STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

dokumen-dokumen yang mirip
STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang : Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB III METODE PENELITIAN

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN REKREASI, KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

Oleh: Tarsoen Waryono **)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

ABSTRAK. Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 111

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

IV. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Tarsoen Waryono **) Pendahuluan

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GREEN OPEN SPACE POTENTIAL FOR REDUCING EMISSIONS AMOUNT IN JAKARTA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

I. PENDAHULUAN. dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Mulyadi dan Fitriani,

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

Transkripsi:

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN Oleh CHOLOT JANALA A 26.1333 -- -- - --- - - --- JURUSAN-BUDI-BAYA-PERTANIAN FAKULTAS PERTANlAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR

CHOLOT JANALA. Studi Ruang Terbuka Hijau di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH). Ruang Terbuka Hijau adalah ruang - ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh - tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan dan perkebunan Studi dilakukan pada daerah administratif di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berlangsung dari bulan Februari 1994 sampai dengan April 1995. Tujuan studi ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, luas dan distribusi wilayah areal Ruang Terbuka Hijau ; selanjutnya menghitung luas penghijauan yanq dibutuhkan dan menyarankan jenis tanaman yang sebaiknya ditanam. Studi merupakan desk study berdasarkan data sekunder ysnq terkumpul Ciari berbagai sumber. Pengambilan data sekunder berupa peta dan rencana tata guna lahan, luas kota Jakarta, iklim, jenis vegetasi, data fisik kota Jakarta dan berbagai data penunjang lain. Data ini diperoleh melalui studi pustaka, survai, pengamatan dan penghitungan. Analisis dilakukan secara deskriptif denqan - -- - -- - - -- - -- - - - ~~~~~ membuat keteranqan bertabulasi dari data yanq diperoleh.

pp-p-p-ppp- - Penghitungan luas areal penghijauan ditentukan melalui data Ruang Terbuka Hijau berdasarkan data dari dinas- dinas yanq terkait (Pertamanan, Kehutanan, Pertanian, Biro Lingkungan Hidup). Perhitungan luas untuk kebutuhan penghijauan kota didasarkan atas kebutuhan oksigen bagi penduduk kota dengan asumsi suplai oksigen hanya dari tanaman/hijauan, dengan perhitungan Gerakis. RTH DKI umumnya tersusun berdasarkan bentuk fisik arsitekturis, tetapi RTH ini tidak mempunyai sistem atau pola biofisik yang khusus. Hal ini terlihat dari koridorkoridor hijau, yang saat ini merupakan bagian utama dari sistem jaringan utilitas, yang terputus antara yang satu dengan yang lain. Terputusnya koridor ini menyebabkan fungsi biofisik dari RTH tidak berjalan dengan baik. Koridor-koridor RTH yang terdistribusi secara berkesinambungan akan mempunyai fungsi dan manfaat untuk peningkatan pelestarian dan kualitas lingkungan. Ruang Terbuka Hijau yang ada di DKI Jakarta berbentuk lahan pertanian (sawah dan tanah darat), hutan (hutan wisata payau dan pantai, hutan kota, hutan konservasi), pertamanan kota, pemakaman serta kawasan olahraga. Luas dari bagian RTH ini masing-masing lahan perta- nian (sawah dan tanah darat) seluas 17 109.6 -- - - Ha, hutan (hutan wisata, hutan kota, hutan lindung, hutan konservasi atau cagar alam) seluas 998.83 Ha, pertamanan kota seluas

3 096.85 Ha, kawasan olahraga 722.23 Ha serta pemakaman 465.06 Ha. Luas Kuang Terbuka Hijau (RTH) DKI Jakarta berdasarkan data tahun 1992 secara keseluruhan berjumlah 22 392.57 Ha atau 33.86 % dari luas daratan DKI Jakarta (66 130 Ha). Dalam studi ini luas RTH yang dibutuhkan dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen bagi penduduk kota dijadikan acuan pemikiran pengembangan RTH, karena variabel yang digunakan berdampak langsung dengan pertumbuhan kota Jakarta, asumsi hanya satu-satunya penyumbang oksigen digunakan untuk memudahkan perhitungan sebagai pembanding digunakan perhitungan RTH Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 tahun 1988. Ruang Terbuka Hijau (RTH) DKI Jakarta berdasarkan standar Inmendagri No.14/1988 adalah sebesar 40 % dari wilayah kota seluas 661.3 ~m' atau 66 130 Ha yaitu 26 452 Ha sedangkan berdasarkan perhitungan kebutuhan oksigen akan kota, dengan menggunakan data variabel tahun 1991, maka terhitung luasan yang dibutuhkan adalah sebesar 54 292.36563 Ha atau 542 923 656.3 m2, atau kurang lebih 82.09 % dari luasan kota Jakarta dan diperkirakan pada tahun 2005 berdasarkan proyeksi penduduknya maka luasan yang dibutuhkan sebesar 1 378 961 320 m2 atau 137 896.1320 --- Ha. Luas RTH yang dibutuhkan ini adalah lebih besar dari luas kota Jakarta 66 130 Ha.

Kebutuhan luasan RTH yang cukup tinggi terjadi karena variabel jumlah manusia dan jumlah kendaraan sebagai pengguna oksigen untuk kota juga meningkat. Berdasarkan olahan data, disarankan untuk mendistribusikan RTH pada areal-areal perlindungan dan konservasi (tepian/bantaran sungai, sumber mata air, pesisir, "greenbelt" untuk resapan air terutama di Jakarta Selatan, dan produksi atau penyangga di bagian perbatasan Jakarta) dan pada areal intensifikasi penghijauan sporadis di kawasan pemukiman dan industri yang sub optimal penggunaannya. Areal yang terakhir disebutkan merupakan arealareal yang dikategorikan sebagai areal yang harus dihijaukan karena fungsi perlindungan dan pelestariannya. Disamping itu vegetasi yang disarankan untuk digunakan adalah vegetasi yang menghasilkan oksigen tinggi.