REPRODUKSI MEKANIS PADA KARYA SENI DAN KAITANNYA DENGAN PERAN SENIMAN SEBAGAI PRODUSEN

dokumen-dokumen yang mirip
SENI GRAFIS JEMUR. 1. Pendahuluan. Fajar Nurhadi Dr. Tisna Sanjaya, M Sch. Kata Kunci : adaptif, apropriasi, berkesenian, seni grafis, jemur.

PEMAHAMAN DIRI MENGENAI DEFENSE MECHANISM MELALUI BAHASA UNGKAP METAFOR

LANSEKAP VIRTUAL BANDUNG

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis

SENI RUPA MODERN INDONESIA : ANAGLYPH 3D

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

MONOLOG WAJAH. Pendahuluan. Kata Kunci : Drawing, Mimik, Monolog

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

2016 KULINER TRADISIONAL SUNDA DALAM KARYA SENI GRAFIS

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

III. METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERSPEKTIF LAIN DALAM PRESEPSI PERANG DI ERA KINI

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

BAB III METODE PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan

BAB III GAGASAN BERKARYA

Melalui karya ini diharapakan terjadi proses pemahaman akan perbedaan penyikapan penafsiran yang mampu menciptakan hasil yang berbeda-beda.

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

NGALINGU : SEBUAH RELASI ANTAR RUANG

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

A. Implementasi Teoritik

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

REPRESENTASI KEINDAHAN ALAM BENDA

BAB III METODE PENCIPTAAN

KARYA SENI GRAFIS YANG MENARIK DAN KREATIF MELALUI TEKNIK CUKIL

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

DIALOG ANTARA AKU, TUHAN, DAN KELUARGAKU

AMBANG BATAS DELUSI KECEMASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

KONEKSI PUSARAN. 1. Pendahuluan

STUDI MEMORI: IDENTITAS DIRI. 1. Pendahuluan. Kata Kunci: Bermain, Kreativitas, Proses Kreasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek. Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lithografi ditemukan oleh aloys Senefelder (1798) Munich. Sebagai medium artistik dan alat reproduksi gambar.

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Branding

BAB III METODE PENCIPTAAN

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

Seminar Pendidikan Matematika

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

BAB III KONSEP PERANCANGAN

MANIFESTO KEBISINGAN: BANJIRNYA INFORMASI HARI INI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

TANPA TEMBOK.

A. Judul : TELISIK MATERIAL DAN TEKNIK DALAM SENI GRAFIS SEBAGAI SARANA UNGKAPAN VISUAL. Oleh : Luqy Luqman Nul Hakim NIM :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk ekspresi pribadi(

GAMBAR TERAPI DALAM LABIRIN: DIANTARA RUANG

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

SEMESTA WARNA. Abstrak. Abstract. : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry. Kata Kunci : seni lukis, warna, sains, imajinasi

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi digital membawa perubahan yang. membuat hampir semua bidang keilmuan terkena imbasnya.

BAB III METODE PENCIPTAAN

ORIENTASI DALAM SELARAS OPOSISI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB III GAGASAN BERKARYA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PERSIAPAN GRAFIKA

agar mahasiswa mampu memanfaatkan program computer (core/draw, photoshop, page

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian Kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

Transkripsi:

Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa REPRODUKSI MEKANIS PADA KARYA SENI DAN KAITANNYA DENGAN PERAN SENIMAN SEBAGAI PRODUSEN Muhammad Hasnan Habib Aminudin T. H. Siregar, M.Sn Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: hasnankerenz@gmail.com Kata Kunci : instalasi, litografi, produsen, reproduksi mekanis, seniman Abstrak Reproduksi mekanis pada karya seni adalah salah satu hal dasar yang penulis pelajari di studio seni grafis. Latar belakang penulis sebagai pegrafis menumbuhkan ketertarikan untuk menggali berbagai potensi estetik yang ada pada proses reproduksi mekanis sebagai cara untuk memperbanyak jumlah karya seni orisinal. Penulis menemukan kemiripan proses reproduksi mekanis cetak grafis dengan proses kerja sebuah pabrik industri. Peran seniman bagi penulis menjadi mirip dengan peran seorang pekerja manual, yaitu sama-sama sebagai produsen. Hal ini menjadi pondasi atas rasa solidaritas yang dimiliki penulis terhadap kaum pekerja. Penulis ingin menyampaikan melalui karya Tugas Akhir ini sebuah manifestasi atas ideologi yang dimiliki penulis, dengan inspirasi estetik dari bentuk bentuk yang ada pada lingkungan.pekerja di sekitar penulis, serta memanfaatkan potensi multiplikatif yang ada pada proses reproduksi mekanis. Abstract The mechanical reproduction of an artwork is one of the basic principles that the author was taught in the Printmaking Studio. The author s background as a printmaker fosters an interest to explore the aesthetic potential that exists in the process of mechanical reproduction as a way to multiply original artworks. The author found similarities in the mechanical reproduction process of graphic printing with the process of working in an industrial factory. For the author, the role of the artist becomes similar to the role of the manual laborer, who both function as producers. This becomes the foundation for the author s feeling of solidarity with manual laborers. The author wants to convey through this final project a manifestation of his ideology, with aesthetic inspiration from forms that exist in worker environments around the author, and exploit the aesthetic potentials of the possibility of multiplication in the process of mechanical reproduction. 1. Pendahuluan Reproduksi mekanis pada karya seni adalah hal yang familiar bagi penulis sebagai seorang mahasiswa seni grafis. Pada esensinya, semua karya seni grafis konvensional merupakan hasil reproduksi mekanis. Reproduksi mekanis memungkinkan sebuah karya seni untuk berjumlah banyak, masing-masing dengan kualitas yang sama. Hal ini merupakan suatu potensi yang memungkinkan kemudahan komunikasi dan akses pada sebuah karya seni. Potensi ini dapat dimanifestasikan dalam beragam bentuk estetik yang memanfaatkan aspek multiplikatif pada reproduksi mekanis cetak grafis. Sistem reproduksi mekanis pada seni grafis melibatkan prosedur dan pekerjaan manual pada mesin yang memiliki kemiripan dengan sistem kerja pada sebuah pabrik. Setiap usai seharian bekerja keras untuk mencetak karya pada mesin press, penulis merasakan kelelahan sekaligus kepuasan atas hasil kerja yang baik. Oleh karenanya, penulis seringkali merasakan solidaritas terhadap kaum pekerja manual yang ada di masyarakat. Di luar itu, penulis memang kerap menjalin hubungan baik dengan masyarakat kelas pekerja di lingkungan sekitar penulis. Penulis sering mendapatkan inspirasi estetik dari observasi terhadap lingkungan tersebut. Salah satunya adalah komposisi estetik dari barang dagangan yang ada di warung maupun pasar tradisional. Komposisi tersebut memanfaatkan sifat barang dagangan yang berjumlah banyak, sehingga menjadi potensi untuk diaplikasikan pada hasil karya reproduksi mekanis cetak grafis yang berjumlah banyak pula. Penulis hidup di lingkungan dimana peran seniman dalam masyarakat seringkali dipertanyakan oleh orang orang awam. Seniman seolah-olah menjadi sangat misterius dan tidak jelas bagi mereka. Sebagai seorang seniman, penulis selalu merasa perlu untuk mengklarifikasi diri penulis. Penulis menemukan bahwa peran seniman tidak jauh berbeda dari para pekerja pabrik. Keduanya adalah produsen yang memproduksi barang, hanya saja yang diproduksi seniman adalah barang seni. Kemiripan ini tampak begitu nyata bagi penulis ketika penulis menghadapi medium cetak grafis yang melibatkan proses manual dan fisik yang berat. Diantara semua teknik cetak grafis manual yang penulis pelajari, litografi adalah medium yang paling terasa dekat dengan penulis. Matriks yang berupa batu memiliki makna tersendiri bagi penulis. Dalam proses cetaknya, matriks batu dapat digunakan secara berulang-ulang selama bertahun-tahun. Batu menjadi penghubung antara penulis dan seniman seniman terdahulu yang pernah menggambar pada batu yang sama. Gambar yang penulis buat pada batu juga suatu hari

akan dihapus oleh seniman lain. Hal ini mengajarkan penulis untuk menjadi rendah hati terhadap hasil karya tangan penulis. Karya tersebut baru akan menjadi rampung setelah melewati proses cetak. Proses menggambar hanyalah satu bagian awal prosedur dari sebuah sistem. Hal ini mengingatkan penulis bahwa seniman pun juga hanya satu bagian dari sistem yang lebih besar pula. Berdasarkan semua paparan diatas, secara garis besar penulis ingin membuat karya Tugas Akhir yang mengindahkan potensi estetik dari reproduksi mekanis melalui inspirasi yang penulis dapatkan dari visual warung dan pasar tradisional, serta memanifestasikan rasa solidaritas penulis dengan kaum pekerja di masyarakat melalui medium reproduksi mekanis cetak grafis. Rumusan masalah dalam karya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Bagaimana reproduksi mekanis dapat digunakan untuk membuat karya seni yang dapat menandakan adanya kesamaan peran produsen antara seniman dengan masyarakat kelas pekerja, sehingga dapat menjadi suatu pondasi solidaritas bagi diri penulis? Lalu, bagaimana potensi multiplikatif pada reproduksi mekanis cetak grafis dapat digunakan untuk membuat karya seni yang terinpirasi dari bentuk bentuk estetik pada lingkungan masyarakat kelas pekerja? Selanjutnya, batasan masalah dalam karya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Karya dalam bentuk instalasi cetakan aneka visual gambar diatas kertas yang dibuat dan dicetak melalui medium litografi. Visual gambar yang diangkat adalah objek ikan, cabe, beras, dan aneka objek dagangan warung. Objek objek tersebut dipilih karena representatif atas pekerjaan masyarakat kelas pekerja yang ada pada lingkungan di sekitar penulis dan memiliki arti sugestif yang berkaitan dengan isu-isu sosial teraktual. Karya ini diciptakan secara akademis sebagai pemenuhan mata kuliah Tugas Akhir Seni Rupa. Dalam proses pembuatan hingga hasil akhirnya, karya ini adalah penyampaian gagasan ideologis penulis mengenai relasi antara seniman dan masyarakat kelas pekerja, yang dihubungkan oleh proses reproduksi mekanis pada karya seni. 2. Proses Studi Kreatif Pada karya Tugas Akhir ini, penulis menghadirkan instalasi yang terdiri dari cetakan cetakan proses litografi diatas kertas. Gagasan utama karya ini yaitu Reproduksi Mekanis pada Karya Seni dan Kaitannya dengan Peran Seniman sebagai Produsen perlu mengangkat sifat fisik cetakan grafis diatas kertas untuk tampil dominan karena selain untuk mengangkat potensi multiplikatif dari proses cetak grafis, hasil proses reproduksi mekanis cetak grafis juga menandakan posisi seniman sebagai produsen di dalam sebuah sistem produksi yang sedang berlaku di masyarakat melalui kemiripan proses kerjanya dengan proses kerja sebuah pabrik. Dalam fragmen esai Walter Benjamin The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility, disebutkan bahwa kehadiran reproduksi mekanis membuat dampak yang signifikan terhadap karya seni; Dengan mereplikasi sebuah karya seni berkali kali, ia kini memiliki keberadaan yang massal dan tidak lagi unik maupun otentik. Benjamin menyebut fenomena ini sebagai hilangnya aura pada karya seni. Muncullah sebuah potensi demokratisasi pada sebuah karya seni; Suatu kemudahan untuk komunikasi, akses, dan pemahaman massal. Akibatnya, terjadilah proses demistifikasi pada persona seniman dan karyanya. Kini seniman dapat memiliki peran yang jelas peran politis sebagai produsen yang berfungsi dalam suatu sistem produksi. (Benjamin, 1935: 21, 22, 23) Penggunaan medium litografi sebagai teknik reproduksi mekanis pilihan penulis untuk membuat dan mencetak gambar pada kertas selaras secara konseptual dengan gagasan yang ingin penulis sampaikan. Dalam proses pembuatannya, seniman membuat gambar diatas batu lithographic limestone yang kemudian dicetak secara mekanis melalui mesin press pada kertas. Hasil gambar tangan tadi tercetak di kertas sebagai cerminan terbalik (mirror). Gambar diatas batu kemudian dapat dihapus dan digunakan kembali untuk gambar/seniman lain. Observasi penulis terhadap proses cetak litografi menghasilkan analisis sebagai berikut: pada sebuah batu litho, seniman-produsen membuat sebuah gambar yang auratik (unik dan otentik) yang kemudian mengalami proses reproduksi mekanis sehingga menjadi non-auratik (tidak unik dan tidak otentik). Gambar cerminan terbalik pada kertas menandakan proses perpindahan aura pada proses cetak (i.e. hasil gambar tangan seniman bukanlah yang tercetak, ia hanya sebagai cerminan terbaliknya). Seperti pada proses cetak grafis lainnya, hal ini membuat seniman lebih fokus pada presentasi visual karyanya setelah melalui proses cetak, bukan pada proses awal pembuatan gambar tangan pada matriks. Dengan kata lain, seorang seniman grafis menaruh kepentingan yang lebih besar terhadap hasil akhir karyanya Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 2

Nama Penulis ke-1 yang non-auratik. Keunikan proses litografi adalah matriks cetak yang dapat dipakai berulang-ulang (batu litho), dimana gambar yang auratik dihapus lalu diganti oleh gambar seniman lain. Proses inilah yang merupakan manifestasi penting dari peran seniman sebagai produsen, dimana gambar asli tangannya menjadi tidak terlalu signifikan dalam keseluruhan sistem pembuatan karyanya. Penulis menemukan bahwa pengalaman ini memicu kerendah hatian tersendiri dalam diri penulis. Seniman tidak lagi mitis, ia hanyalah produsen dalam sebuah siklus yang lebih besar, seperti halnya seorang pekerja pabrik. Hal ini seolah menguatkan rasa solidaritas penulis dengan kaum pekerja, terutama mereka yang ada di sekitar penulis. Posisi seniman sebagai produsen kerap disebut oleh Benjamin dalam esainya The Author as Producer, sebagai sebuah kesamaan antara seniman (juga penulis dan intelektual lainnya) dengan kaum proletar. Kesamaan ini adalah alasan yang kuat untuk menjalin hubungan solidaritas antara kaum intelektual dengan kaum proletar: intellectuals need to feel solidarity with the proletariat not only in attitude, but as a producer. (Benjamin, 1934: 79, 84, 85) Subject matter dalam gambar yang penulis buat pada batu litho untuk dicetak adalah berbagai objek-objek komoditas sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dibeli dengan satuan yang banyak. Objek-objek tersebut adalah manifestasi dari pekerjaan para produsen-pekerja yang ada dalam lingkungan dimana penulis hidup. Penulis memilih untuk menggambarkan objek objek tersebut sebagai upaya penyamaan manifestasi pekerjaan penulis sebagai seniman. Pilihan ini juga menguatkan kesan visual peran seniman sebagai produsen. Cetakan litografi diatas kertas kemudian penulis disusun menjadi bentuk bentuk instalatif yang menggunakan bantuan objek lain sebagai wadah dari cetakan cetakan kertas tersebut dan menjadi bagian dari hasil akhir karya secara keseluruhan, seperti nampan, bingkai, dan kotak kayu. Proses instalatif ini krusial dalam membentuk upaya kemiripan bentuk dari gambar diatas kertas dengan objek aslinya (e.g. gambar beras dengan beras asli). Bentuk instalasi ini menunjukkan inspirasi estetik dari bentuk-bentuk asli yang ada di pasar tradisional dan di warung, yang dapat di kooptasi dengan efektif melalui jumlah dari hasil cetak grafis yang multiplikatif. Hasil akhir instalasi ini juga seolaholah menjadi sebuah juktaposisi produk dari produsen-seniman dan produk dari produsen-pekerja, yang membentuk sebuah pemahaman akan adanya kesamaan peran diantara keduanya. Cetakan proses litografi diatas kertas menampilkan visual objek ikan, cabe, beras, serta aneka objek dagangan warung seperti air kemasan, minuman ringan, dan rokok. Objek-objek tersebut adalah objek objek komoditas sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dibeli dengan satuan yang banyak. Objek-objek tersebut dipilih karena dekat dengan keseharian masyarakat di lingkungan sekitar penulis, representatif sebagai manifestasi dari pekerjaan mereka, dan memiliki konotasi sugestif yang berkaitan dengan isu-isu sosial teraktual. Semua objek digambar dengan gaya realis yang menunjukkan pendekatan teknis menggambar yang impersonal dan mementingkan akurasi kemiripan yang objektif. Hal ini dilakukan untuk menunjang kesan non-auratik pada karya seniman sebagai produsen yang tidak mementingkan ekspresi kepribadian dalam hasil kerjanya. Penulis memilih untuk mencetak gambar dengan warna monokromatis hitam-putih sebagai pilihan teknis untuk mencapai akurasi kemiripan yang objektif. Ketidakhadiran warna juga membantu penulis untuk menyembunyikan kesan ekspresi kepribadian dalam gambar. Objek-objek digambar pada batu dengan cara mencontoh langsung dari visual objek aslinya sehingga ketika gambar dicetak akan menghasilkan visual yang terbalik (mirror), sebagai tanda atas adanya dua proses yang saling berhubungan pada cetak grafis: proses seniman menggambar pada batu matriks dan proses mencetak hasil akhir karya. Objek ikan diatas kertas dicetak sebanyak 1.200 buah, objek cabe dicetak sebanyak 64.000 buah, dan objek beras dicetak sebanyak 1.008.000 buah. Adapula visual 24 macam objek dagangan etalase warung yang dicetak sebanyak 30 buah per objek. Jumlah cetakan ini dibuat berdasarkan pertimbangan estetis dari komposisi tumpukan kertas yang menjadi hasil akhir karya ini. Masing masing objek tersebut disusun dalam sebuah wadah dengan inspirasi bentuk estetik dari warung dan pasar tradisional. 3. Hasil Studi dan Pembahasan Proses penentuan visual dan komposisi instalasi dimulai dari studi referensi visual dari bentuk bentuk yang ada pada pasar tradisional dan warung. Penentuan objek referensi gambar dan bayangan bentuk akhir instalasi ditentukan berdasarkan pertimbangan estetik penulis. Penulis memilih untuk mengambil referensi objek ikan sarden, cabe, dan beras dari pasar tradisional serta aneka minuman ringan dan rokok dari warung. Objek-objek tersebut akan digambar pada batu lithographic limestone dan dicetak pada kertas dalam jumlah yang banyak. Penulis mengambil komposisi Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 3

instalasi yang dapat mengekspos jumlah kertas yang menumpuk banyak secara efektif, menggunakan aneka wadah rotan dan kayu. Awal proses litografi dimulai dari membersihkan batu litho dari bekas gambar sebelumnya menggunakan alat penggerus levigator dan bubuk carborondum untuk membersihkan pigmen dan lemak dari batu litho. Setelah dibubuhi batas margin dengan campuran gum arabic, batu litho siap untuk digambar. Untuk proses menggambar, penulis menggunakan pensil dermatograph merek Kenko yang telah diasah tajam, sehingga dapat menghasilkan arsir yang tipis dan halus. Usai digambar, batu litho dioles dan ditutup dengan gum arabic untuk mengokohkan lemak hasil goresan dermatograph pada batu. Setelah dibiarkan kering selama 24 jam, batu litho siap untuk dicetak. Gambar pada batu litho kemudian dicetak menggunakan tinta cetak offset merek Peony pada kertas Concorde 250 gsm. Pemilihan kertas didasari oleh faktor biaya, ketersediaan, serta ketebalan kertas yang mumpuni agar dapat disusun bertumpuk sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Hasil cetakan kemudian disimpan dan batu litho dilapisi gum arabic untuk disimpan apabila ingin dicetak kembali. Menganut pada rancangan komposisi instalasi akhir karya, tiap gambar objek hasil cetakan litografi dipotong dan dikomposisikan pada wadah yang telah ditentukan sebelumnya. Proses pencetakan gambar kembali dilakukan apabila penulis perlu menambahkan jumlah gambar untuk mencapai kriteria komposisi instalasi. Gambar objek objek dagangan warung diberi backing styrofoam agar dapat ditempel secara efektif pada bangunan frame kayu yang telah dibuat. Karya Tugas Akhir ini menampilkan instalasi satu ruangan yang dipenuhi dengan hasil cetakan cetakan proses litografi diatas kertas yang disusun secara serempak dalam wadah wadah yang terbuat dari rotan dan kayu. Instalasi objek cetakan bergambar cabe disusun bertumpuk dalam tiga buah wadah rotan dengan ukuran variatif. Instalasi objek cetakan bergambar beras disusun bertumpuk dalam dua buah wadah rotan dan satu buah wadah karung goni dengan ukuran variatif. Instalasi objek cetakan bergambar ikan sarden disusun bertumpuk dalam lima buah wadah kotak kayu dengan ukuran variatif. Instalasi objek cetakan bergambar objek dagangan warung disusun berjejer dalam dua wadah fram kayu berukuran 132 x 73 x 19 cm dan 140 x 128 x 18 cm. Jarak antara satu karya instalasi dengan yang lainnya kurang lebih adalah 60 cm. Karya dipasang dengan tinggi antara 60 hingga 80 cm dari tanah, menggunakan sebuah alas pajang berwarna putih. Ruangan pajang karya menggunakan pencahayaan standar yang ada pada galeri. Gambar 1. Referensi visual warung. Sumber: Dokumentasi pribadi. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 4

Nama Penulis ke-1 Gambar 2. Referensi visual objek beras, ikan, dan cabe. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 3. Pemilihan objek referensi gambar. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 4. Proses menggambar batu litho. Sumber: Dokumentasi pribadi. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 5

Gambar 5. Proses pencetakan litografi pada mesin press. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 6. Contoh hasil cetakan litografi penulis. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 7. Objek objek pada kertas yang telah dipotong. Sumber: Dokumentasi pribadi. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 6

Nama Penulis ke-1 Gambar 8. Cabe. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 9. Beras I. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 10. Beras II. Sumber: Dokumentasi pribadi. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 7

Gambar 11. Ikan. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 12. Warung I. Sumber: Dokumentasi pribadi. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 8

Nama Penulis ke-1 Gambar 13. Warung II. Sumber: Dokumentasi pribadi. Gambar 14. Ruang pajang karya. Sumber: Dokumentasi pribadi. 4. Penutup / Kesimpulan Penulis menyadari bahwa saat ini penggunaan sistem reproduksi mekanis pada karya seni sudah hampir seluruhnya tergantikan oleh sistem reproduksi digital yang lebih canggih. Salah satu gagasan utama penulis yaitu kesamaan peran antara produsen-seniman dan produsen-pekerja sulit untuk diaplikasikan pada teknologi digital yang minim pekerjaan manual. Sedangkan penulis memiliki kepentingan untuk mengekspos pekerjaan manual dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Penulis menyimpulkan hal ini tidak berarti bahwa relevansi karya penulis akan berkurang karena ketinggalan zaman, melainkan bahwa ada nilai nilai penting dalam suatu sistem (reproduksi mekanis manual) yang Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 9

mungkin akan hilang dan tergantikan oleh teknologi yang lebih maju. Tampaknya semangat manual ini masih akan bertahan selama konvensi seni grafis masih berlaku dan diterapkan oleh pegrafis pegrafis di seantero dunia. Selama itu pula, semoga solidaritas antara pekerja dan seniman masih dapat tetap berlangsung. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Aminudin T. H. Siregar, M.Sn. Daftar Pustaka Benjamin, Walter. Diedit oleh Michael W. Jennings, Brigid Doherty, dan Thomas Y. Levin. 2008. The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility, and Other Writings on Media. Cambridge, USA: The Belknap Press of Harvard University Press. Bishop, Claire. 2005. Installation Art and Experience. London, UK: Tate Publishing. Feldman, Edmund B. 1967. Art as Image and Idea. New Jersey, USA: Prentice-Hall Inc. Maxwell, William C. 1977. Printmaking: A Beginning Handbook. New Jersey, USA: Prentice-Hall Inc. Ross, John, Clare Romano, dan Tim Ross. 1990. The Complete Printmaker: Techniques, Traditions, Innovations: Revised and Expanded Edition. New York, USA: The Free Press. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 10

Nama Penulis ke-1 SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. Nama Mahasiswa NIM Judul Artikel diisi oleh mahasiswa Nama Pembimbing Rekomendasi Lingkari salah satu 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD 2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi 3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori diisi oleh pembimbing Bandung,.../.../... Tanda Tangan Pembimbing : Nama Jelas Pembimbing : Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 11