Buku Pegangan Fasilitator

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Pegangan Fasilitator"

Transkripsi

1 Pusat Penelitian HIV & AIDS Unika Atma Jaya Jakarta Buku Pegangan Fasilitator Program Penanggulangan HIV dan AIDS pada Kelompok Penasun (Harm Reduction) 2012

2 Daftar Isi Panduan Menggunakan Modul... 4 Kerangka Materi Pelatihan Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan Situasi HIV dan AIDS Pada Penasun dan Harm Reduction di Indonesia Kelengkapan Sesi_02: Situasi HIV/AIDS pada Penasun dan HR di Indonesia Harm Reduction dan Outreach Kelengkapan Sesi 03_HR dan Outreach Membuka Lapangan Baru dan Kontak Awal Kelengkapan Sesi_04: Membuka Daerah Baru Membangun Komunikasi Lapangan Kelengkapan Sesi_05: Membangun Komunikasi Lapangan Praktik dan Kesimpulan Hari I Penggunaan Teknik Dasar Konseling dalam Outreach Kelengkapan Sesi_07: Teknik Konseling Dasar dalam Outreach Mendukung Upaya Pengurangan Risiko Kelengkapan Sesi: 08_Mendorong Pengurangan Risiko Dinamika Kelompok Penasun Kelengkapan Sesi_09: Dinamika Kelompok Fasilitasi Kelompok Penasun Untuk Pengurangan Risiko Kelengkapan Sesi_10: Fasilitasi Kelompok Praktek Pengurangan Risiko Pribadi dan Fasilitasi Pengurangan Risiko Kelompok Merujuk ke Pelayanan Kesehatan Kelengkapan Sesi_12: Merujuk ke Layanan Kesehatan Berbicara di Depan Umum Kelengkapan Sesi_13: Berbicara di Depan Umum Pengetahuan Dasar bagi Petugas Outreach Kelengkapan Sesi_14: Pengetahuan Dasar PO Mengelola Emosi Kelengkapan Sesi 15: Mengelola Emosi Kerelawanan dan Berkerja dengan Hati Seks di dalam Program HR Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 2

3 18. Diskusi Permasalahan Outreach HAM dan Harm Reduction Kelengkapan Sesi 19: Harm Reduction dan Hak Asasi Manusia Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Kelengkapan Sesi_20 : Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Lampiran: Evaluasi Penampilan Fasilitator Sesi Evaluasi Kepuasan Peserta Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 3

4 Panduan Menggunakan Modul Modul ini merupakan modul pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dari petugas lapangan yang berkerja untuk program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok pengguna napza suntik (penasun) atau program harm reduction. Modul ini disusun berdasarkan pemahaman bahwa para peserta pelatihan memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang bervariasi dalam melakukan kegiatan penjangkauan (outreach). Sampai dengan tahun 2012, program penanggulangan HIV dan AIDS pada penasun sudah berlangsung sekitar hampir 15 tahun sehingga kemungkinan besar sebagian dari para peserta sudah memiliki pengalaman lama dalam berkegiatan di lapangan. Tentu, ada sebagian pula yang baru masuk sebagai petugas lapangan karena mereka mengganti petugas sebelumnya atau mereka bekerja di sebuah wilayah yang baru saja melaksanakan program harm reduction. Oleh karenanya di dalam penggunaan modul ini, para pelatih perlu memperhatikan karakteristik dari calon peserta pelatihan. Pada sisi yang lain, pelatih perlu memperhatikan berbagai materi yang tersedia di dalam modul ini sehingga bisa memilih materi-materi yang lebih sesuai dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dari calon peserta. Agar para pelatih dapat menggunakan materi yang disediakan di dalam modul ini secara efektif, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Pelatih perlu membaca secara lengkap modul ini dan berbagai bahan pendukung pelatihan. Modul ini terdiri dari 4 bagian: a. Prosedur melaksanakan sesi. b. Panduan untuk melakukan bermain peran, diskusi, dan curah pendapat pada setiap modul. c. Bahan Presentasi untuk sesi-sesi tertentu yang memerlukan penjelasan lebih dalam dari fasilitator. d. Bahan Bacaan yang diharapkan bisa memberikan informasi lebih jauh tentang topiktopik yang dibicarakan. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini adalah 35 jam yang terdiri dari aktivitas kelas selama 31.5 jam yang berupa pemberian materi, diskusi, bermain peran dan kajian kasus dan aktivitas di luar kelas selama 3.5 jam yang berupa rekreatif. Jadwal kegiatan dan kisi-kisi materi pelatihan disediakan untuk mengetahui gambaran besar dari isi modul. 3. Struktur setiap sesi di dalam modul ini memiliki format yang standar yang sama yaitu berupa pengantar sesi, penyampaian materi/diskusi/latihan, ice breaking, dan kesimpulan sesi yang berupa penegasan beberapa pesan kunci pada sesi yang bersangkutan. 4. Karena tujuan utama dari pelatihan adalah peningkatan ketrampilan dalam kegiatan outreach, maka setiap hari akan diadakan latihan/praktek dari salah satu materi yang didiberikan dalam hari itu. Diharapkan dengan adanya sesi praktek ini, semua peserta memiliki kesempatan untuk mencoba ketrampilan yang diperkenalkan pada hari itu. Sesi-sesi praktek/latihan diberikan setiap malam. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 4

5 5. Pelatih perlu melihat dengan cermat aktivitas sesi, bahan pendukung/media dan bahan bacaan yang disediakan agar bisa mengoptimalkan kegiatan sesi tersebut. 6. Modul ini diupayakan untuk menyajikan informasi terkini tentang program harm reduction, namun apabila pelatih merasa bahan yang disediakan kurang sesuai maka pelatih bisa secara kreatif membuatnya lebih menarik dan menambah informasi yang lebih baru atau segar, tetapi harus mempertimbangkan tujuan dari sesi yang bersangkutan. 7. Pelatih perlu membaca prosedur, presentasi, dan bahan pendukung sebelum memberikan pelatihan agar dapat membantu menjawab pertanyaan dari peserta maupun menangkap respon peserta sehingga dapat membantu pemahaman pesan-pesan penting. 8. Pelatih secara tim perlu mempersiapkan format kelas, bahan dan alat yang dibutuhkan, pembagian tugas dan menentukan alur penyampaian materi agar proses pelatihan lebih optimal. 9. Presentasi untuk sesi tertentu dimaksudkan untuk membantu pelatih menjelaskan lebih sistematis sebuah materi namun tidak harus digunakan oleh pelatih. Pelatih bisa menilai seberapa jauh pemahaman dari peserta. Jika peserta telah cukup paham dengan materi yang disampaikan melalui diskusi atau bermain peran maka tidak tidak perlu dilakukan presentasi. 10. Beberapa sesi di dalam modul dilengkapi dengan sejumlah permainan perkenalan, ice breaking atau energizer untuk meningkatkan dinamikan kelas. Fasilitator bisa memanfaatkan permainan ice breaking dan energizer yang tersedia atau bisa menambah jenisnya sejauh sesuai dengan tujuan sesi yang bersangkutan. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 5

6 Kerangka Materi Pelatihan No Nama Sesi Tujuan Sesi Kegiatan Sesi Media Hari 1 1 Pembukaan & Penjelasan Tujuan Pelatihan - peserta memahami tujuan dan alur pelatihan dan rencana tindak lanjut dari pelatihan ini - Peserta memperoleh informasi terkini tentang status epidemi HIV pada penasun dan status intervensi harm reduction di Indonesia - Pengantar dari SUM - Perkenalan dan Briefing tentang tujuan, alur dan tindak lanjut dari pelatihan - Slide Presentasi 2 Situasi AIDS dan HR terkini - Pengantar - Paparan situasi AIDS dan Kebijakan AIDS di Indonesia -Ice Breaking - Situasi Intervensi, kebijakan dan Cakupan Intervensi HR di Indonesia - Kasus: Kebijakan LJASS - Sharing situasi HIV dan HR di masingmasing wilayah jangkuannya - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Kliping tentang LJASS untuk diskusi 3 Refresh Konsep Outreach - peserta diingatkan kembali tentang posisi outreach di dalam intervensi HR dan posisi dan peran mereka di dalam struktur intervensi HR - Pengantar - Intervensi Komprehensif HR - Posisi Outreach dalam Intervensi HR - Konsep dan tahapan Outreach - Ice Breaking - Diskusi: Outreach dan Pengorganisasian Masyarakat - Pesan Kunci - Slide Presentasi '- Flip Chart untuk Diskusi Kelompok '- Buku Bacaan 4 Membuka Lapangan Baru dan Membuat Kontak Awal - Peserta memahami langkah-langkah praktis untuk membuka daerah baru dan melakukan kontak awal dengan komunitas penasun di wilayah baru - Pengantar - Melakukan Pemetaan Sosial - Sharing: Pengalaman Membuka Daerah Baru (Do and Don't) - Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak dengan Penasun di wilayah baru - Sharing: Membuat kontak awal - Pesan Kunci - Flip Chart - Perlengkapan Outreach 5 Membangun Komunikasi Lapangan - Peserta mampu memperkenalkan program dan memporomosikan layanan yang disediakan - Peserta mampu untuk memberikan informasi ringkas tentang HIV, Napza dan IMS - Peserta memahami strategi untuk memelihara kontak yang sudah dikembangkan - Pengantar - Dasar-dasar ketrampilan komunikasi - Hambatan Komunikasi Efektif - Role Play: perkenalan diri dan program - Role Play: Berbicara tentang IMS - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Naskah Perkenalan Diri - Naskah Berbicara tentang IMS Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 6

7 6 Praktek & Kesimpulan - Peserta mampu melakukan pemetaan sosial - Peserta mengingat pesanpesan kunci yang muncul dalam pelatihan hari pertama - Pengantar - Tugas Kelompok - Presentasi Kelompok - Kesimpulan Pelatihan Hari 1 dan Pesan Kunci untuk masing-masing sesi - Flip chart - Slide Presentasi Hari 2 7 Menggunakan Teknik Konseling Dasar dalam Outreach Peserta mengetahui dan mampu menerapkan prinsipprinsip konseling dalam outreach - Pengantar - Penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar konseling - Role play : Berbicara secara mendalam - Role play: Menggali permasalah - Diskusi kasus role play - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Naskah untuk berbicara secara mendalam - Naskah untuk menggali permasalahan - Flip Chart 8 Mendukung Pengurangan Risiko Peserta mengetahui teknikteknik: - Asesmen risiko individual - Fasilitasi kebutuhan untuk mengurangi risiko - Motivasi perubahan perilaku untuk mengurangi risiko dan mampu menerapkannya dalam outreach - Pengantar - Penjelasan tentang teknik asesmen risiko individual, teknik fasilitasi kebutuhan untuk mengurangi risiko, teknik motivasi untuk perubahan perilaku dalam outreach - Membahas sebuah kasus dalam kelompok untuk melakukan asesmen risiko, memfasilitasi kebutuhan untuk pengurangan risiko. - Role play berdasarkan kasus, yaitu melakukan teknik motivasi perubahan perilaku - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Naskah Kasus: Assessment risiko dan Fasilitasi Pengurangan Risiko - Flip Chart - Naskah Role Play: Motivasi Perubahan Perilaku 9 Dinamika Kelompok Penasun Peserta dapat mengidentifikasi karakteristik interaksi sosaial dari sebuah kelompok penasun Peserta bisa mengetahui berbagai jaringan risiko dan jaringan dukungan 10 Fasilitasi Kelompok Peserta memahami berbagai teknik untuk melakukan fasilitasi kelompok - Pengantar - Jaringan sosial penasun dan pengaruhnya terhadap status kesehatan seseorang - Tugas kelompok: Memetakan jaringan risiko - Tugas kelompok: Memetakan jaringan dukungan - Kesimpulan - Pengantar - Teknik-teknik fasilitasi kelompok - Sharing; Pengalaman melakukan fasilitasi kelompok - Kesimpulan - Flip Chart - Slide Presentasi 11 Praktek Pengurangan Risiko dan Fasilitasi Kelompok & Kesimpulan Peserta dapat melakukan konseling pengurangan risiko dan menjadi fasilitator untuk pengurangan risiko kelompok - Pengantar - Prinsip Pengurangan Risiko - Praktek Pengurangan risiko individu dan kelompok - Pesan Kunci dan Kesimpulan hari ke-2 - Flip Chart Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 7

8 Hari 3 12 Merujuk ke Layanan Kesehatan 13 Berbicara di depan umum Peserta mampu mengidentifikasi jaringan layanan kesehatan di wilayahnya Pesera mampu memberikan rujukan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan penasun Peserta mampu mengidentifikasi isu-isu penting di dalam melakukan presentasi di dalam sebuah forum - Pengantar - Pemetaan Layanan Kesehatan dan identifikasi kesenjakan pelayanan - Informasi Rujukan: LJASS, TRM, VCT dan ART - Pesan Kunci - Pengantar - Presentasi: Teknik dan Tips - Sharing: Pengalaman melakukan Penyuluhan/ceramah - Role Play: Presentasi Program HR untuk umum - Pesan Kunci - Flip Chart - Buku Bacaan - Slide Presentasi - Flip Chart - Buku Bacaan 14 Pengetahuan Dasar bagi Petugas Outreach Peserta mengetahui informasi dasar yang harus dimiliki oleh petugas lapangan agar mampu memberikan informasi yang memadai tentang kegiatan dan layanan HR - Pengantar - Diskusi: Identifikasi kesenjangan antara penguasaan informasi petugas lapangan dan kebutuhan informasi penasun tentang kegiatan dan layanan HR - Usulan kebutuhan penguatan informasi untuk technical assistance pada bulan Mei Pesan Kunci - Flip Chart 15 Mengelola Emosi - Peserta bisa mengenali berbagai faktor yang bisa mempengaruhi kejenuhan & ketegangan - Peserta memahami bahwa permasalahan emosional menjadi salah satu penyebab relapse - Pengantar - Diskusi: Penyebab kejenuhan dan stress di dalam bekerja dan upaya-upaya mengatasinya - Studi Kasus: Situasi yang membuat memicu seseorang ingin menggunakan kembali napza (suges) - Pesan Kunci - Flip Chart - Kasus: Suges 16 Kerelawanan dan Bekerja dengan Hati - Peserta mampu memahami konsep kerelawanan di dalam kegiatan sosial - Peserta memahami bahwa landasan utama bekerja dengan kelompok marginal adalah dengan memiliki empati dan komitmen yang kuat atas situasi dari sebuah kelompok marginal - Pengantar - Diskusi: Arti Kerelawanan dan Posisi Petugas Lapangan - Permainan Lifecourse - Refleksi: Makna program HR bagi saya - Pesan Kunci - Flip Chart Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 8

9 Hari 4 17 Seks di dalam Program HR - Peserta memahami bahwa penasun memiliki resiko menularkan atau tertular HIV melalui perilaku seks yang tidak aman - Peserta mampu mempromosikan dan mempraktekkan penggunaan kondom - Peserta mampu berbicara tentang seks dengan nyaman dengan penasun - Pengantar - Diskusi: Kehidupan seks di kalangan penasun - Permainan kartu: Kartu Variasi Risiko Seks - Gender dan Seksualitas - Brainstorming hambatan berbicara tentang seks - Praktek Pemasangan Kondom dan Promosi Kondom - Pesan Kunci - Flip Chart - Slide Presentasi - Dildo - Kondom 18 Diskusi: Permasalahan Outreach & Kesimpulan - Peserta mampu mengidentifikasi isu-isu strategis di dalam outreach dan menemukan alternatif solusi atas isu lapangan yang muncul - Pengantar - Diskusi Kelompok yang akan membicarakan tentang pengelolaan tim outreach, etika outreach dan dokumentasi) - Pesan Kunci & Kesimpulan hari ke-4 - Flip Chart Outbond/Team Building - Peserta dapat membentuk team, menentukan tujuan team dan bekerjasama dalam team 19 HAM & HR - Peserta memahami nilai dasar intervensi HR - Peserta mampu mengidentifikasi kebijakan yang berpotensi melanggar HAM pada penasun Disesuaikan dengan tempat (apakah perlu dikelola sendiri atau mau dikontrakkan?) Hari 5 - Pengantar - Intervensi berbasis Hak Asasi Manusia - Diskusi: Situasi kekerasan dan diskriminasi terhadap penasun di wiayah jangkauan - Pesan Kunci Disesuaikan dengan Aktivitasnya - Slide Presentasi - Flip Chart 20 Informasi Strategis: Pelaksanaan UU 35 dan PP Wajib Lapor - Peserta mengetahui pokokpokok permasalahan di dalam UU 35 dan PP wajib lapor dan implikasinya terhadap kegiatan lapangan - Pengantar - Konsep korban dan penanganannya dalam UU 35 - Institusi Penerima Wajib Lapor - Diskusi: Implikasi UU 35 dan IPWL dalam kegiatan lapangan - Pesan Kunci - Slide Presentasi - Flip Chart Kesimpulan dan Evaluasi - Peserta dapat mengingat pesan-pesan kunci yang telah diperoleh selama pelatihan - Peserta memberikan feedback atas proses pelatihan - Pengantar - Debriefing tentang proses dan pesan kunci dalam pelatihan - Pengisian lembar evaluasi - Penutupan Pelatihan: SUM - Slide Presentasi - Lembar Evaluasi Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 9

10 01. Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan Tujuan: Peserta mengetahui tujuan pelatihan, alur dan rencana tindak lanjut dari pelatihan. Pengantar Program penanggulangan HIV/AIDS pada penasun khususnya melalui penjangkauan di Indonesia dilakukan sejak tahun Saat ini puluhan lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil melakukan kegiatan penjangkauan kepada penasun dan pasangan seksualnya di berbagai propinsi di Indonesia. Tahun 2009 WHO, UNAIDS dan UNODC merekomendasikan s paket intervensi komprehensif bagi penasun untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil dampaknya. Pelaksanaan paket intervensi komprehensif bertujuan untuk merealisasikan akses universal berbagai layanan kesehatan penting bagi penasun untuk mencegah penularan HIV, merawat dan mengobati berbagai penyakit yang diakibatkan oleh HIV/AIDS. Prinsip utama yang menjadi dasar dalam implementasi paket komprehensif ini adalah keterpaduan diantara intervensi-intervensi yang dikembangkan. Oleh karena itu, keterkaitan dan koordinasi antar berbagai intervensi menjadi faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi program penanggulangan HIV/AIDS di kelompok penasun. Lembaga yang melaksanakan sebuah intervensi tertentu perlu memastikan keterpaduannya dengan intervensi yang dilaksanakan oleh lembaga lain. Pengembangan sistem rujukan yang kuat menjadi tuntutan mendasar untuk menerapkan prinsip keterpaduan ini. Outreach dijadikan platform dari berbagai komponen intervensi komprehensif. Outreach sangat efektif untuk mengakses kelompok-kelompok penasun yang tersembunyi dan juga media yang sangat efektif untuk menjalankan LJASS, promosi kondom, pemberian informasi kepada penasun serta merujuk penasun ke layanan TRM atau perawatan HIV. Dalam kaitannya dengan paket komprehensif, kegiatan penjangkauan ini merupakan komponen yang mendasar bagi setiap program pencegahan dan perawatan HIV. Dengan kata lain, tanpa outreach paket intervensi komprehensif tidak bisa berjalan optimal. Pentingnya kegiatan oureach ini harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, yakni petugas outreach (PO) yang qualified dan handal. PO dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pengetahuan yang mumpuni tentang konsep intervensi terpadu Harm Reduction, posisi outreach dalam program intervensi dan pengetahuan strategis lainnya. Lebih lanjut, PO harus trampil untuk membuka akses, melakukan komunikasi dan edukasi kepada penasun, menawarkan berbagai upaya pengurangan resiko, memberikan dukungan pada para penasun untuk mepertahankan perubahan perilaku lebih baik, lebih aman dengan mengembangkan rujukan layanan khusunya yang terkait adiksi atau perawatan HIV/AIDS. Dalam kegiatan oureach, PO juga mendorong agar penasun dan pasangannya agar terlibat dalam upaya advokasi. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka para PO perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan terkait tugas dan tanggung jawab mereka. Pelatihan ini rancang secara khusus untuk membekali pengetahuan dan keterampilan para PO dalam pelaksanaan outreach. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 10

11 Tujuan Pelatihan 1. Memberikan pemahaman pada para peserta tentang intervensi komprehensif HR dan posisi outreach dalam intervensi. 2. Memberikan keterampilan pada para Petugas Outreach (PO) untuk; membuka akses dan memperluas jangkauan, melakukan komunikasi dan konseling pengurangan resiko, untuk merujuk para dampingan ke pelayangan kesehatan. 3. Memberikan informasi setrategis terkait perkembangan Napza, HIV/AIDS, HAM, dan Kebijakan terkait NAPZA dan HIV/AIDS Waktu : 30 menit Prosedur : Perwakilan SUM membuka dan memberikan pengantar pelatihan Fasilitator menjelaskan tujuan training ( Goal of Training ). Fasilitator memperkenalkan diri dan meminta peserta untuk menyebutkan nama dan lama menjadi PO di lembaganya. Fasilitator dan Peserta membuat kesepakatan belajar. Tujuan Pelatihan: Peserta/Petugas Outreach akan: Metode 1. Mengetahui tujuan program intervensi komprehensif HR, 2. Mengetahui peran outreach dalam intervensi komprehensif HR, 3. Mengetahui peran dan tugas PO, 4. Terampil melakukan penjangkauan dan pendampingan, 5. Terampil merujuk dampingan ke pusat pelayanan kesehatan, 6. Terampil mendorong dampingan untuk membuat kelompok dan mengelolanya, 7. Mendapatkan informasi strategis terkait napza, HIV/AIDS, HR dan HARM serta kebijakan terkait HR. Ceramah, diskusi dan Tanya jawab Perlengkapan : Meta plan, kertas plano dan spidol. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 11

12 02. Situasi HIV dan AIDS Pada Penasun dan Harm Reduction di Indonesia Pengantar Kasus AIDS pertama kali di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987 di Bali. Pada tahun 1993 terjadi peledakan pertama di Indonesia yaitu dengan penambahan kasus baru selama tahun 1993 melebihi angka seratus. Bila dilihat pada pertambahan kasus baru setiap tahun, sejak pertama kali Indonesia melaporkan kasus HIV/AIDS maka terjadi peningkatan yang sangat cepat dan tajam. Pola penularan HIV/AIDS di Indonesia didominasi oleh hubungan heteroseksual. Pada tahun 2000, di Indonesia terjadi perubahan yang sangat menyolok penularan HIV/AIDS, yaitu melalui pengguna Napza suntik yang menggunakan jarum suntik tidak seteril secara bergantian. Pada kurun waktu 10 tahun mulai proporsi penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril meningkat lebih dari 50 kali lipat, dari 0,65 % pada tahun 1995 menjadi 35,87 % pada tahun 2004 (Depkes, 2006). Penularan HIV dikalangan pengguna Napza suntik (Penasun) terjadi melalui beberapa cara penggunaan alat suntik tidak steril secara bergantian, melalui perilaku risiko tinggi (sek vaginal atau anal tanpa kondom), penularan ibu ke anak (mother-to-child transmission = MTCT). Pemerintah telah merespon permasalahan penggunaan Napza dan HIV/AIDS mulai dari respon kebijakan, pengembangan program intervensi, pelibatan masyarakat dan stakeholders. Program Intervensi dengan pendekatan Harm Reduction sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun Yayasan Hati-Hati Bali telah memulai kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada Penasun untuk mencegah penularan HIV. Lokakarya Nasional Pertama pada tahun 1999 yang membahas mengenai kaitan antara penggunaan Napza dengan cara suntik dan HIV/AIDS di Puncak, Bogor adalah respon awal terhadap isu HIV/AIDS dan Penasun. Pada tahun 2003 Departemen Kesehatan RI memasukan pengurangan dampak buruk Napza menjadi salah satu pendekatan yang harus dalam penanggulangan HIV/AIDS pada Penasun. Komitmen Sentani pada tahun 2004 merupakan respon politis pertama untuk penerapan pengurangan dampak buruk Napza. Respon kebijakan berupa; Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun Kepmenkes RI No.567/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) telah diterbitkan. Uji Coba PTRM di Indonesia ditetapkan dengan SK Menkes Nomor 494/MENKES/SK/VII/2006 tentang Penetapan RS dan Satelit Uji Coba PTRM serta Pedoman PTRM. Didukung dengan SK Menkokesra selaku Ketua KPAN Nomor 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007: Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik. Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Surat edaran Mahkama Agung No 7 tahun 2009 tentang menempatkan pemakai narkoba ke dalam panti terapi dan rehabilitasi, dan PP no 25 tahun 2011 tentang wajib lapor pecandu Narkotika. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 12

13 Namun demikian, kondisi ini masih menimbulkan berbagai kendala dalam implementasinya. Pelaksanaan dilapangan sangat dinamis. Petugas Outreach yang merupakan pelaksana di lini terdepan harus mengetahui kondisi terkini tentang situasi HIV/AIDS di tingkat nasional dan wilayah kerja mereka. Tujuan Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan; 1. Memperoleh informasi terkini tentang status epidemic HIV pada Penasun 2. Memperoleh informasi terkini tentang status intervensi Harm Reduction di Indonesia Waktu Metode : 40 menit : Brainstorming Ceramah dan Tanya jawab Prosedur 1. Bagian I : Pengantar dan Brain storming : 5 menit 2. Bagian II : Ceramah dan penanyangan slide 10 menit 3. Bagian III : Sharing Situasi HIV/AIDS dan HR dan kasus LJSS di Wilayah Masing- Masing : 20 menit 4. Bagian IV : Penutup dan pesan kunci 5 Menit Perlengkapan : Slide Presentasi, LCD, Spidol dan Flip Chart Pengantar I : 5 Menit Tujuan : 1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 2. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini Waktu : 5 menit Perlengkapan : - Prosedur : 1. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 13

14 2. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan sesi, lama sesi, dan aktifitas yang akan dilakukan 3. Fasilitator mengingatkan kembali bahwa tujuan pelatihan ini adalah agar PO mempunyai informasi terkini tentang HIV/AIDS dan HR dan terampil menyampaikan informasi ini pada saat mereka melakukan Penjangkauan dan Pendampingan. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 14

15 Bagian II Situasi HIV/AIDS dan Harm Reduction di Indonesia Waktu : 10 Menit Perlengkapan : Slide presentasi Prosedur : Fasilitator memaparkan situasi HIV/ AIDS, Intervensi Harm Reduction di Indonesia (Slide Paparan 02_Situasi HIV/AIDS) Bagian III Sharing Situasi HIV/AIDS, HR dan Kasus LAJSS Tujuan 1. Peserta dapat memberikan informasi tentang situasi HIV/AIDS, HR, dan kasus LJSS di wilayah masing-masing 2. Peserta menunjukan data kasus HIV/AIDS, HR dan Kasus LJSS di lembaga dan wilayah masing-masing 3. Peserta dapat saling menanggapi dan memberikan feed back terhadap info dari peserta lain. Waktu : 20 menit Perlengkapan : Pertanyaan Pemandu (Gunakan Pertanyaan pemandu 02) Kertas Plano dan Spidol Prosedur : 1. Fasilitator meminta para peserta menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS, HR dan kasus LJSS di lembaga dan wilayah kerja masing-masing. 2. Fasilitator memastikan bahwa masing-masing lembaga dan wilayah telah ada perwakilan yang menyampaikan situasi terkini tentang HIV/AIDS, HR dan kasus LJSS. 3. Peserta memberikan tanggapan dan feed back terhadap informasi yang telah disampaikan oleh peserta lain. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 15

16 4. Fasilitator memastikan bahwa data yang disampaikan ada dokumentasinya, bukan berdasarkan penyampaian lisan seingat peserta. Penutup dan pesan kunci 5 Menit Tujuan : Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Waktu : 5 menit Prosedur : 1. Fasilitator menyampaikan pada para peserta bahwa sebagai PO, peserta harus selalu mengetahui inforamsi terkini tentang HIV/AIDS dan HR, di daerahnya dan di level Nasional. 2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 16

17 Kelengkapan Sesi_02: Situasi HIV/AIDS pada Penasun dan HR di Indonesia Sharing Pelaksanaan Program HR di Lembaga dan Wilayah Masing-Masing Peserta Pertanyaan ini bersifat terbuka dan bisa ditambah jika menurut Fasilitator perlu. Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengetahui Program HR apa yang dilaksanakan oleh lembaga, apa yang berjalan dengan baik, apa yang tidak dilaksanakan? Bagaimana dukungan semua pihak? Adakah pihak yang kontra. Apa rencana PO yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan Program. Panduan Pertanyaan: 1. Bagaimana perilaku penggunaan napza dan penggunaan jarum suntik pada penasun di wilayah anda bekerja? 2. Seberapa tahu anda tentang perilaku seks dari penasun di wilayah anda bekerja? 3. Layanan HR apa saja yang ada di wilayah anda? Seberapa jauh dimanfaatkan oleh penasun di situ? 4. Selain lembaga anda, apakah ada lembaga lain yang bekerja di bidang HR? 5. Bagaimana respon Penasun dan stakeholder terhadap program HR di wilayah jangkauan anda? Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 17

18 03. Harm Reduction dan Outreach Pengantar WHO, UNAIDS dan UNODC pada tahun 2009 secara bersama-sama merekomendasikan suatu paket intervensi komprehensif harm reduction untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil dampaknya. Selain itu dengan dilaksanakannya paket intervensi komprehensif tersebut diharapkan bisa lebih merealisasikan akses universal terhadap berbagai layanan kesehatan yang penting bagi penasun untuk mencegah penularan HIV dan merawat serta mengobati berbagai penyakit yang diakibatkan oleh AIDS. Landasan dasar dari model intervensi ini adalah outreach(penjangkauan dan pendampingan) dalam semua aktivitas dan layanan yang dikembangkan. Prinsip Intervensi komprehensif adalah pragmatis jangka pendek, efektif, menggunakan berbagai strategi, serta melibatkan pecandu dan mantan pecandu dalam berbagai kegiatan. Model ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan para penasun dan pasangan seksualnya. Outreach sebagai landasan intervensi adalah strategi efektif untuk menemukenali, melibatkan, dan memungkinkan Penasun mengurangi risiko tertular HIV. Beberapa studi menunjukkan bahwa outreach efektif dan berperan penting dalam program pencegahan HIV komprehensif dikalangan Penasun dan pasangan seksual mereka. Secara sederhana posisi outreach dalam kegiatan intervensi dapat digambarkan sebagai berikut; Outreach merupakan kegiatan penjangkauan yang berbasis masyarakat dengan tujuan utama adalah mendorong upaya untuk meningkatkan kesehatan dan pengurangan resiko terhadap penularan HIV bagi individu maupun kelompok yang sulit dilayani secara efektif oleh penyedia layanan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tujuan utama PO melakukan outreach adalah untuk: Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 18

19 Masuk ke dalam kelompok sasaran. Meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV di antara kelompok sasaran. Membantu kelompok sasaran menilai risiko mereka tertular HIV dan memberikan berbagai pilihan sebagai alternatif perilaku yang berisiko tinggi. Mendukung terjadinya perubahan perilaku. Mendorong keterlibatan kelompok sasaran dalam advokasi pencegahan. Walaupun tujuan ini disusun secara kronologis, namun penting untuk dipahami bahwa pada saat Pekerja Outreach (PO) bekerja di masyarakat, proses untuk menjalankan model ini dapat menjadi lebih luwes sesuai kebutuhan masyarakat dan perseorangan pada waktu itu. Misalnya, tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV merupakan kegiatan yang berkesinambungan selama pelaksanaan program. Tujuan: Pada akhir sesi ini peserta akan: Prosedur: Perlengkapan Metod 1. Memahami konsep outreach dan konsep Intervensi Komprehensif Harm Reduction 2. Memahami posisi outreach dan peran PO dalam struktur intervensi Harm Reduction 1. Bagian I : Penjelasan tentang Tujuan Sesi (5 ) 2. Bagian II : Diskusi tentang Outreach dan Intervensi komprehensif Harm Reduction (45 ) 3. Bagian III : Ice Breaking (5 menit) 4. Bagian IV : Memahami Konsep Outreach dan Intervensi Komprehensif Harm Reduction (30 ) 5. Bagian V : Penutup dan Ringkasan Sesi (5 ) 1. Flip Chart dan spidol 2. Slide Presentasi 3. Buku Bacaan Brain storming, Diskusi kelompok, Ceramah dan Tanya Jawab, Bagian I : Pembukaan (5 ) Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 19

20 Tujuan: Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya Prosedur : Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatankegiatan yang akan dilakukan dalam sesi ini. Bagian II: Diskusi Outreach dan Intervensi Komprehensif HR Tujuan: Peserta mendiskusikan pengalaman mereka dalam melakukan penjangkauan di program HR. Peserta mendiskusikan pemahaman mereka tentang Program Intervensi Peserta mendiskusikan Peran PO dalam Program Intervensi HR Waktu : 45 menit Perlengkapan : Kertas Flip Chart, meta plan dan spidol warna warni, kertas plano Methode : Diskusi Kelompok (15 menit) dan Pleno (30 menit) Prosedur : 1. Fasilitator menjelaskan tujuan diskusi adalah untuk mengidentifikasi apa pemahaman peserta tentang outreach, intervensi Harm Reduction, dan Peran PO dalam Outreach. 2. Fasilitator membagi peserta dalam tiga kelompok (tema: Outreach, Program Intervensi, dan Peran PO) (Gunakan panduan diskusi 03_refresh outreach). 3. Pembagian kelompok berdasarkan lembaga atau wilayah masing-masing. 4. Setiap kelompok akan didampingi oleh seorang Fasilitator. 5. Setelah diskusi kelompok, semua peserta kembali ke kelas dan untuk mengikuti diskusi kelas. 6. Masing-masing kelompok menunjuk wakilnya untuk mepresentasikan hasil diskusi kelompok. 7. Fasilitator meminta peserta lain memberikan feed back terhadap semua presentasi. 8. Fasilitator melakukan debriefing hasil diskusi Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 20

21 Bagian III: Ice Breaking : (5 menit) Prosedur : Fasilitator meminta salah seorang peserta memperagakan gaya dia pergi ke Lapangan untuk melakukan penjangkauan dan para peserta yang lain menirukan. Tujuan : Bagian IV: Harm Reduction dan Outreach 1. Peserta memahami konsep Harm Reduction dan Outreach 2. Peserta memahami posisi outreach dalam Intervensi HR Waktu : 30 menit Perlengkapan : Slide Power Point, Flip Chart dan Spidol Metode : Ceramah dan Tanya Jawab Prosedur : 1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan slide konsep outreach dan intervensi komprehensif HR (Gunakan slide 03_Harm Reduction dan Outreach) 3. Fasitator memastikan bahwa peserta memahami model intervensi dengan menyakan pada peserta bagaimana posisi outreach dalam model intervensi 4. Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menjelaskan model intervensi HR dan model outreach 5. Peserta mengomentari penjelasan fasilitator dan peserta yang menjelaskan model intervensi HR dan model Outreach 6. Fasilitator melakukan debriefing tentang konsep outreach dan intervensi komprehensif Harm Reduction Tujuan : Bagian V. Pesan kunci dan penutup Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 21

22 Waktu : 10 menit Prosedur Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran outreach dalam intervensi Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan proses outreach Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran PO Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya. Kelengkapan Sesi 03_HR dan Outreach Panduan Diskusi: Outreach dan Program Intervensi HR Kelompok 1. Pengalaman Outreach Tantangan dan Hambatan Peserta mendiskusikan bagaimana Pengalaman PO melakukan Outreach dalam Progam Intervensi Harm Reduction di wilayah kerja lembaga. Hal yang akan didiskusikan adalah; Kelompok Apa pengertian outreach menurut anda? 2. Siapa melakukan outreach dan bagaimana melakukannya? 3. Siapa yang anda outreach? 4. Apa yang dilakukan selama outreach? Peserta mendiskusikan Program Intervensi HR di Wilayah mereka, hal yang akan dibahas adalah: Kelompok Apa pengertian program intervensi Harm Reduction? 2. Apa saja yang harusnya ada dalam Intervensi HR? 3. Program apa yang ada di lembaga anda? Apa yang ada di wilayah anda? 4. Program apa yang tidak ada? Peserta untuk mendiskusikan Peran PO dalam Outreach. Hal yang akan didiskusikan adalah; Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 22

23 1. Siapakah PO? Apa yang dilakukan PO dalam Program HR? 2. Bagaiman PO mencari/menemukan IDU? Apa hambatan dan Tantangannya? 3. Apa yang dilakukan PO ssetelah menemui IDU? 4. Apa kewajiban PO terhadap lembaga 5. Bagaiman hubungan PO dengan staf dan manajemen lembaga Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 23

24 04. Membuka Lapangan Baru dan Kontak Awal Pengantar Untuk dapat menjangkau Penasun dan pasangannya sesuai dengan target program, maka Petugas Outreach (PO) memulai membuka akses terhadap jaringan social kelompok sasaran (Penasun dan Pasangan Penasun). Mengembangkan hubungan awal yang baik dan membangun kepercayaan. PO mengidentifikasi anggota kelompok yang terlihat penting, memperluas akses melalui rujukan dan jaringan yang sudah dikenal. PO juga harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar wilayah penjangkauan. PO membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu tertentu dan membuat peta social wilayah dan sasaran yang akan dijangkau. Pemetaan sosial Penasun dilakukan sebagai metode untuk melakukan penilaian cepat karateristik penasun dan kondisi social lokasi dimana mereka berada. Hasil pemetaan dapat digunakan sebagai acuan memulai membuka daerah baru dan melakukan kontak awal dengan komunitas penasun di wilayan baru. Pemetaan social harus diperbaharui secara berkala agar lembaga yang melakukan program memperoleh informasi terbaru. Tujuan : 1. Memahami langkah praktis membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal 2. Memahami jaringan sosial penasun 3. Dapat membuat peta jaringan sosial penasun Posedur Perlengkapan 1. Bagian I : Pembukaan (5 menit) 2. Baigan II : Diskusi (Sharing: Pengalaman Membuka daerah baru (25 menit) 3. Bagian III : Ice Breaking (5 menit) 4. Bagian IV : Membuat Peta Sosial Penasun (25 mmenit) 5. Bagian V : Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak dengan Penasun di wilayah baru (25 menit) 6. Bagian VI : Penutup dan pesan kunci (5 menit) Plano Spidol warna warni dan ketas meta plan warna warni Metode : Role Play, Curah Pendapat dan Tanya Jawab Tujuan: Bagian I. Pembukaan Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 24

25 Prosedur : Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dari membuka lapangan baru dan membuat kotak awal, membuat peta sosial penasun dan memanfaatkannya untuk membuka wilayah baru Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Bagian II : Diskusi (sharing ) Pengalaman Membuka Wilayah Baru dan Pemetaan Sosial Tujuan : 1. Peserta dapat saling belajar dari pengalaman Peserta lain dalam membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal. 2. Peserta dapat mengambil pelajaran baik (Do the best Pratices) dan pelajaran buruk (Do NOT) dari praktik membuka akses baru. Waktu : 25 menit Perlengkapan : Kertas Plano, Spidol Prosedur 1. Fasilitator meminta para peserta untuk menceritakan pengalam masing-masing dalam membuka wilayah baru (Gunakan 04_Panduan Sharing membuka Lapangan baru) 2. Fasilitator mencatat apa yang baik (Do best practices ) dan apa yang buruk (Do Not) dari pengalaman masing peserta 3. Peserta saling menanggapi pengalaman masing-masing peserta 4. Fasilitator memastikan bahwa semua lembaga ada perwakilan yang sharing pengalaman mereka, jika ada lembaga yang belum terwakili maka fasilitator meminta wakil lembaga untuk berbicara. 5. Fasilitator menjelaskan tentang cara membuka wilayah baru dengan memanfaatkan peta sosial penasun (reframing) Bagian III : Ice Breaking Prosedur: Fasilitator menawarkan pada peserta yang mau memimpin kegiatan Ice Breaking Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 25

26 Bagian I. Melakukan Pemetaan Sosial Tujuan : 1. Peserta dapat membuat peta sosial Penasun wilayah baru 2. Peserta trampil mengidentifikasi karateristik wilayah baru 3. Peserta trampil mengidentifikasi penasun diwilayah baru 4. Peserta trampil melakukan kontak awal dengan Penasun di wilayah baru Metode : Role Play Bahan : Role play membuka lapangan baru_pemetaan social (Gunakan 04_ Panduan Role Play membuat peta hubungan sosial penasun). Prosedur Fasilitator menjelaskan tujuan sesi Fasilitator meminta voluntir untuk membuat peta jaringan sosal penasun (Gunakan 04_ Panduan Role Play membuat peta hubungan sosial penasun). Fasilitator meminta voluntir bertindak berperan sebagaimana yang ditunjukkan dalam scenario role play. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menjelaskan peta yang sudah mereka buat. Bagian IV Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak dengan Penasun wilayah baru (25 menit) Tujuan : 1. Peserta memahami jaringan social penasun 2. Peserta memanfaatkan jaringan social penasun untuk memulai kontak baru Waktu : 25 menit Metode : Role Play dan Tanya jawab. Perlengkapan Peta sosial penasun yang sudah dibuat pada sesi sebelumnya Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 26

27 Prosedur Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini adalah untuk memberikan pemahaman pada para peserta tentang jaringan social penasun dan memanfaatkannya dalam memulai kontak baru. Fasilitator memanfatkan peta hasil diskusi untuk memulai kontak awal dengan penasun Fasilator meminta dua orang voluntir untuk memerankan kegiatan kontak awal (Gunakan 04_Panduan melakukan kontak awal) atau (gunakan slide presentasi 04_panduan membuka lapangan baru_ Pemetaan) Fasilitator menekankan bahwa kegiatan membuka kontak awal bisa dimulai dengan mamanfaatkan jaringan sosial penasun, mulailah kontak dengan memperkenalkan diri pada penasun dan program. Penasun juga bisa diminta referensi teman-teman yang bisa dijangkau selanjutnya. Peta sosial akan membantu PO dalam membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal. Tujuan : Bagian V. Pesan Kunci dan Penutup 1. Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta Waktu : 10 menit Prosedur Fasilitator menekankan kembali Tips membuka Wilayah baru dan membuat kontak awal. (Gunakan slide 04_pemetaan jika perlu) Fasiltator menekankah bahwa petingnya pemetaan social untuk membuka wilayah baru dan memanfaatkan jaringan social penasun untuk memulai kontak awal. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya. Kenali wilayah kerja anda, Orang berpengaruh diwilayah anda, Stake holder local, dan karateristik wilyah. Kenali Penasun dan karateristiknya, Petakanlah hubungan antara penasun satu dengan yang lainnya. Manfaatkan hasil pemataan ini untuk anda berkerja dilapangan Datanglah ke tempat penjangkauan kenalkan diri anda dan lengkapi diri dengan ID. Taati etika kerja jaga kepercayaan KD Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 27

28 Kelengkapan Sesi_04: Membuka Daerah Baru Panduan: Sharing Pengalaman Membuka Wilayah Baru Pada sesi ini peserta akan berbagi pengalaman bagaimana membuka Wilayah baru. Pengalama sukses dan pengalaman tidak sukses dalam membuka wilayah baru. Fasilitator meminta peserta mengingat pengalaman suksesnya dalam memulai melakukan penjangkauan di wilayah baru. Fasilitator mencatat poin jawaban peserta di kertas Plano. Tanyakan: 1. Selama menjadi PO berapa wilayah yang menjadi tanggung jawab penjangkauan anda? 2. Wilayah mana saja? Bagaimana cara anda pertama kali masuk ke wilayah X? 3. Siapa yang anda temui pertama kali di wilayah X? 4. Apakah anda mengidentifikasi jaringan pertemana penasun di wilayah x? 5. Bagaimana cara mengidentifikasinya? 6. Siapa sumber informasi untuk mendapatkan informasi adanya penasun di wilayah X 7. Dari mana anda mendapat informasi penasun di wilayah X pertama kali? 8. Bagaimana anda mengenalkan diri sebagai PO dengan penasun di wilayah X pertama kali? 9. Bagaimana anda menjaga kontak dengan penasun di wilayah X? 10. Apakah anda membuat peta wilayah? 11. Apakah anda mengidentifikasi layanan yang ada di wilayah X? 12. Apakah anda mengidentifikasi tongkrongan? Ada berapa tongkorongan di wilayah X? Setiap poin jawaban peserta di tulis di kertas Plano. Pada kertas plano di tulis Membuka wilayah jangkauan baru. Memetakan Jaringan social penasun wilayah baru. Menjaga kontak dengan wilayah dan penasun baru. Role Play: Membuat Peta Hubungan Sosial Penasun Fasilitator memulai dengan: 1. Menyiapkan kertas Plano dan alat tulis untuk membuat peta. 2. Membagikan kertas kosong pada semua peserta. 3. Meminta 3 orang volunteer maju ke depan kelas. Satu orang bertugas sebagai pembuat peta dan satu orang bertugas sebagai penasun yang akan diases (identifikasi) jaringan sosialnya dan satu orang bertugas sebagai PO 4. Setelah 3 orang di siap, maka fasilitator menjelaskan bahwa tujuan Role Play ini adalah untuk mempraktikan bagaimana cara kita membuat peta sosial seorang penasun. 5. Peserta lain memperhatikan dan mebuat peta di kertas yang telah dibagikan Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 28

29 6. Fasilitator meminta PO mengases (identifikasi) teman-teman Pensun X. Sebelumnya PO mengenalkan diri dulu pada Penasun dan menjelaskan mengapa PO menemuninya. Mengases Jaringan sosial Penasun. : PO : Siapa saja teman teman Penasun (X) yang menggunakan drug? Penasun X : menyebutkan A, B, C, D, dst sampai habis temannya Pembuat Peta : Menggambarkan di kertas Plano (dengan menempelkan kertas berwarna ke kertas plano) dan mebuat garis penghubung sebagai tanda bahwa Penasun X berteman denga A, B, C, D, dst PO : Siapakah diantara teman teman Penasun X tersebut yang Pensun Penasun X : oh..si A, temanku cucaw, B. bukan C..ya sekali-sekali cucau juga. D ga dia baik banget tempat ngutang.. Pembuat Peta : Membuat gambar di kertas plano dan menandai teman cucau (penasun) dengan tanda (*). PO : Masih ada lagi? Penasun X : ada W pacar gua bukan penasun Pembuat Peta : Membuat tanda di kertas Plano dan juga membuat garis hubung dengan W PO : Temanmu si A punya teman juga? Penasun X : Ya dong, A punya teman Rx.. Rz. Ry dst Pembuat Peta : Membuat Tanda di Peta dan membuat garis penghubung antara A dengan Rx, Rz, dan Ry PO : Apakah ada di antar mereka itu penasun? Penasun X : Ya, si dia pernah cerita si Tz, Tx, Ty dst Pembuat Peta : Membuat Gambar dan member tanda (*) Tz, Tx, Ty dst Dialog ini diteruskan sampai jaringan petemanan Penasun X dan teman dari teman Penasun X teridentifiakasi semua. Dan terbentuknya sebua peta jaringan sosial Penasun X Pada saat Role Play berlangsung semu.a peserta memperhatiakan dan membuat peta sosial di kertas yang telah dibagikan. Setelah selesai Fasilitator meminta 3 orang Voluteer tadi duduk di tempat mereka masing-masing. Fasilitator menjelaskan bagaimana peta jaringan sosial ini dapat digunakan untuk membuaka wilayah baru atau menjangkau penasun baru. Panduan: Role Play melakukan Kontak Awal 1. Fasilitator meminta Peserta kembali memperhatikan peta sosial yang sudah dibuat pada sesi sebelumnya. 2. Fasilitator meminta 2 orang peserta sebagai voluntir maju kedepan. Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 29

30 3. Seorang berperan sebagai PO dan seorang berperan sebagai Penasun (potensial KD) yang berpengaruh di salah satu wilayah jangkauan. 4. Fasilitator meminta PO mempraktikan bagaimana dia melakukan kontak awal denga penasun yang berpengaruh di wilayah jangkauan baru. 5. Pastikan PO sudah siap dengan perlengkapan penjangkauannya dan sudah berencana menemui Penasun berpengaruh tadi. 6. Peserta lain memperhatikan dan mencatat hal-hal terbaik dari role play ini, perhatikan bagaimana cara PO membuka pembicaraan awal, memperkenalkan diri, meyampaikan tujuannya menemui potensial KD, perhatikan juga bagaimana PO menutup pembicaraan dan menrencakan meminta referensi nama penasun lain dan merencanakan pertemuan dengan teman-teman KD. Pesan Kunci: Untuk memulai menjangkau di wilayah baru Mulailah dengan identifikasi Sumber daya yang ada (Penasun yang dikenal atau Orang Penting dan berpengaruh di wilayah itu) telusuri jaringan sosialnya. Kenalkan diri anda dan jaga kepercayaan KD Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 30

31 05. Membangun Komunikasi Lapangan Pengantar Setiap kali PO melakukan penjangkauan dan pendampingan, ia selalu akan bertemu dengan orang dan akan berkomunikasi dengan mereka. Keterampilan berkomunikasi menjadi syarat bagi seorang PO. Ada saatnya PO harus menjadi pendengar yang baik dengan menunjukkan empati pada klien. PO dalam menyampaikan informasi juga tidak boleh berlebihan (over acting), menghakimi atau bertindak sebagai seorang petugas medis, penegak hukum atau penyelesai semua masalah penasun. Ketika komunikasi terjadi, maka penyampai pesan dan penerima pesan akan melibatkan tiga komponen yang ada dalam dirinya, yakni perasaan, fikiran, dan cara penyampaian atau penerimaan pesan. Membangun komunikasi dilapangan juga merupakan seni (arts). Lingkungan, tempat, waktu, budaya komunitas adalah hal penting perlu diperhatikan ketika pesan disampaikan. Untuk membangun komunikasi yang baik di Lapangan, PO bisa memulai dengan memperkenalkan diri pada penasun atau orang yang dianggap penting yang ditemui di lapangan. Identitas lembaga yang lengkap dan tujuan program yang jelas perlu dikomunikasikan dengan penasun dan orang-orang penting yang ditemui di Lapangan.Identitas diri dan Identitas lembaga yang jelas akan menambah kepercayaan Penasun terhadap PO. Mengkomunikasikan HR dengan Penasun di lapangan akan lebih menarik jika dilengkapi dengan media KIE. PO harus memahami pesan yang ada dalam media KIE tersebut. Pemberian media KIE perlu juga diikuti dengan penjelasan yang cukup agar media tersebut efektif digunakan. Pemberian media hanya sekedar membagikan adalah contoh pemberian pesan yang tidak efektif. Prosedur 1. Bagian I : Jelaskan Tujuan Sesi ( 5 menit) 2. Bagian II : Praktik memperkenalkan diri dan program pada penasun (30 menit) 3. Bagian III : Ice breaking (5 menit) 4. Bagian IV : Praktik membicarakan Napza, HIV/AIDS dan IMS (30 menit) 5. Bagian V : Pemahaman tentang membangun komunikasi lapangan (10) 6. Bagian VI : Penutup dan Pesan Kunci sesei ini (10) Perlengkapan Metode 1. Naskah perkenalan diri dan lembaga 2. Naskah berbicara tentang Napza, IMS dan HIV/AIDS 3. Slide Presentasi Membangun Komunikasi Lapangan (Presentasi_04) 1. Role Play 2. Penjelasan Slide dan Tanya jawab Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 31

32 Bagian I : Jelaskan Tujuan Sesi ( 5 menit) Tujuan : 3. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini 4. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini Waktu : 5 menit Perlengkapan : Prosedur : 4. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri 5. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan sesi, lama sesi, dan aktifitas yang akan dilakukan 6. Fasilitator mengingatkan kembali bahwa bahwa tujuan pelatihan ini adalah PO terampil melaksanakan Penjangkauan dan Pendampingan Bagian II : Praktik memperkenalkan diri dan program (30 menit) Waktu : 30 menit Metode : Role Play (Panduan 05_membangun Komunikasi) Perlengkapan : Naskah Perkenalan Diri pada penasun dan stake holder Prosedur : Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktik memperkenalkan diri pada Klien baru dan orang-orang yang berpengaruh pada klien Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri ke stakeholder local. Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri di depan BEM mahasiswa, organisasi kepemudaan Peserta lain memperhatikan dan member komentar (Luar Biasa, Bagus, atau Lumayan) Bagian III : Ice breaking (5 menit) Pegangan Fasilitator: Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction / 32

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Catatan Kebijakan # 3 Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Stigma terhadap penggunaan narkoba di masyarakat selama ini telah membatasi para pengguna narkoba untuk memanfaatkan layananlayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Latar Belakang Sejak pertama kali kasus HIV ditemukan di Indonesia

Lebih terperinci

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Satiti Retno Pudjiati Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Layanan HIV PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA 1999-2011 "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL" Inang Winarso Asisten Deputi Program / Pembina Wilayah Sekretariat KPA Nasional Pengertian HR Adalah cara praktis

Lebih terperinci

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm

Lebih terperinci

08. MendukungPengurangan Risiko. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

08. MendukungPengurangan Risiko. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction 08. MendukungPengurangan Risiko Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction Risiko(Risk) Kemungkinanterjadinyaakibatburuk(hazard) dari sebuah tindakan Contoh: Menggunakan Napza akibat buruk: ditangkap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012 Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012 Pokok bahasan Situasi epidemi: Tren kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan dan kebijakan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Policy Brief Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit! Pesan Pokok Perluasan cakupan perawatan HIV hingga saat ini masih terbatas karena adanya berbagai hambatan baik dari

Lebih terperinci

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 LATAR BELAKANG DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha)

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha) MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha) Tujuan Peserta mampu : 1. Menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar manajemen kasus HIV/AIDS 2. Memahami fungsi/kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci

Panduan Wawancara. Penelitian Awal: Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia. Gender /jenis kelamin :

Panduan Wawancara. Penelitian Awal: Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia. Gender /jenis kelamin : Panduan Wawancara Penelitian Awal Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia Kerja Sama Pusat Penelitian HIV dan AIDS (PPH) Unika Atma Jaya Jakarta Mainline - Belanda Catatan Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO I. Panduan untuk Peneliti Persiapan: 1. Pastikan anda sudah mengkonfirmasi jadwal dan tempat diskusi dengan informan. 2. Pastikan anda sudah mempelajari CSO/CBO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia. Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia. Latar Belakang Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia Triwulan

Lebih terperinci

Pelatihan Pengembangan Program

Pelatihan Pengembangan Program Pelatihan Pengembangan Program Memulai Program Penjangkauan dan Pendampingan Penasun Presentasi dan Penjelasan : Pedoman Pelatihan Penjangkauan dan Pendampingan dalam Pencegahan HIV Dikalangan Pengguna

Lebih terperinci

komisi penanggulangan aids nasional

komisi penanggulangan aids nasional 1 komisi penanggulangan aids nasional Pendahuluan: Isi strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan HIV dan AIDS ini telah mengacu ke arah kebijakan yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014. Strategi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Harm Reduction (pengurangan dampak buruk narkoba) di Indonesia telah lahir sejak 1999 pertamakali di Bali dan telah digunakan dalam berbagai cara untuk mengatasi persoalan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara : KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : FORUM NASIONAL VI JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Padang, 24-27 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction 20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction Diskusi Pernah dengar seorang pecandu yang ditangkap polisi? Mengapa pecandu tersebut ditangkap? Siapa yang

Lebih terperinci

REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, NOVEMBER 2006

REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, NOVEMBER 2006 REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, 14 17 NOVEMBER 2006 Pertemuan nasional jejaring konselor HIV/AIDS yang diselenggarakan di Jakarta mulai tanggal 14

Lebih terperinci

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( ) PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) TENTANG PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II TAHUN 2012 OLEH A A ISTRI YULAN

Lebih terperinci

Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia

Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia Budi Utomo HIV Cooperation Program for Indonesia Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang 4-7 September 2013 Topik bahasan Memahami kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia Lecture Series Inisiasi Dini Terapi Antiretroviral untuk Pencegahan dan Pengobatan Oleh Pusat Penelitian HIV & AIDS Atma Jaya Jakarta, 25 Februari 2014 Pembicara: 1) Yudi (Kotex, perwakilan komunitas)

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Oleh GWL-INA FORUM NASIONAL IV JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Kupang, 6 September 2013 Apa itu GWL dan GWL-INA GWL adalah gay,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

UNDANGAN. Konsep Usulan Penelitian HIV dan AIDS Tahun 2012: Prioritas pada Pencegahan Melalui Transmisi Seksual Kelompok Laki-laki berisiko tinggi

UNDANGAN. Konsep Usulan Penelitian HIV dan AIDS Tahun 2012: Prioritas pada Pencegahan Melalui Transmisi Seksual Kelompok Laki-laki berisiko tinggi UNDANGAN Konsep Usulan Penelitian HIV dan AIDS Tahun 2012: Prioritas pada Pencegahan Melalui Transmisi Seksual Kelompok Laki-laki berisiko tinggi KPA Nasional Latar-belakang Setelah pelaporan pertama kasus

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012 Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012 Priscillia Anastasia Koordinator PMTS 1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG KEBIJAKAN DALAM PERMENKES 21/2013 2030 ENDING AIDS Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru Menurunkan hingga meniadakan kematian

Lebih terperinci

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Catatan Kebijakan # 2 Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Apakah penting penanggulangan HIV di Rutan/Lapas Jumlah tahanan dan warga binaan dewasa di Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG Mahalul Azam, Eunike Raffy Rustiana Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur. Pendampingan dan Rujukan Perempuan Korban Kekerasan Yayasan Sanggar Suara Perempuan SoE

Standar Operasional Prosedur. Pendampingan dan Rujukan Perempuan Korban Kekerasan Yayasan Sanggar Suara Perempuan SoE Standar Operasional Prosedur Pendampingan dan Rujukan Perempuan Korban Kekerasan 1 2 Standar Operasional Prosedur Pendampingan dan Rujukan Perempuan Korban Kekerasan P E N G A N T A R Puji dan syukur dipanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam

Lebih terperinci

Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Oleh : Agus Aribowo i HIV/AIDS dan Respon Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir

Lebih terperinci

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan Mei Kabar Menara Topas 9

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan Mei Kabar Menara Topas 9 KPA Nasional Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Laporan Kegiatan Mei 2012 Kabar Menara Topas 9 Kilas laporan Lokakarya Pengembangan Program Penanggulangan AIDS Remaja Lokakarya Penulisan Panduan Program

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya Lampiran 1 Nama nara sumber Jabatan : Ligik Triyoga : Nanager Program Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya 1. Apa pengertian LSM menurut mas Ligik? Jelaskan Jawaban : Lsm menurut saya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev www.aidsindonesia.or.id MARET 2014 L ayanan komprehensif Berkesinambungan (LKB) merupakan strategi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kejadian HIV dan AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak 15.589 kasus untuk

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Situasi HIV & AIDS di Indonesia Situasi HIV & AIDS di Indonesia 2.1. Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009 Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan April Kabar Menara Topas 9

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan April Kabar Menara Topas 9 KPA Nasional Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Laporan Kegiatan April 2012 Kabar Menara Topas 9 Kilas laporan Pertemuan Tim Pelaksana Lokakarya Pengembangan Pedoman dan Alat Pengumpulan Data Informasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN A.Latar Belakang Berdasarkan laporan UNAIDS 2006 menunjukkan bahwa orang dengan HIV/AIDS yang hidup 39,4 juta orang, dewasa 37,2 juta penderita,anak-anak dibawah

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

SEKRETARIAT KPA NASIONAL LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SEKRETARIAT KPA NASIONAL MAR E T 2010 S erangkaian kegiatan dilakukan Sekretariat KPA Nasional sesuai dengan tupoksi yang tertuang dalam Perpres No.75 Tahun 2006. Pengguliran

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA

RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA 2007 2010 KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL 2 0 0 7 Ringkasan Eksekutif Dokumen ini berisi Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanggulangan AIDS

Lebih terperinci

Undangan pengajuan usulan penelitian HIV

Undangan pengajuan usulan penelitian HIV Undangan pengajuan usulan penelitian HIV KPAN, 2010 Latar-belakang Sejak kasus AIDS dikonfirmasi pertama kali tahun 1987, pemerintah bersama masyarakat telah mengambil bebagai kebijakan dan tindakan penanggulangan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Wajib Lapor. Pecandu Narkotika. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa perkembangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI

Lebih terperinci

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMP UK NARK

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMP UK NARK 615.788 Ind k PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMP AMPAK AK BUR URUK UK NARK ARKOTIKA, PSIKOTR TROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Kompetensi (Competency Statement) Mampu merencanakan, mengambil keputusan, mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu

Lebih terperinci

Memperkuat Peran Daerah

Memperkuat Peran Daerah Memperkuat Peran Daerah dalam Penanggulangan HIV/AIDS Dr. Kemal N. Siregar Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional September 2016 Pokok bahasan Input utama: Kebijakan dan dukungan nasional Penguatan

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan Maret Kabar Menara Topas 9

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan Maret Kabar Menara Topas 9 KPA Nasional Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Laporan Kegiatan Maret 2012 Kabar Menara Topas 9 Kilas laporan Rakor Menteri bidang Kesra Membahas Penanggulangan AIDS Pertemuan Kesepakatan K/L dalam Mendorong

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata SIDANG KABINET SESI KHUSUS HIV/AIDS Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata BAK T I H USADA Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 2002 SIDANG KABINET SESI KHUSUS HIV/AIDS

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS LAPORAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MENGENAI KERENTANAN PEREMPUAN TERHADAP KEKERASAN DAN PENULARAN HIV BAGI KONSELOR I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program pencegahan dan penanggulangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi Konseling & VCT Dr. Alix Muljani Budi Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien utk memberikan dukungan mentalemosinal kepada klien mencakup upaya-upaya yang spesifik, terjangkau dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci