PembenahanTata Kelola disektorkehutanan& REDD+

dokumen-dokumen yang mirip
dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

WG Strategy Materi Sosialisasi Februari Strategi Nasional & Pendekatan Umum Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Propinsi

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

REDD+: Selayang Pandang

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Moratorium Hutan Berbasis Capaian

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

WG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Mempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund

Keterbukan Infomasi Pintu Perbaikan Tata Kelola Hutan

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

OVERVIEW: PENGALAMAN FFI MENDAMPINGI PEMERINTAH ACEH dalam PENGEMBANGAN REDD

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

Ringkasan Eksekutif. Inisiatif Tata Kelola Kehutanan Indonesia. Proses dan Hasil Penelitian Kondisi Tata Kelola Kehutanan Indonesia.

Pertemuan Koordinasi GCF

PENCEGAHAN KORUPSI PADA PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Strategi Nasional REDD+

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Tanah Papua dan Maluku Utara Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disampaikan pada acara :

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

Forest Tenure. Jaminan Hukum Umum Prinsip Kriteria Indikator Elemen Kualitas PJaminan Hukum Umum yang mengakomodasi Tata Kelola Pemerintah yang Baik.

HASIL DISKUSI KELOMPOK II

TINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim

BRIEFING PAPER Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia & Iklim Global

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

pembayaran atas jasa lingkungan

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Mencegah Kerugian Negara Di Sektor Kehutanan: Sebuah Kajian Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penatausahaan Kayu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembangunan Integritas Bisnis

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Percepatan Penetapan Kawasan Hutan Secara Definitif dengan Skema Klaim-Verifikasi

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

PUSANEV_BPHN. Overview ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK. Oleh:

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transparansi merupakan komponen kunci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

PembenahanTata Kelola disektorkehutanan& REDD+ Mas Achmad Santosa Justice Sector Reform & Environmental Law & Governance Specialists United Nations Development Program (UNDP)

KonteksGlobal Presiden berkomitmen menurunkan emisi 26% (APBN) dan 41% (dukungan Internasional) pada 2020; REDD+ merupakan skema penurunan emisi yang sedang dinegosiasikan di tingkat internasional; LoIantaraNorwegiadanPemerintahRI menyepakati penerapan tata kelola yang baik (good governance) dalam pelaksanaan REDD+

Pentingnya Perbaikan Tata Kelola Dalam LoI Indonesia & Norwegia I. Pendekatan Umum dan Prinsip-Prinsip Memungkinkan seluruh pemangku kepentingan untuk terlibat penuh dan efektif dalam perencanaan dan pelaksanaan REDD+ Transparansi dalam pengelolaam termasuk pendistribusian keuangan 2. Fase Persiapan(system Design) Mendesain dan mengembangkan instrumen keuangan yang menjamin adanya transparansi dalam pendistribusian maupun pengoperasian REDD+ Melibatkanberbagaipemangkukepentingan dalamstruktur pengelolaan instrumen keuangan REDD+ Pengembanganpilot percontohandipropinsi yang dilakukan secaratransparan, inklusif serta melibatkan semua pemangku kepentingan 3. Fase Transformasi Mengambil langkah langkah untuk merespon konflik kepemilikan hak atas tanah (tenurial rights) dan tuntutan kompensasi masyarakat (2011- seterusnya)

PeranSektorHutan& LahanGambut Dalam Laporan kepada UNFCCC, Indonesia mengeluarkan emisi GRK 1,4 Gton CO2e di tahun 2000, dimana 821 Mton CO2e atau 58% dari total emisi berasal dari sektor Kehutanan (SNC to UNFCCC, MoE, 2009) Emisi dari penggunaan lahan, alih guna lahan, dan kehutanan mencapai70% daritotal emisigas rumahkacaindonesia (2005) dandiproyeksikan <50% atausekitar44% (2020) (Draft Stranas REDD+, 2011) Sektor kehutanan dan lahan gambut berperan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam konteks pemanfaatan lahan (merupakan lebih dari 70% wilayah Indonesia);

Peran Sektor Hutan & Lahan Gambut Sekitar 70 juta orang hidup bergantung secara langsung pada hutan; (draft Stranas REDD+, 2011) Hutan dan lahan gambut memiliki peran ekologis yg sangat penting bagi daya dukung lingkungan nasional; Kelemahan tata kelola dan penegakan hukum di sektor kehutanan menyumbang pada hilangnya pendapatan negara setidaknya 2 Miliar US$ hanya pada tahun 2006 (HRW, 2009).

BerbagaiPermasalahanD&D (umum, illegal logging, Tambang, dan Kebun)

Umum Ketidakpastian status lahan dan kepemilikan konsesi (konflikakibatkonsesiygbertumpuk, konflik dgn masy, dll): Di beberapawilayah, TGHK danrtrw belumselesaipaduserasi; Kawasan hutan hanya 11,1% yang telah dikukuhkan; Proses perizinan panjang dan tidak terintegrasi antar sektor dan antar pusat dan daerah; Ketidakpastian(status) hukum akibat pelanggaran tidak ditindak sehingga meluas dan menjadi norma.selama ini tidak ada risiko bagi badan hukum atau perorangan yang melanggar hukum dan tidak ada rewardbagi perorangan dan badan hukum yang taat.

Illegal Logging Penebangan di kawasan hutan konservasi Penebangan melebihi izin atau di luar wilayah konsesi Tidak membayar pajak Secara sengaja menurunkan klasifikasi kayu yang diperdagangkan Melanggar larangan ekspor/batasan CITES Menebang kayu yang dilindungi Modus ini bisa terjadi karena keterlibatan dan dukungan oknum aparat sehingga absen pengawasan dan penindakan

Tambang Di beberapa wilayah lazim ditemui pelanggaran dengan tipologi: 1. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan tanpa perizinan penggunaan kawasan hutan 2. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung dengan metode pertambangan terbuka(open pit mining) 3. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan di luar areal izin pertambangan dan izin pinjam pakai 4. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan konservasi 5. Kegiatan pertambangan yang tumpang tindih dengan izin usaha lain 6. Pelanggaran prosedural perizinan: a. Kegiatan pertambangan hanya dengan rekomendasi kepala daerah b. Rekomendasi kepala daerah(dalam rangka permohonan pinjam pakai) tidak dilengkapi peta c. Penerbitan KP (Kuasa Pertambangan) yang tidak sesuai prosedur

Perkebunan Di beberapa wilayah lazim ditemui pelanggaran dengan tipologi: 1. Realisasi kebun tanpa SK. pelepasan kawasan hutan. 2. Melakukan penebangan kayu tanpa IPK (potensi kerugian keuangan negara lewat nilai tegakan kayu). 3. Melakukan usaha perkebunan dengan luas 25 Ha, tanpa IUP. 4. Pelanggaran RTRW. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai RTRW. Pemberian izin usaha yang tidak sesuai dengan RTRW. 5. Pelanggaran prosedural pemberian izin. Pemberian IUP atau HGU tanpa didahului pelepasan kawasan hutan. Terbitnya IUP tanpa didahului izin lokasi. Terbitnya IUP tanpa didahului AMDAL. Izin yang sudah habis masa berlakunya(terutama izin lokasi). 6. IUP tumpang tindih dengan izin usaha lain.

AnalisaAkarPenyebabD&D Paradigma Pembangunan Belum Patuh Pada prinsip SD TATA RUANG YANG LEMAH Lack of Leadership Partisipasi Rendah Tidak Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan Sektoral tdk Terpadu Stok data dan Informasi lemah MASALAH TENURIAL Masyrakat Adat belum daiakui Konflik Lahan Tidak pernah selesai Tidak adanya alternative mata pencaharian Batas kawasan tidak pernah mantap UNIT MANAGEMEN HUTAN TIDAK EFEKTIF Sistem Penguruhan Hutan lemah Organisasi Pengelolaan Tidak Performe Kapasitas Individu Pekerja Kehutanan/Pengelolaan DEFORESTASI Konversi Terencana (perkebunan dan pertanian, tambang, infrastruktur, dll) Konversi Tidak Terencana (perambahan, kebakaran), Illegal logging, Target Pertumbuhan Ekonomi Kesenjangan Supply & Demand Kayu & Oil Palm Koordinasi yang lemah Efektivitas dan Efisiensi Rendah Pengelolaan tidak bekerja di lapangan Ketidakadilan distribusi pendapatan dari sektor Hutan Transparansi, Partispasi & akuntabilitas rendah Dasar Hukum Lemah Penagakan Hukum Lemah DEGRADASI GOVERNANCE Draft Strategi Nasional REDD+, 2011 DASAR DAN PENEGAKAN HUKUM LEMAH

StrategiPenyelesaianMasalah

FaktorTata Kelola DalamREDD+ (Chatam House, 2008 + Draft Stranas REDD+)) Kelembagaan yang efektif yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas & tidak memiliki konflik kepentingan; Koordinasi yang efektif antar instansi secara horizontal dan vertikal Perangkat perundang-undangan yang lengkap serta mendukung dan tidak saling tumpang tindih; Pengawasan dan penegakan hukum yang efektif Keberadaan Strategi Anti Korupsi dalam tahap Persiapan dan pelaksanaan REDD+ Transparansi dan Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan (dalam fase persiapan maupun pelaksanaan REDD+) Kejelasan dan kepastian kepemilikan hak masyarakat/pemegang konsesi (Clear Land Tenure);

StrategiPenurunanD&D (Draft Stranas Bappenas, Nov 2010) Strategi I: penyempurnaan perencanaan& pemanfaatan ruang yg terpadu dan seimbang Strategi 2: peningkatan pengawasan dan pemantauan REDD+; Stategi 3: peningkatan efektivitas tata kelola hutan; Strategi 4: Pelibatan dan partisipasi para pihak dalam penurunan emisi GRK; Strategi 5: penguatan sistem penegakan hukum

Strategi 3: Peningkatan Efektifitas Tata Kelola Hutan & Lahan Gambut Meningkatkan dan mengefektifkan administrasi hutan (penerapan organisasi pengelolaan hutan, meningkatkan kapasitas dan integritas pengelola hutan); Tata Kelola Hutan Yang baik (proses pembuatan peraturan, proses pengambilan keputusan, proses pemberian izin, pelibatan pemerintah, pemda dan masyarakat serta asosiasi pengusaha, penyediaan mekanisme resolusi konflik untuk mewadahi perbedaan pendangan/sengketa hak) Melengkapi/memperbaiki kebijakan hukum (legal policy)

Strategi 5: Penguatan Sistem Hukum & Penegakan Hukum Harmonisasi Hukum (Vertikal dan Horizontal) Perbaikan Orientasi dan Substansi Hukum (amandemen legislasi) Pemberdayaan Penegakan Hukum (administrasi/tau, Was, Kumad dan Pidana/Lid-Dik-Tut-Tus) Insentif/Rewardbagi yang melakukan pentaatan (yang berhasil mencapai compliance standards)

Kategori aksi Pendaftaran 7 kategori Aksi Tata Kelola Selama Masa Suspensi Deskripsi (Satgas Kepresidenan REDD + ) Mendaftarkan seluruh izin yang ada serta permohonan baru dalam satu sistem yang terintegrasi multi-sektor dan multi-level Revisi peraturan Penegakan hukum Memperbaiki proses pemberian izin supaya efisien dan efektif Memperbaiki peraturan yang tumpang tindih Memantau, menginvestigasi dan menuntut pelanggaran hukum dengan kuat Strategi Pemb. Berkelanjutan Pemantauan suspensi Melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan dan memanfaatkan kegunaan lahan rusak, misalnya penggunaan degraded land untuk lahan sawit Mengupayakan penghidupan (livelihood) alternatif bagi masyarakat hutan Memantau kebijakan dan aktivitas untuk menunda pemberian izin baru selama masa suspensi Komunikasi& Pelibatan Komunikasi dan edukasi tentang maksud perbaikan tata kelola ke seluruh Indonesia Resolusi& Mediasi Konflik Menyelesaikan konflik dengan cara efisien dan efektif, misalnya terkait konflik tenurial, penundaan izin 17

Wilayah Rawan Korupsi Dalam Pengelolaan SDA Proses Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Penyusunan dan Penetapan RTRW Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Perizinan Konsesi Kebijakan /RegulasiTeknis Persiapan dan Pelaksanaan REDD+ Pemantauan dan Pengawasan (penegakan hukum administratif) Penegakan hukum (proses peradilan)

Wilayah Rawan Korupsi dalam REDD+ Fase Persiapan (Readiness) Lobi dan pengaruh powerful individuals dan kelompok (bisnis dan politik) untuk mempengaruhi desain nasional REDD+ untuk kepentingan bisnis dan politik (Stranas, RAN, Kebijakan Moratorium, Instrumen Keuangan, MRV, pembentukan kelembagaan, penetapan pilot percontohan) Fase Pelaksanaan Grand Corruption dan Petty Corruption (suap untuk mengeluarkan wilayah yang hutan yang bernilai ekonomi tinggi dari wilayah REDD+, penyalah gunaan pendapatan dari REDD+ oleh kelompok bisnis/kekuasaan atau kerjasama keduanya, suspensi/pembekuan perkara penegakan hukum, suap untuk melonggarkan pengawasan, pemalsuan land titles dan carbon rights, penggelapan uang/pendapatan (REDD revenues) yang seharusnya diperuntukkan masyarakat

Perangkat Anti Korupsi Konsultasi Multi Stakeholders (termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, media dan perguruan tinggi) dalam penyusunan semua kebijakan terkait dengan REDD+ Kemampuan Masyarakat Sipil untuk Mengkritisi semua proses dan hasil kebijakan terkait dengan REDD+ Terapkan kewajiban Participatory Regulatory Impact Assessment/PRIA dalam setiap kebijakan REDD+ (termasuk Inpres, Keppres dan Perpres) Assessment Risiko Korupsi (Corruption Risk Assessment) dan Solusi Pencegahannya (Corruption Prevention Safeguards) harus terintegrasi dalam Stranas REDD+ Kapasitas pemantauan dan kontrol publik dari masyarakat harus diperkuat (tokoh agama, masyarakat/adat, LSM, perguruan tinggi dan media) Transparansi dalam setiap persetujuan proyek REDD+ dan proses MRV, perbaiki hak tenurial masyarakat, terapkan FPIC, sediakan mekanisme penyelesaian konflik pertanahan yang adil, dan perbaiki manajemen pengelolaan keuangan publik di nasional dan daerah Perkuat peranan KPK dalam pencegahan dan penindakan korupsi di sektor PSDA dan REDD+

TERIMA KASIH