08. MendukungPengurangan Risiko. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

dokumen-dokumen yang mirip
Panduan Wawancara. Penelitian Awal: Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia. Gender /jenis kelamin :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

1 Universitas Kristen Maranatha

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

Sugiri Syarief, Ketua BKKBN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

Buku Pegangan Fasilitator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman : 9-20 Volume 6, Nomor 1, Mei 2015 ISSN

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

JOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2005) menyebutkan

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP), 2009

Seluk-beluk HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

ABSTRAK PerananKomisiPenanggulangan AIDS (KPA) DalamUpayaMengurangi Stigma SosialBagi Orang Dengan HIV Dan AIDS (ODHA)di Kota Pontianak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMPAK BURUK NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

DAFTAR ISI Deskripsi dan uraian umum Daftar isi

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMP UK NARK

DETERMINAN STATUS HIV PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK: PENELITIAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2013

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

Sugiarto Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu Jambi

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aspekkesehatanmental. pada Penasun

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

08. MendukungPengurangan Risiko Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

Risiko(Risk) Kemungkinanterjadinyaakibatburuk(hazard) dari sebuah tindakan Contoh: Menggunakan Napza akibat buruk: ditangkap polisi Risiko: Kemungkinanseseorangyang menggunakan napza tertangkap oleh polisi Menggunakan Napza Tindakan/Perilaku Berisiko ditangkap polisi

PerilakuBerisikoterhadapPenularanHIV Berbagi jarum suntik ketika menggunakan napza Tidak menggunakan kondom ketika berhubungan seks dengan banyak pasangan yang tidak diketahui status HIVnya atau seseorang yang HIV positif Hamil/persalinandariibuyang berstatushiv positif

SituasiRisiko(Kerentanan) Situasi yang memicu terjadinya perilaku berisiko Contoh: Tidak tahu informasi tentang HIV Tidak tersedia material pencegahan Belum ada layanan kesehatan yang dibutuhkan

MenilaiRisiko Proses ini bisa dilakukan jika penasun paham tentang faktor penyebab HIV Proses ini bisa berhasil dilaksanakan bergantung pada kemampuan penasun untuk memutuskan sendiri seberapa besar risiko tertular HIV bisa diterima penasun secara aktif menilai risiko yang telah dilakukannya dan menentukan sendiri ukuran pengurangan risiko yang bisa dilakukan

Prinsip Penilaian Risiko Penasun sebagai orang yang berperan aktif dan berdaya Dilakukan berdasarkan pemahaman penasun tentang faktor-faktor yang menyebabkan penularan HIV Penasunmampumenilairisiko-risikodariperilakuyang selama ini dilakukannya Penasunmampuuntukmemutuskanrisiko-risikoyang bisa mereka terima Secara terus menerus akan mendorong penasun untuk selalu memperbaiki upaya pengurangan risiko yang telah mereka lakukan hingga merasa bahwa perilakunya tidak berisiko lagi.

LogikaMengurangiRisiko Risikoyang diterima (Acceptable Risk) Risiko yang tidak bisa diterima (Unacceptable Risk) Tahu: berbagi jarum bisa menularkan HIV Tindakan: Tetap berbagai jarum => Tertular HIV sebagai Acceptable Risk Tahu: berbagi jarum bisa menularkan HIV Tindakan: Tidak berbagai jarum => Tertular HIV sebagai Unacceptable Risk

PeranPO dalampenilaianrisiko Empati: membangun hubungan yang baik dengan penasun Mendengar aktif: menunjukkan anda mengerti apayang dikatakan Bicara tentang pengetahuan tentang HIV/AIDS Menggali perilaku-perilaku yang selama ini dilakukan yang menurut dia berisiko Meminta ybs untuk memikirkan cara mengurangi risiko yang paling layak atau sesuai dengan situasi mereka Menegosiasikan pilihan pengurangan risiko dengan mengajukan berbagai macam situasi yang mungkin dihadapi Menawarkan dukungan yang diperlukan untuk bisa berhasil mengurangi risiko Menjadwalkan kembali untuk bertemu pada hari-hari berikutnya

PilihanuntukMengurangiRisiko Pilihan pengurangan risiko hanya akan berhasil jika masukakalatausesuaidengankebiasaansehari-hariidu di suatu wilayah tertentu Pilihan pengurangan risiko hendaknya fleksibel bisa mencakup pengurangan risiko yang paling kecil hingga tidak berisiko sama sekali Setiap pilihan pengurangan risiko bisa harus disertai dengan penawaran dukungan dari petugas lapangan Ingat Prinsip Harm Reduction!! Lakukan apa yang paling mungkin untuk berhasil dalam jangka pendek

Hambatan Melakukan Penilaian Risiko Waktu dan tempat yang tidak tepat Penasunmembatalkanjanji(waktupertemuan) yang telah dibuat PO tidak percaya diri untuk menawarkan penilaian risiko Sulit mengajak penasun untuk berbicara secara terfokus dalam waktu yang relatif lama Adanya kebutuhan lain dari kelompok sasaran kadangkadangmunculsaatdiskusipenilaianrisiko(adateman, sakau, tidak konsentrasi dll)