PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB III. METOLODOLGI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

diharapkan) yang diberi skor 3 hingga pemyataan negatif (Jawaban yang tidak diharapkan) yang diberi skor 1 seperti pada Tabel 1.

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

BAB III PENDEKATAN LAPANG

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna jasa penyuluhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian merupakan suatu keniscayaan sekaligus. merupakan kewajiban Pemerintah untuk menyelenggarakannya.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN:

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU)

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

II. TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

PENDAHULUAN. dalam pola dan struktur produksi terhadap perubahan yang terjadi serta berperan

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PELATIHAN PERTANIAN SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau kausar_oke@yahoo.com ABSTRAK Fokus utama penelitian ini mengetahui peran penyuluh pertanian pada kelompok tani dan mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh penyuluh pertanian dan petani di Kota Pekanbaru. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan kriteria (1) fjetani yang menjadi anggota dalam kelompok tani (2) petani yang telah berusaha tani lebih dari lima tahun. Disamping melakukan survei, dalam pengumpulan data juga dilakukan dengan cara melakukan Focus Group Discussion (FGD). Berdasarkan hasil rekapitulasi parameter penilaian petani yang diperoleh terhadap peran seorang penyuluh pertanian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru selama ini berjalan baik. Parameter penilaian petani terhadap peran penyuluh pertanian, juga dapat dikategorikan telah mampu mencapal prestasi kerjanya yang cukup baik dari penilaian petani selama ini. Hal itu disimpulkan dari 3 (tiga) parameter yang digunakan pada penilitian ini, mampu menunjukkan hasil angka diatas rata-rata sebesar 74,44%. Kemudian apabila dari permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian dan petani teridentifikasi ada tujuh pemnasalahan utama. Kata Kunci: Peranan, Penyuluh, Kelompok Tani I. LATAR BELAKANG Petani merupakan salah satu pelaku utama pembangunan pertanian dan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia, dengan demikian keberhasilan pembangunan pertanian lebih banyak ditentukan oleh peranan petani itu sendiri dalam kenyataannya tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan pemerintah. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu bentuk bimbingan dan bantuan pemerintah dalam mewujudkan petani agar mempunyai keterampilan dan mengusahakan untuk meningkatkan penghasilan pertanian. Dengan komunikasi dua arah ini, maka peran penyuluh pertanian akan dapat melakukan pendekatan secara penuh keakraban sehingga proses penerapan materi penyuluhan kepada petani akan beriangsung dengan baik. Sehingga pada akhirnya keberhasilan pelatihan dapat diukur sejauh mana petani yang dibina tersebut telah berhasil dalam

menyerap informasi serta mampu mengoptimalkan materi yang diterima petani dari penyuluh pertanian untuk digerakkan pada arah sumber daya teknologi dan input secara lebih optimal. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap dan perilaku petani beserta keluarganya dari tradisional menjadi dinamis rasional. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka perlu digiatkan pelatihan dan program penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian untuk masyarakat petani. Menurut Kartasapoetra (1994), peran penyuluh memiliki tugas sebagai sumber infonnasi utama yang memegang peranan penting bagi para petani. Dalam melaksanakan tugasnya penyuluh pertanian memiliki tiga peranan penting, yaitu: 1. Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau caracara baru dalam kegiatan usahatani, agar petani terarah dalam melakukan kegiatan usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usahataninya. 2. Berperan sebagai pemimpin, membimbing dan memotivasi para petani agar mereka dapat mengubah cara berpikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan dan kemudian diterapkan tata cara bertani baru yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tingkat hidupnya akan lebih sejahtera. 3. Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-petunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan ataupun contoh-contoh dalam berusahatani dan tempat memecahkan segala permasalaha yang dihadapi oleh para petani. BeriDagai usaha dan upaya dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam melaksanakan berbagai program kegiatan bidang pertanian yang telah diberikan kepada petani, yaitu dalam bentuk permodalan dan penyuluhan. Diharapkan berbagai yang dilaksanakan memberikan dampak yang positif bagi petani. Upaya penyuluh pertanian membina kelompok tani selama ini, dituntut untuk dapat menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang saling bersinergis dengan pembangunan pertanian serta mampu membangun dan mendorong menerapkan teknologi pertanian pada arah kemajuan dan kemandirian petani. Dengan demikian fokus utama penelitian ini adalah bagaimana peranan penyuluh pertanian pada kelompok tani di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru? Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peran penyuluh pertanian pada kelompok tani di Kota Pekanbaru. 2. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh penyuluh pertanian dan petani di Kota Pekanbaru. Luaran 1. Artikelilmiah yang siap dipublikasikan ke jurnal. 16

17 2. Menghasilkan Sarjana (S1) dengan topik penelitian skripsi peranan penyuluh pertanian pada kelompok tani di Kota Pekanbaru. II. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu melakukan penelitian untuk memperoleh fakta-fakta dari informasi yang ada dan menjadi keterangan-keterangan secara faktual. Metode survei ini sangat berguna untuk memperoleh informasi yang sama atau sejenis dari berbagai orang atau kelompok yang ada di masyarakat, khususnya bagi para petani di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu, sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) (Singarimbun dan Effendi, 1995) Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan kriteria (1) petani yang menjadi anggota dalam kelompok tani (2) petani yang telah berusaha tani lebih dari lima tahun. Disamping melakukan survei, dalam pengumpulan data juga dilakukan dengan cara melakukan Focus Group Discussion (FGD). Menurut Bungin (2010), FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif, teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu masalah tertentu. Data yang tericumpul pada penelitian ini diolah secara deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif sehingga bisa menjawab pertanyaan yang ada pada perumusan masalah serta untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk itu semua data baik data sekunder maupun data primer yang diperoleh diorganisir, ditabulasi dan disusun. Setelah tersusun kemudian dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan tersebut. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Peranan Penyuluh 3.1.1. Berperan Sebagai Pendidik Dalam pelaksanaan penyuluhan pertania maka penyuluh pertanian berperan sebagai pendidik bagi petani merupakan sarana proses pembelajaran dengan memfasilitasi petani untuk menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan aktif mengacu kepada praktek paket teknologi pertanian yang lebih modern dari kebijakan program Pemerintah Pusat Provinsi, Kabupaten, maupun Kecamatan hingga sampai ke petani.

18 Dalam usaha membantu memperlancar proses pembelajaran dengan materi penyuluhan, penyuluh dibantu adanya kontak tani. Petani juga melakukan proses belajamya bersama anggota kelompok tani sebagai kelas kelompok petani menjadikan fungsi kelompok sebagai wadah kelas belajar bersama bagi petani. Berikut ini penilaian petani tentang peranan penyuluh sebagai pendidik bagi petani dijelaskan pada label 1. Tabel 1. Penilaian Petani Terhadap Peranan Penyuluh Sebagai Pendidik No Sumber Informasi Penyuluh Dapat Jumlah Persentase Diterima dengan Baik Petani Oiwa) (%) 1. 2. Tidak Ya 9 21 30 70 Jumlah 30 100 Sumber: Data Olahan, 2012. Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat kesimpulan dari persentase petani yang menyatakan "Ya" sebanyak 21 orang atau sekitar 70%. Dalam hal ini sudah menunjukkan adanya hubungan kerjasama dan pendekatan yang baik diantara penyuluh dengan petani selama ini didalam proses belajamya. Kemudian petani yang menyatakan "Tidak" sebanyak 9 orang atau sekitar 30%. Petani menyatakan bahwa sumber informasi yang diperoleh pada proses pembelajaran dengan penyuluh sudah menunjukkan adanya partisipasi aktif dan mampu menumbuhkan motivasi petani serta petani merasakan manfaat akan ilmu pengetahuan dalam berusahatani dari proses pembelajaran yang diikutinya, dan petani menganggap pentingnya mengikuti kegiatan penyuluhan untuk menerapkan dari berbagai sumber informasi yang diperolehnya untuk mengatasi permasalahan yang ditemui di lapangan disaat proses pembelajaran itu beriangsung. Bahwasanya sudah dapat diterima dengan baik oleh petani. Hal ini ditunjukkan dari motivasi yang dimiliki petani tersebut yang ada selama ini untuk selalu menghadiri kegiatan bersama penyuluh pertanian di wilayah kerjanya. 3.1.2. Berperan Sebagai Pemimpin Dilihat dari peranan penyuluh pertanian sebagai pemimpin memiliki peranan sangat penting untuk membawa perubahan petani dalam cara berpikir dan cara kerja. Penyuluh pertanian tidak saja mengajarkan teori melainkan penyuluh juga sebagai seorang yang memimpin dalam pelaksanaan praktek membimbing petani, mengajarkan keterampilan yang tepat, membawa petani untuk memperoleh sarana usahatani yang bermanfaat serta untuk dapat petani mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu inovasi pertanian. Berikut ini adalah tabel penilaian petani tentang peranan penyuluh sebagai pemimpin bagi petani.

19 Tabel 2. Penilaian Petani Terhadap Peranan Penyuluh Sebagai Pemimpin No Kepemimpinan Penyuluh Mampu Jumlah Persentase Memenuhi Kebutuhan Petani Oiwa) (%) 1. Ya 24 80 2. Tidak 6 20 Jumlah 30 100 Sumber: Data Olahan, 2012. Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa peranan penyuluh sebagai pemimpin pada kegiatan penyuluhan membuktikan bahwa perannya sangat dibutuhkan bagi petani. Hal ini dilihat dari petani yang menyatakan "Ya" sebanyak 24 orang atau sekitar 80%. Dalam hal ini dari pernyataan petani, penyuluh memberikan jalan kepada petani yang terbaik serta berguna didalam melaksanakan usahatani mereka. Salah satunya penyuluh membantu petani dalam menjembatani aspirasi segala kebutuhan pokok usahatani dalam kelompok tani untuk disampaikan kepada instansi terkait dengan melaporkan kebutuhan petani di lapangan. 3.1.3. Berperan Sebagai Penasehat Penyuluh pertanian dalam menjalankan tugasnya juga sebagai penasehat didalam melakukan pendekatan dengan petani. Penyuluh harus memperhatikan terlebih dahulu cara berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan materinya dengan menyesuaikan kemampuan petani yang akan dipengaruhi tersebut, agar materinya yang disampaikan nantinya dapat diterima dengan baik oleh petani. Namun, terkadang penyuluh juga tidak dapat memungkiri bahwasanya tidak semua petani dapat menerima dari apa yang disuluhkan selama ini dan menjadi hambatan bagi penyuluh itu sendiri akan keterbatasan petani. Berikut ini adalah penilaian petani mengenai peranan penyuluh sebagai penasehat bagi petani. Tabel 3. Penilaian Petani Terhadap Peranan Penyuluh Sebagai Penasehat Persentase (%) No Nasehat Disampaikan Mampu Jumlah Meyakinkan Petani (jiwa) 1. Ya 22 73,33 2. Tidak 3 26,67 Jumlah 30 100 Sumber: Data Olahan, 2012. Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa petani yang menyatakan "Ya" sebanyak 22 orang atau sekitar 73,33%. Dinilai petani karena penyebaran informasi yang diberikan penyuluh kepada sasaran dapat diterima oleh petani melalui contoh cara kerja/demontrasi yang diperagakan secara langsung oleh penyuluh tersebut. Menurut petani hal tersebut, mereka lebih cepat memahami serta mudah untuk mengikuti penggunaan teknik-teknik baru yang ditawari<an. Selain itu juga mampu

20 memperjelaskan apa yang menjadi keunggulan dan keuntungannya menyempumakan teknologi lama dari sebelumnya untuk sampai kepada penerapannya di lapangan untuk menggunakan teknologi baru tersebut dan dinilai cukup jelas secara terbuka dalam menyampaikan informasinya. Kemudian, untuk mengetahui keefektifan peran penyuluh pertanian tersebut. Penilaiannya yang dapat diamati, apabila jumlah persentase dari parameter penilaian petani yang diperoleh dari penjumlahan secara keseluruhannya telah mampu menunjukkan angka diatas rata-rata 50% pada prestasi kerjanya. Maka kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan tersebut baru dapat dikatakan efektif (Sinar Tani,1994). Untuk melihat rekapitulasi parameter peran penyuluh pertanian tersebut, akan dijelaskan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Rekapitulasi Parameter Peran Penyuluh Pertanian No Parameter yang Digunakan Persentase (%) 1. Sumber Informasi Penyuluh Dapat Diterima 70 dengan Baik Petani 2. Kepemimpinan Penyuluh Mampu Memenuhi Kebutuhan Petani 80 3. Nasehat Disampaikan Mampu Meyakinkan 73,33 Petani Jumlah 223,33 Rata-rata 74,44 Sumber: Data Olahan, 2012. Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa parameter peran penyuluh pertanian yang diperoleh dari penilaian petani telah menunjukkan angka rata-rata sebesar 74,44%. Maka dapat dikatakan bahwa penyuluh pertanian telah berperan dengan baik dan mampu memberikan kontribusinya yang cukup baik kepada petani Meskipun pelaksanaan kegiatan penyuluhan sudah dapat dikatakan baik saat ini, bukan berarti pembinaan oleh penyuluh pertanian telah cukup memuaskan dari banyak kalangan petani itu sendiri. Namun, akan lebih baik lagi jika penyuluh pertanian dapat meningkatkan perannya dimasa mendatang, dengan didukung penyuluh pertanian yang memiliki kecakapan beri^omunikasi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan pengetahuan baik penyuluh maupun para petaninya. Hal itu dapat diperoleh baik penyuluh pertanian maupun petaninya dengan meningkatkan pengetahuannya melalui pelatihan bersama tenaga ahli/lnstansi Lembaga llmu yang sesuai dibidangnya masing-masing. Agar penyuluh pertanian setidaknya mampu meningkatkan pengetahuan petani binaanya. Selain itu, penyuluh lebih mampu memberikan pelayanan yang mudah serta maksimal nantinya didalam melaksanakan tugasnya bersama petani dan petani juga mampu mencapai pada tingkat kesejahteraan ekonomi bagi keluarganya. Sehingga penyuluh pertanian

21 mampu mencapai tingkat prestasi kerja yang lebih maksimal apabila semua dapat berjalan saling bersinergi dengan petaninya dalam memajukan sektor pertanian, khususnya komoditas tanaman padi ini sebagai sumber kebutuhan pokok nasional secara berkelanjutan. 3.2 Permasalahan yang Ditemui Dalam Proses Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Dinamika yang terjadi dalam mempercepat pembangunan pertanian di perdesaan saat ini, tidak dapat dipisahkan dari adanya pennasalahan baik penyuluh pertanian maupun petani yang berusahatani di lapangan. Hal itu, diantaranya yang sering terjadi meliputi berbagai aspek/komponen utama yang dibutuhkan untuk dapat diselesaikan permasalahan di lapangannya dengan cara penyelesaian permasalahanya, dengan beberapa pertimbangan/penangganan yang cepat dan tepat dengan memperhatikan arah strategi sosial, strategi kesumber teknologi yang mudah dan praktis diterapkan, serta adanya strategi kebijakan pemerintah untuk selalu dapat memberikan kemudahan kepada penyuluh pertanian dan petani, agar konsep pembangunan pertanian bersinergi secara baik. Untuk dapat lebih jelasnya pennasalahan-permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian dan petani di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Permasalahan yang Dihadapi Penyuluh Pertanian dan Petani No Permasalahan Penyuluh Permasalahan Petani 1. Terbatasnya pengetahuan yang dimiliki penyuluh pertanian dalam menyelesaikan pemnasalahan petani Terbatasnya pengetahuan petani dalam menerima informasi penyuluh yang dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan petani miliki 2. Terbatasnya modal operasional yang dimiliki penyuluh pertanian Terbatasnya modal yang dimiliki petani dalam berusahatani 3. 4. Belum tersedianya balai pertemuan sebagai sarana dan prasana penunjang kegiatan penyuluhan dengan petani Media informasi/materi teknologi yang ditawari^an penyuluh terkadang kurang diminati petani Terbatasnya alat-alat pertanian yang dimiliki petani sebagai faktor penunjang keberhasilan usahataninya Petani tidak mampu menerima teknologi baru yang sifatnya materi tanpa disertai adanya contoh cara kerja 5. Waktu yang teridatas dimiliki penyuluh pertanian untuk selalu mendampingi petani Terbatasnya waktu petani untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, menyebabkan jarang

22 6. Sulitnya mendorong petani agar tidak mengalih fungsikan lahannya bisa berkumpul bersama-sama petani maupun hadir di acara penyuluhan Adanya petani yang mudah terpengaruh dari petani lainnya, menyebabkan beberapa petani kurang mendukung kebijakan pemerintah untuk mempertahankan fungsi lahannya 7. Penyuluh menemui kesulitan di lapangan untuk merubah kebiasan pola usahatani pada penerapan teknologi baru Sumber: Data Olatian, 2012. Kebiasan petani menerapkan pola usahatani lama, menyebabkan sulit untuk beralih. Jika petani belum mengetahui keuntunggannya dari teknologi tersebut. 3.2.1. Permasalahan yang Dihadapi Penyuluh Pertanian Berdasarkan wawancara dan keterangan yang diperoleh dari penyuluh, permasalahan penyuluh yang ditemui di lapangan diantaranya meliputi terbatasnya dana operasional yang dimiliki oleh penyuluh pertanian. Sehingga, menyebabkan penyuluh tidak mampu menyampaikan infonnasi ke petani yang disertai menggunakan metode demonstrasi/contoh cara kerja disetiap kegiatan penyuluhannya, serta melakukan pembimbingan untuk datang ke lapangan menyelesaikan pemnasalahan petani. Namun, dikatakan penyuluh pertemuan maupun kunjungan untuk melakukan pendekatan dengan petani selama ini, terhadap komunikasi dua arah tetap dilakukan dan dianggap tidak boleh diabaikan. Ditambah lagi adanya pemnasalahan yang menjadi kendala dari kegiatan penyuluh pertanian itu sendiri. Tentang kurangnya sarana dan prasarana yang ada agar dapat mendukung kelancaran dalam memfasilitasi proses pembelajaran petani binaanya selama ini untuk mengadakan pertemuan bersama anggota/kelompok tani selama ini. Salah satu sarana tersebut yang harus diperhatikan oleh pemerintah yaitu seperti saung tani (sarana balai pertemuan petani). Sebagai mana tempat proses pembelajaran beriangsung menjadi faktor hambatan bagi penyuluh pertanian di lapangan. Apabila pemerintah tidak segera memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan penyuluhan tersebut untuk dapat segera diusahakan demi mewujudkan pertanian yang maju. Maka program penyuluhan bersama petani selama ini sebagai sasaran utamanya tidak akan dapat berjalan lancar.

23 Penyuluh telah mengakui terbatasnya pengetahuan yang dimiliki dalam menyampaikan baik materi informasinya maupun menyelesaikan permasalahan petani selama ini di lapangan. Yang pada akhirnya, penyuluh harus dapat mendatangkan para ahli dibidangnya sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi petaninya, agar permasalahan tersebut dapat dicarikan jalan keluarnya secara cepat dan tepat. Disamping itu ada sebagian anggota kelompok petani yang kurang menanggapi dari materi yang disampaikan penyuluh. Sehingga, pada akhirnya menyebabkan infonmasi tersebut masih terdapat juga adanya yang tidak sampai/dlterima petani secara keseluruhannya dalam mendorong petani untuk mencapai pada tahap penerapannya. Dimana menurut petani, kurang menarik dari infonnasi yang ditawarkan serta adanya keterbatasan pengetahuan penyuluh pertanian miliki maupun cara kerja yang diperagakan belum mampu menyakinkan para petani binaannya terhadap teknologi pertanian yang selalu berubah-ubah tersebut. Terbatasnya waktu yang dimiliki penyuluh pertanian untuk selalu membimbing maupun membina petani, yang mana penyuluh juga harus dapat membagi waktunya dengan kegiatan lainnya. Menyebabkan penyuluh terkadang tidak dapat memberikan pelayanan secara maksimal atas semua kebutuhan petani selama ini. Meskipun penyuluh merupakan warga setempat. Adapun dalam bidang pertanian itu sendiri, usaha yang dilakukan penyuluh untuk mengubah kebiasaan petani terkadang penyuluh mengalami kesulitan dalam menerapkan teknologi baru yang menjadi program pemerintah daerah selama ini. Hal itu, karena sebagian petani merasa sulit untuk beralih kearah teknologi baru, mereka lebih cendrung menerapkan teknologi lama. Alasannya, sebagian para petani memiliki anggapan dari teknologi lama dinilai lebih menguntungkan dan dapat mengurangi kegagalan dalam usahatani mereka. Sehingga penerapan teknologi baru yang akan diterapkan kepada petani untuk mencapai peningkatan hasil usahatani tidak dapat dicapai secara maksimal secara keseluruhan selama ini. Hal ini disebabkan juga dipengaruhi oleh rendahnya sumberdaya manusia (petani) dari sebagian petani, karena umumnya sebagian besar petani hanya tamat SD yang dimiliki petani. 3.2.2. Permasalahan yang Dihadapi Petani di Lapangan Berdasartcan hasil kuisioner dan diskusi dengan petani diketahui bahwa tidak semua petani memiliki modal untuk melakukan usahatani, dimana petani membutuhkan dana yang cukup. Hal itu yang menjadi pokok pemnasalahan petani selama ini. Dimana, mengingat sebagian besar keluarga petani bermata pencaharian pokok sebagai petani, yang pada akhirnya menyebabkan para petani menghadapi permasalahan di lapangan untuk menunda melakukan usahataninya hingga modal yang ada dinilai cukup. Selain itu, terkadang petani juga dipengaruhi

24 terhambatnya pencairan dana modal baik melalui koperasi maupun turunnya bantuan dana dari pemerintah yang sering terlambat diterima petani selama ini. Sulitnya memperoleh saprodi misalnya pupuk bersubsidi dan b>enih dari pemerintah serta kurangnya alat-alat pertanian yang dimiliki petani untuk mengembangkan usahataninya. Sementara petani membutuhkan kemudahan fasilitas yang diberikan dari program yang dijalankan pemerintah saat ini untuk mencukupi sarana dan prasarananya sebagai faktor penunjang kel)erhasilan pada usahataninya agar dapat fc>erjalan secara optimal. Terbatasnya tingkat pendidikan petani juga mempengaruhi tingkat adopsi dan inovasi dari informasi yang disampaikan penyuluh. Dimana, terbatasnya pengetahuan petani itu sendiri dari aspek yang dapat mempengaruhi dalam mencerna dan menerima informasi yang diberikan oleh penyuluh pertanian. Maka, petani mengharapkan dari fungsi serta perannya penyuluh pertanian untuk dapat membimbing dan membantu petani selama ini, dengan menawarkan informasi yang setidaknya mampu menarik minat petani secara keseluruhannya dengan metode maupun materi yang mudah untuk diaplikasikan yang disertai contoh cara kerja, sehingga para petani dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dari teknologi yang ditawarkan penyuluh tersebut. Mengingat, sebagian para petani ada yang memiliki daya serap rendah terhadap informasi teknologi baru yang selalu berubah-ubah yang ditawarkan penyuluh serta dipengaruhi dengan tingkat pendidikan formal yang dimiliki hanya tamat SD dari sebagian besar petani di wilayah kerjanya. Namun permasalahan petani yang sering terjadi di lapangan sebagian dari petani agak sulit untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. Yaitu, dikarenakan waktu yang dimiliki petani teridagi dengan kegiatan pekerjaan lainnya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Selain itu, petani harus memiliki kegiatan selain usaha dibidang pertanian. Hal itu yang menyebabkan petani dari sebagian anggota kelompok tani tersebut hanya kadang-kadang/jarang dan bahkan tidak bisa sama sekali untuk selalu dapat bericumpul secara bersama-sama dengan petani lainnya untuk mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut. Sehingga hanya seba besar saja dari anggota kelompok tani yang dapat terdorong termotivasi dalam kegiatan usahataninya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil rekapitulasi parameter penilaian petani yang diperoleh terhadap peran seorang penyuluh pertanian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru selama ini berjalan baik.

25 2. Parameter penilaian petani terhadap peran penyuluh pertanian, juga dapat dikategorikan telah mampu mencapai prestasi kerjanya yang cukup baik dari penilaian petani selama ini. Hal itu disimpulkan dari 3 (tiga) parameter yang digunakan pada penilitian ini, mampu menunjukkan hasil angka diatas rata-rata sebesar 74,44%. 3. Pemiasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian saat ini yaitu terbatasnya dana serta juga dipengaruhi terbatasnya waktu yang dimiliki penyuluh untuk melakukan penyuluhan langsung (kaji terap) ke lapangan, disertai belum tersedianya sarana dan prasarana saung tani yang dapat mendukung kegiatan penyuluhan dalam menumbuhkan kesadaran, dan meningkatkan pengetahuan para petani untuk kelancaran kegiatan penyuluhan agar petani terdorong serta termotivasi dalam memanfaatkan fungsi lahan petani secara maksimal. 4. Pemnasalahan yang dihadapi petani atau kelompok tani dalam melaksanakan usahatani selama ini adalah masalah terbatasnya modal, kurangnya alat-alat pertanian (saprodi), serta rendahnya tingkat pengetahuan petani miliki. Hal tersebut yang menyebabkan petani sulit untuk menerima infonnasi teknologi baru dari penyuluh pertanian, yang pada akhirnya petani tidak mampu mengatasi permasalahannya secara mandiri. Serta terbatasnya juga waktu yang dimiliki petani menyebabkan petani sulit untuk dapat beri<umpul secara bersama-sama didalam kegiatan penyuluhan. 4.2. Saran 1. Diharapkan petugas penyuluh pertanian untuk dapat meningkatkan kinerja pada kegiatan penyuluhannya dengan menambah jadwal frekuensi kunjungan langsung (Laku) ke lapangan maupun mengadakan pertemuan bersama petani untuk melakukan praktek kerja secara massal dengan anggota kelompok petani, agar hasil yang diinginkan baik penyuluh pertanian maupun petani dapat mencapai prestasi/hasil kerja yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. 2. Penyuluh pertanian diharapkan untuk selalu dapat mendorong dan memotivasi para petani binaanya agar para petani dapat merubah pola wawasannya lebih baik lagi dengan informasi yang mampu menarik minat petaninya, serta menyadarkan petani akan pentingnya menjaga ekosistem sumberdaya llngkungan yang ada untuk tetap dapat dipertahankan selamanya. 3. Peranan penyuluh pertanian sangat diharapkan para petani agar dapat memberikan ilmu pengetahuannya yang lebih baik lagi. Dalam hal ini setidaknya penyuluh untuk dapat lebih aktif meningkatkan pengetahuannya dengan menambah ilmu melalui pelatihan-pelatihan bersama instansi maupun lembaga penelitian

26 ilmu pengetahuan yang lebih beraneka ragam dibidangnya, berlandaskan spesifik lokalita wilayah penyuluh dengan pemanfaatan sumber daya alam yang cocok bagi petani binaanya. 4. Selain itu, diharapkan pemerintah juga untuk dapat menciptakan ikiim program baru yang lainnya secara rutin dengan penekanan ke arah agribisnis secara tepat dan tepat pada sasarannya, agar dapat bennanfaat bagi masyarakatnya. Sehingga, dapat membantu untuk meningkatkan taraf ekonomi para petani dalam memenuhi kebutuhan keluarganya dari program yang baru tersebut, serta petani bisa merasakan sesuatu yang positif dan bermanfaat secara tepat dan mampu mencapai kesejahteraannya melalui bidang pertanian. V. DAFTAR PUSTAKA Djuarsa, S. 1999. Pengantar Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. Hermanto. 1998. ikiim Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kartasapoetra. A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Kartasapoetra. A. G. 1998. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Soedijanto, U. 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis. Departemen Pertanian. Jakarta. Suhardiyono. 1992. Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Eriangga. Jakarta. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006. Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Jakarta.