Manajemen Investasi Teknologi Informasi Sektor Pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
Panduan Non-Financial Cost Benefit Analysis

Manajemen Investasi TI

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

Bab II Tinjauan Pustaka

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER)

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

KONTRADIKSI PRODUKTIVITAS TEKNOLOGI INFORMASI: SEBUAH ANALISIS EKSISTENSI MOBILE BRANCH PADA BANK MUAMALAT KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah Langkah Evaluasi Investasi SI / TI dengan Metode IE

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

ANALISIS SISTEM APLIKASI SAP-CRM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT XL AXIATA TBK

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi sistem informasi, banyak hal-hal yang harus

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

LAMPIRAN. LAMPIRAN - Kuesioner Domain Keuangan. informasi. Investasi teknologi informasi termasuk jaringan LAN dan komputer core 2

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. FEMALINDO MEDIA SEJAHTERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

E-Government Capacity Check

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan munculnya teknologi-teknologi baru yang lebih inovatif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kuisioner Domain Bisnis

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

BAB III METODE PENELITIAN. metode tersebut terdapat lima tahapan, yaitu tahapan Visioning, Analysis, Direction

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

Kusuma Wardani

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN DAN RENCANA PROYEK DENGAN METODE NEW INFORMATION ECONOMICS PADA PT. PANIN CAPITAL

PERENCANAAN PENINGKATAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ACMM DAN TOGAF PADA POLITEKNIK XYZ

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATALOG PELAYANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI

BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI. menghubungkan strategi dan perencanaan TI dengan bisnis strategic intention. Konteks strategi bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Lights-On

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERHOTELAN BERBASIS WEB PADA PT XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh Bina Nusantara International University (JWC). Adapun arahan strategi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BAB II LANDASAN TEORI. Layanan yang memanfaatkan penggunaan software, hardware, dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


AUDIT SISTEM INFORMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 ABSTRAK

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A

Bab II Tinjauan Pustaka

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-58/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

1 Universitas Indonesia

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

Transkripsi:

Manajemen Investasi Teknologi Informasi Sektor Pemerintahan Oleh: Arrianto Mukti Wibowo, M.Sc., Dr.*, CISA, CGEIT* (*cand.) amwibowo@cs.ui.ac.id 0856-8012508, 311ef9ee Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia

Agenda Jenis manfaat TI untuk organisasi Pihak-pihak dalam perencanaan anggaran Pengelompokan jenis investasi TI (dalam model portofolio) Pengelolaan resiko dalam investasi TI Pembuatan business case berikut ukuran keberhasilannya Strategic flexibility dalam investasi TI Teknik pemilihan dan prioritisasi kandidat proyekproyek investasi TI sektor pemerintahan Monitoring & evaluasi investasi TI

Jenis manfaat TI bagi tiap jenjang organisasi Jenjang di atas: Perubahan bersifat revolutif Lebih sulit mendapatkannya Orientasinya pada peningkatan kinerja atau pencapaian sasaran strategis Jenjang di bawah: Perubahan bersifat evolutif Lebih mudah mendapatkannya Orientasinya pada penghematan Biaya implementasi fitur baru akan leb9h murah dan lebih cepat Biaya perawatan yang lebih murah Ketersediaan infrastruktur (mis: email, browsing) Biaya per transaksi yang lebih nurah Waktu pemrosesan transaksi yang lebih cepat Pengambilan keputusan oleh Menteri / Kepala Lembaga lebih cepat dan well-informed Dukungan terhadap sasaran strategis organisasi atau program kerja pemerintah Peningkatan pendapatan (Pajak & PNBP) Penyediaan layanan kepada publik atau stakeholder yang inovatif dan tepat guna Peningkatan kerjasama dengan mitra kerja pemerintah lainnya, asosiasi, penyedian jasa atau swasta lainnya, Peningkatan efisiensi dan efektifitas sumber daya organisasi (mis: SDM, uang, waktu, ruangan/space)d Kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku (UU, PP, Kepres, Kepmen, dst.)

Pihak-pihak dan proses dalam perencanaan & evaluasi penganggaran pemerintah Satuan kerja teknologi informasi Sekretariat direktorat jendral Sekretariat jendral Kementrian / Lembaga (DJ Anggaran) Dewan Perwakilan Rakyat Kementrian / Lembaga (DJ Perbendaharaan) Inspektorat Jendral Badan Pemeriksa Keuangan Idealnya ada Komite Pengarah TI pada level Kementrian / Lembaga, yang terdiri dari business manager (pejabat) dari setiap eselon II (atau wakilnya), termasuk wakil pengguna, yang juga menetapkan kesepakatan investasi bersama.

Pitfalls saat perencanaan Model birokrasi vertikal cenderung tidak memperhatikan hubungan relasi horizontal. Meskipun ada beberapa lembaga negara yang memiliki IT Steering Committee, misalnya, namun secara hukum keputusannya tidak mengikat, dan dapat di-overrule oleh Sekretariat eselon II di atas unit TI. Padahak best practicenya, investasi TI juga harus merupakan konsensus antar unit TI dengan satuan kerja pengguna.

Manajemen Portofolio Investasi TI

Teknik Prioritisasi & Penjadwalan Investasi TI 1. Untuk Strategi Implementasi IT Plan xyz, dalam menentukan urutan kegiatan yang akan dilakukan beberapa tahun kedepan, tim konsultan akan mengawalinya dengan merekomendasikan seluruh kegiatan terkait infrastruktur dan prasysarat yang memungkinkan XYZ memiliki strategic flexibility yang harus dibangun terlebih dahulu. (disini akan digunakan Project Requisite Method) 2. Pada saat yang sama saat sedang membangun infrastruktur (prasyarat) tersebut, jika memungkinkan, bangun satu saja dahulu aplikasi yang resikonya paling rendah dan kalau bisa paling banyak manfaatnya. Inilah yang dimaksud dengan Quick Win. Namun harus diperhatikan bahwa membangun quick win dengan infrastruktur yang sembarangan justru akan mengacaukan investasi jangka panjang. 3. Sesudah itu, mulai dikerjakan proyek-proyek dengan prioritas tinggi dengan business milestone yang telah ditetapkan terutama yang terkait erat dengan isu deadline compliance.

Kemudian dilakukan perkerjaan yang high value dengan resiko yang rendah (disini akan digunakan teknik IT Portfolio Management, Leliveld, 2005) Jika diperlukan, dalam menentukan proyek mana yang memiliki value paling tinggi, relatif terhadap Balanced Scorecard XYZ. (dapat dipergunakan BSC/CSF Alignment Method)

Manajemen Portofolio (berdasarkan contoh dari Val IT 2.0) Pembagian atas kelompok proyek yang investasinya sudah disetujui dan yang belum disetujui Berdasarkan wajib atau tidak. Dalam konteks pemerintahan, biasanya kepatuhan terhadap seluruh jenjang peraturan perundangan menjadi hal yang utama/wajab (mandatory).

Pemantauan terus-menerus portofolio Manajemen portofolio memerlukan pengawasan yang terus menerus untuk mengurangi kegagalan pencapaian sasaran. Hal ini membutuhkan pengambilan keputusan untuk menambah atau mengurangi investasi, bisa dengan cara menghentikan proyek yang resikonya lebih tinggi jika dilanjutkan (catatan: harus diusulkan kepada pemeriksa bahwa mungkin ada faktor baru yang muncul saat implementasi sehingga asumsi perencanaan tidak tercapai). Faktor kunci dalam manajemen portofolio yang berkelanjutan adalah memahami sejauh mana setiap proyek berjalan dapat berkontribusi pada penciptaan nilai Sekali lagi, juga mengingat bahwa keadaan lingkungan bisa berubah selam siklus hidup proyek dan keadaan menjadi tidak sama saat business case dibuat.

Business Case (Kasus Bisnis Untuk Setiap Investasi)

Penyusunan Business Case Bermanfaat untuk meyakinkan pihak-pihak penentu kebijakan penganggaran, bahwa investasi TI akan membawa manfaat optimal dengan resiko yang terkendali Manfaat biasanya dapat dicocokkan dengan IT BSC atau BSC organisasi Satu proyek TI biasanya ada satu business case.

Business Case, Isi & Evaluasinya Sumber: Val IT 2.0

Kisi-kisi dari Business Case Nama proyek TI Ringkasan eksekutif Manfaat (bisnis) yang pada akhirnya diharapkan bagi stakeholder Kemampuan/kapabilitas/kegiatan satuan kerja yang ingin dibuat/diadakan/diciptakan, baik dari kacamata bisnis, atau secara teknis Ukuran keberhasilan (harus terukur) Pilihan-pilihan solusi implementasi TI-nya Biaya investasi (dan pemeliharaan tahunannya) Asumsi-asumsi (jika ada) Skor antar kandidat proyek-proyek TI (misalnya menggunakan MITIP, lihat bagian MITIP) Deskripsi rencana implementasi proyek Resiko yang mungkin muncul dan pengendaliannya Rekomendasi

Business case dalam KAK Untuk alasan kepraktisan, daripada membuat business case, dapat disarankan agar membuat Kerangka Acuan Kerja dengan kisi-kisi yang mencakup kisi-kisi business case. Tentu, kisi-kisi yang umum pada KAK lainnya seperti kebutuhan jumlah dan kualifikasi tenaga ahli, jadwal dan laporan-laporan akhir, juga tetap ada dalam KAK.

Pembatalan Proyek Investasi TI Sebaiknya Diperkenankan Setiap proyek akan menghasilkan sebuah laju momentum setelah disetujui dan berjalan. Pengalaman menunjukkan bahwa momentum ini tidak selalu berjalan sesuai rencana. Kadang-kadang biaya membengkak secara tidak terduga, atau kalau dilanjutkan justru beresiko bagi organisasi (Gedung DPR!) Oleh karena itu harus ada aturan yang mengharuskan pemantauan resiko secara terus menerus terhadap proyek berjalan (bukan hanya di perencanaan saja). Pemantauan ini juga harus independen dan obyektif (bisa diusulkan agar dilakukan inspektorat jendral) Proyek pembatalan sering dilihat sebagai tidak ingin dilakukan, karena khawatir dianggap tidak cakap dalam merencanakan. Padalah, kalau asumsinya berubah (masa depan sulit diprediksi), maka tidak apa-apa dilakukan penilaian kelayakan ulang terhadap proyek berjalan. Budaya bahwa membatalkan atau scoping ulang proyek investasi TI itu diizinkan selama ada alasannya, harus diusulkan kepada BPK. Justru hal ini harus dilihat sebagai adanya tatakelola TI yang kuat.

Model Investasi TI Pemerintahan

Pendekatan CBA dalam Institusi Pemerintahan Dalam institusi pemerintahan, tidak mengenal adanya ROI dalam investasi proyek Proyek dikerjakan karena pada dasarnya sesuai dengan arahan strategis institusi itu Pendekatan CBA (cost benefit analysis) yang akan kami jelaskan selanjutnya ini diturunkan dari model Information Economics (Parker, et.al., 1988) Namun model disederhanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan institusi pemerintahan seperti Kementrian / Lembaga, dengan memfokuskan pada analisa non-finansial. Analisa CBA finansial dihilangkan dari model karena dalam institusi pemerintahan yang diperhatikan adalah masalah ketersediaan anggaran. Selanjutnya model CBA non-finansial ini akan dirujuk dengan nama Model Investas TI Pemerintahan (MITIP)

Penggunaan MITIP MITIP dipergunakan dalam memilih proyek-proyek mana yang diprioritaskan akan di jalankan. Jadi, sebelum menggunakan MITIP, harus sudah ada daftar kandidat proyek-proyek, misalnya daftar kandidat proyek-proyek dari tabel analisa kesenjangan Urutan prioritas proyek yang dihasilkan MITIP tidak bersifat mutlak, tetapi bisa menjadi salah satu dasar utama dalam pemrioritasan proyek Dari daftar prioritas proyek-proyek itu, kemudian bisa disusun lebih rapi kembali dengan metode project prerequisite method dan business alignment method. Sekedar untuk catatan, MITIP dibuat dengan tujuan kemudahan penggunaan, jadi memang terjadi simplifikasi yang signifikan dari model asal.

Komponen Model Investas TI Pemerintahan (MITIP) Businees Domain Strategic Alignment (SA) Management Information (MI) Organizational Risk (OR) Customer Response (CuR) Compliance Response (CoR) Technology Domain IS Architecture (ISA) IT Infrastucture Architecture (ITA) Technical Availability (TA) Definitional Certainity (DC)

Kalkulasi Business Domain Kode Pertanyaaan Skala Sikap Skor SA Proyek ini selaras dengan sasaran strategis Kementrian / Lembaga (5) (4) Netral (3) (2) (1) MI Proyek ini dapat membantu pengambilan keputusan lebih baik (5) (4) Netral (3) (2) (1) OR Proyek diperkirakan memiliki masalah /resiko dalam pengoranisasian proyek (1) (2) Netral (3) (4) (5) CuR Proyek dapat merespon kebutuhan pelayanan masyarakat (5) (4) Netral (3) (2) (1) CoR Proyek dapat merespon kebutuhan peraturan perundangan (5) (4) Netral (3) (2) (1)

Kalkulasi Technology Domain Kode Pertanyaaan Skala Sikap Skor ISA Proyek ini selaras dengan cetak biru arsitektur sistem informasi Kementrian / Lembaga (5) (4) Netral (3) (2) (1) ITA Proyek ini selaras dengan cetak biru arsitektur infrastruktur teknologi informasi Kementrian / Lembaga (5) (4) Netral (3) (2) (1) TA Proyek ini cukup memanfaatkan infrastruktur (hw, sw dan skill) yang sudah tersedia di Kementrian / Lembaga (5) (4) Netral (3) (2) (1) DC Kebutuhan (requirement) proyek ini sudah terdefinisi dengan jelas dan disepakati (5) (4) Netral (3) (2) (1)

Cara Melakukan Kalkulasi Untuk setiap proyek, tentukan skala sikapnya dalam setiap barus (row), tuliskan pada kolom Skor Lalu, pada rata-ratakan kolom Skor Rata-rata tersebut menjadi skor tiap proyek Semakin tinggi skor proyek, semakin tinggi prioritas proyek itu Contoh: Prioritas Kandidat Proyek Skor 1 Proyek perencanaan aplikasi XYZ tahap 1 4,8 2 Proyek pengadaan WAN dan VPN bersama antar eselon I 3 Proyek pengadaan dan componentware tahap 1 3,5 4,1 4 Proyek pembuat aplikasi kebersihan fasilitas gedung 2,2

Catatan khusus penggunaan MITIP MITIP sebaiknya dipergunakan manakala organisasi sudah berada dalam keadaan IT yang relatif stabil lingkungannya. Bagi organisasi yang TI-nya baru dikembangkan, sebaiknya pengembangan difokuskan pada pengembangan infrastuktur / pra-sarana prasyarat dahulu Kalau infrastruktur sudah cukup stabil, maka MITIP dapat dipakai MITIP berbeda penggunaannya dengan business case. MITIP dipergunakan antar banyak kandidat investasi proyek, sedangkan business case untuk menganalisa setiap proyek (satu per satu)

Pemantauan pasca investasi / pasca implementasi

Post implementation review Proyek berakhir setelah user acceptance test dan pendatanganan berita acara serah terima Namun post implementation review, salah satuya berguna untuk mengukur apakah manfaat yang dijanjikan di business case tercapai apa tidak Itulah mengapa diperlukan ukuran keberhasilan yang mudah mengukurnya saat pembuatan business case, agar nanti saat post implementation review, akan mudah melakukan penilaiannya Jadi pada dasarnya, post implementatioin review dilakukan dengan dasar business case Sebaiknya, organisasi harus bisa menarik pelajaran dari seluruh kesalahan yang dilakukan dalam proyek

Pitfalls saat evaluasi Evaluasi dan audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jendral dan/atau BPK, meskipun saat ini ada beberapa yang sudah masuk ke audit TI, namun secara umum evaluasi investasi proyek-proyek TI masih dititikberatkan pada kepatuhan dan tertib administrasi Sedangkan masalah apakah manfaat yang diharapkan (oleh business case) tercapai apa tidak, belum menjadi patokan dalam audit/evaluasi,