sama, sehingga dapat bertemu lebih mudah dengan pasangan. Berdasarkan beberapa definisi hubungan berpacaran jarak dekat yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa berpacaran jarak dekat merupakan suatu ikatan atau hubungan yang di jalani oleh setiap pasangan, dimana pasangan tersebut berada pada kota atau daerah yang sama, sehingga memungkinkan untuk terjalinnya kedekatan fisik dan juga intensitas waktu untuk bertemu lebih banyak dibandingkan pasangan yang berpacaran jarak jauh.

11 E. Definisi Dewasa Awal Masa dewasa awal dimulai pada usia 18 sampai 40 tahun yang merupakan permulaan dari tahap baru dalam kehidupan. Masa ini merupakan tanda bahwa telah tiba saatnya bagi individu untuk dapat mengambil bagian dalam tujuan hidup yang telah dipilih dan menemukan kedudukan dirinya dalam kehidupan (Hurlock, 1983). Masa dewasa awal diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi. Individu dewasa awal diidentikkan sebagai masa puncak dari kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, juga fungsi sensorik dan motorik. Pada tahap ini, fungsi tubuh sudah berkembang sepenuhnya dan kemampuan kognitif terbentuk dengan lebih kompleks (Hurlock, 1983). Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Tugas terpenting dalam usia dewasa awal disini adalah untuk membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Erickson (dalam Papalia, dkk, 2008), dimana permasalahan utama individu yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk membuat komitmen pribadi maupun dengan orang lain, jika tidak berhasil maka individu disini akan mengalami isolasi dan tenggelam dalam dirinya sendiri. Menurut teori cinta triangular Sternberg (dalam Papalia, dkk, 2008) individu yang memasuki usia dewasa awal telah memasuki kisah cinta yang romantis dan tahap pemenuhan ketiga elemen cinta, yakni intimasi, hasrat dan komitmen. Intimasi merupakan elemen emosional yang mencakup pengungkapan diri yang mengarah kepada keterhubungan, kehangatan dan kepercayaan. Hasrat merupakan elemen motivasional yang didasarkan kepada dorongan batin yang menerjemahkan gejolak fisiologis ke dalam hasrat seksual. Komitmen merupakan elemen

12 kognitif terkait dengan keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai. Tingkatan tiap elemen tersebut nantinya yang akan menetukan jenis cinta apa yang dimiliki oleh seseorang. Pada penelitian ini, peneliti menentukan dewasa awal yang berada di Denpasar dengan rentang usia tahun untuk dilibatkan dalam penelitian ini, karena pada usia dewasa awal merupakan usia di mana individu mengalami transisi yang penting dalam kehidupannya. Selain kondisi fisik yang berada pada masa puncaknya, individu dewasa awal juga dianggap telah memiliki kepribadian yang relatif stabil, dengan kestabilan ini individu dianggap siap untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya, yaitu menjalin hubungan intim dengan orang lain atau lawan jenis melalui berpacaran. F. Dinamika Antara Kualitas Komunikasi dalam Berpacaran Jarak Jauh dan Jarak Dekat di Denpasar Masa dewasa awal adalah permulaan dari tahap baru dalam kehidupan. Pada tahap ini, untuk pertama kalinya individu menghadapi tujuan dan tugas-tugas baru yang melibatkan orang lain secara langsung. Pada periode ini pula individu diharapkan agar tidak hanya mengembangkan dan mencapai tujuan-tujuan kariernya, namun juga memulai proses perkembangan baru berupa pembentukan hubungan dekat dengan orang lain (Jahja, 2001). Sesuai yang diungkapkan Papalia, dkk., (2008), karakteristik yang dibangun pada usia dewasa awal digambarkan melalui adanya hubungan dekat sebagai sebuah komitmen terhadap lawan jenis yang dimulai dalam hubungan berpacaran. Hubungan berpacaran merupakan hubungan intim yang dijadikan landasan sebelum individu menjalani pernikahan. Pada individu dewasa awal, pacaran merupakan suatau tahap

13 pertemanan yang akrab. Untuk menggambarkan hubungan berpacaran, biasanya diwujudkan dalam bentuk kasih sayang dan perhatian (Papalia,dkk., 2008). Pacaran biasanya ditandai dengan kedekatan fisik, pada individu yang menjalani hubungan berpacaran jarak dekat, hal ini menjadi mudah untuk dilakukan karena intensitas waktu untuk mereka bertemu semakin banyak, apalagi mereka tinggal pada satu daerah yang sama. Berbeda dengan individu yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh. Berpacaran jarak jauh adalah hubungan yang dijalani oleh individu yang berada pada dua kota atau wilayah yang berbeda, ini biasanya dikarenakan pasangan memutuskan untuk bersekolah ataupun bekerja di luar kota atau luar negeri karena tuntutan pendidikan ataupun profesi (Hampton, 2004). Hubungan berpacaran jarak jauh memang sulit untuk dijalani dibandingkan dengan berpacaran jarak dekat. Masalah akan semakin mudah muncul karena frekuensi pertemuan dengan pasangan yang berkurang. Adanya masalah atau konflik yang muncul biasanya terkait dengan masalah komunukasi antar pasangan, ini disebabkan karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh pasangan karena kesibukan masing-masing, sehingga memunculkan kecurigaan dan pertengkaran, konflik juga dapat terjadi karena kepercayaan yang diberikan oleh pasangan menurun (Yudistriana, dkk., 2010). Pada hubungan berpacaran jarak jauh, komunikasi dibantu oleh perkembangan teknologi komunikasi yang semakin modern, seperti telepon, skype, videocall dan internet yang memudahkan dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Perkembangan teknologi inilah yang membantu pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh untuk saling berbagi dan bertukar informasi. Berbeda dengan pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak dekat, komunikasi yang terjalin dapat lebih mudah, ini disebabkan karena intensitas waktu untuk

14 bertemu dan berkomunikasi secara tatap muka lebih banyak, sehingga dapat mengurangi kemunculan konflik yang terjadi (Maulana & Gumelar, 2013). Setiap pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh maupun jarak dekat harus tetap menjaga kualitas komunikasi yang dimiliki agar terhindar dari konflik (Maulana & Gumelar, 2013). Kualitas komunikasi dalam suatu hubungan berpacaran memiliki peranan yang sangat penting untuk saling memberikan dan menerima informasi atau pesan yang dibutuhkan bagi setiap pasangan. Pada hubungan berpacaran jarak jauh dibutuhkan proses komunikasi yang lebih efektif dan berkualitas antara kedua belah pihak, dimana dalam pemeliharaan hubungannya lebih sulit dibandingkan dengan pacaran jarak dekat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya komunikasi tatap muka yang dapat dilakukan selama pasangan berada pada dua kota yang berbeda (Hampton, 2004). Berdasarkan paparan diatas dalam penelitian ini, maka peneliti mengasumsikan bahwa adanya perbedaan kualitas komunikasi antara dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar. Dinamika antara variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut ini:

15 Karakteristik Dewasa Awal : -Membina hubungan dengan lawan jenis -Membangun komitmen dalam hubungan BERPACARAN BERPACARAN JARAK JAUH KUALITAS KOMUNIKASI BERPACARAN JARAK DEKAT Faktor-faktor yang Mempengaruhi : 1. Citra diri 2. Citra pihak lain 3. Lingkungan fisik 4. Lingkungan sosial 5. Kondisi 6. Bahasa tubuh Gambar 1. Diagram Dinamika Kualitas Komunikasi dalam Berpacaran Keterangan Bagan : : Jalur yang diteliti. : Jalur yang tidak diteliti.

16 A. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha : Ada perbedaan kualitas komunikasi antara individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar. H 0 : Tidak ada perbedaan kualitas komunikasi antara individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS KOMUNIKASI ANTARA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH DAN JARAK DEKAT DI DENPASAR

PERBEDAAN KUALITAS KOMUNIKASI ANTARA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH DAN JARAK DEKAT DI DENPASAR Jurnal Psikologi Udayana 2017, Vol. 4, No.1, 130-138 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354 5607 PERBEDAAN KUALITAS KOMUNIKASI ANTARA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Definisi Perilaku Seksual Sarwono (2005) mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah tingkah laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia juga akan berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

2015 INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN

2015 INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam berpacaran menjadi sebuah fenomena sosial yang sangat memprihatinkan. Lundberg & Marmion (2006), menyatakan bahwa kekerasan dalam berpacaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (Dr.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Cinta (love) merupakan salah satu tema yang paling umum dalam lagu-lagu, film, dan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar orang menerima cinta sebagai pengalaman

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu Bab 2 KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu comunicatio yang berarti pemberitahuan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

MAKNA NOISE & UMPAN BALIK DALAM KOMUNIKASI

MAKNA NOISE & UMPAN BALIK DALAM KOMUNIKASI MAKNA NOISE & UMPAN BALIK DALAM KOMUNIKASI Pengertian Noise Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai suatu keadaan tertentu dalam sistem kelistrikan yang mengkibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berpacaran merupakan hal yang lazim dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Peneliti Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi 7 TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu cara untuk memengaruhi individu agar si pemberi pesan (sender) dan si penerima pesan (receiver) saling mengerti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Descutner dan Thelen (1991) mengatakan bahwa keintiman merupakan kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupan sosial dan merupakan faktor penting mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati masa remaja

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari berbagai sosial media chating, calling, hingga video call membuat beberapa pasangan kekasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dalam menjalin sebuah kehidupan. Salah satu dasar dalam bersosialisasi adalah cinta. Cinta adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai sosial, manusia senantiasa berinteraksi dan melakukan kontak sosial dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di zaman yang semakin maju ini kebutuhan akan materil semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Perilaku Seksual Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan komunikasi manusia mampu memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik maupun yang bersifat kejiwaan. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intimacy (Keintiman) 2.1.1 Definisi Intimacy Menurut Erikson (dalam Valentini, & Nisfiannoor, 2006) intimacy sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dan juga berperan penting

Lebih terperinci