ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS Melly Heidy Suwargany Jurusan Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: mellyheidy@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat merupakan faktor utama yang menyebabkan permasalahan permukiman dan perumahan, dan menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Perkembangan lingkungan permukiman suatu daerah tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk, dari gambaran tersebut terlihat bahwa dengan adanya pertumbuhan penduduk akan berakibat pada peningkatan kebutuhan perumahan atau rumah tinggal (Gunawan, 2002). Metode yang digunakan dalam perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman adalah metode kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan permukiman dalam pemenuhan perumahan untuk masyarakat yang ada pada masingmasing kecamatan di Kabupaten Banyumas. Prediksi kebutuhan ruang permukiman yang dilakukan pada rentang waktu 20 tahun. Hasil Penelitiannya, ketersediaan ruang dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk dalam kategori baik. Dari hasil perhitungan diperoleh 12 Kecamatan termasuk dalam kategori rendah dalam kebutuhan ruang permukiman. Sedangkan Kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas yang termasuk dalam kategori tinggi adalah 15 kecamatan. Kecamatan yang daya tampungnya rendah atau sudah tidak dapat menampung dan mengakomodasi perkembangan ruang permukiman dapat dilakukan dengan pengembangan intensifikasi dengan melakukan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan. Sedangkan kecamatan dengan daya tampung yang masih memadai masih dapat melakukan perkembangan ruang permukiman dengan cara ekstensifikasi. Kata kunci : Kebutuhan Permukiman, Perumahan, Masyarakat PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Penduduk yang selalu berkembang, merupakan faktor utama yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Meningkatnya angka pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan menyebabkan permasalahan ini semakin pelik dan serius. Perkembangan lingkungan permukiman suatu daerah tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk, dari gambaran tersebut terlihat bahwa dengan adanya pertumbuhan penduduk akan berakibat pada peningkatan kebutuhan perumahan atau rumah tinggal (Gunawan, 2002). Kabupaten Banyumas memiliki luas wilayah berupa dataran seluas 1.327,59 km². Kepadapatan penduduk di Kabupaten Banyumas tahun 2015 mencapai 1.232 jiwa/km². 174
Kepadatan peduduk di 27 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Purwokerto Utara dengan kepadatan sebesar 7.050 jiwa/ km² dan terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 430 jiwa/ km². Analisis daya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak (Muta ali, 2015). Ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka secara alamiah terjadi pemilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota (Yunus 1999 dalam Warsono, dkk 2012). Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman yang dijadikan dasar sebagai perencanaan pembangunan permukiman di masa yang akan datang. Beberapa manfaat dalam menghitung proyeksi penduduk yaitu mengetahui keadaan penduduk pada saat ini, yang berkaitan dengan penentuan kebijakan kependudukan serta perbandingan tingkat pelayanan yang diterima masyarakat saat ini dengan tingkat pelayanan yang ideal, mengetahui kebutuhan permukimanan dan fasilitas atau infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat, untuk mengetahui pengaruh berbagai kejadian terhadap keaadaan penduduk di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan permukiman yang ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas, sehingga dapat dilakukan upaya untuk menentukan kebijakan penggunaan lahan serta pengembangan wilayah lebih lanjut. Analisis kebutuhan permukiman adalah bersifat temporal. Perhitungan kebutuhan permukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk tahun 2034 atau 20 tahun kedepan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan permukiman, diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan pembangunan wilayah dan sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan. METODE Metode yang digunakan dalam perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman adalah metode kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data jumlah penduduk, luas wilayah, luas permukiman dan bangunan, luas lahan sawah, luas hutan, pertumbuhan ekonomi, dan menganalisis berbagai referensi seperti artikel ilmiah, jurnal, buku, dan arsip akademis yang menjelaskan temuan, ide atau pendapat, dan konsep atau teori yang berhubungan dengan kebutuhan lahan permukiman di Kabupaten Banyumas. Teknik analisis daya dukung kebutuhan ruang permukiman dengan menggunakan formulasi atau rumus sebagai berikut : Keterangan : DDPm : Daya dukung permukiman 175
JP : Jumlah penduduk α : Koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m²), sedangkan menurut peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 11/PERMEN/M/2008, kebutuhan bervariasi menurut kawasan. LPm : Luas lahan yang layak untuk permukiman (m²), dpat menggunakan beberapa batasan diantaranya : 1. Areal yang layak untuk lahan permukiman adalah di luar kawasan lindung dan kawasan rawan bencana, sehingga: LP LW LKL LKRB : LW-(LKL+LKRB) : Luas wilayah : Luas kawasan lindung : Luas kawasan rawan bencana 2. Menggunakan batasan kelas kemampuan lahan, dimana dapat diasumsikan kelas kemampuan lahan I-IV dapat dan layak digunakan untuk permukiman. Berdasarkan formulasi tersebut dapat diartikan tentang kelayakan daya dukung untuk permukiman yaitu: a. DDP > 1, mampu menampung penduduk untuk bermukim. b. DDP = 1, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim atau membangun rumah dengan luas yang ada. c. DDP < 1, tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim atau membangun rumah dalah wilayah tersebut. Selanjutnya, dengan ditemukannya nilai daya dukung permukiman tersebut, sekaligus dapat dihitung jumlah penduduk optimal (JPo) dan luas lahan optimal (LPmo). HASIL Hasil penghitungan daya dukung untuk kebutuhan permukiman, jumlah penduduk optimal dan ketersediaan serta strategi untuk kebutuhan permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2034 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: A. Daya Dukung untuk Kebutuhan Permukiman Kabupaten Banyumas Tahun 2034. Berdasarkan data yang digunakan untuk menghitung daya dukung kebutuhan permukiman menghasilkan data ketersediaan, kebutuhan dan daya tampung permukiman untuk tahun 2034 di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel 1. 176
Tabel 1. Hasil Perhitungan untuk Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten Banyumas NO KECAMATAN Sumber : Data analisis 2017 Luas Wialayah Ketersediaan Ruang Total kebutuhan ruang permukiman 2034 DAYA TAMPUNG B. Jumlah Penduduk Optimal Kabupaten Banyumas Tahun 2034. DAYA TAMPUNG TH+20 PENGEMBANGAN 1 Lumbir 10266 3076 958 3.211 ekstensifikasi 2 Wangon 6078 4124 782 5.276 ekstensifikasi 3 Jatilawang 4816 1215 1545 0.786 intensifikasi 4 Rawalo 4964 2133 1277 1.670 ekstensifikasi 5 Kebasen 5399 2399 818 2.933 ekstensifikasi 6 Kemranjen 6071 2141 375 5.712 ekstensifikasi 7 Sumpiuh 6001 2651 3040 0.872 intensifikasi 8 Tambak 5203 3071 21507 0.143 intensifikasi 9 Somagede 4011 2697 849 3.175 ekstensifikasi 10 Kalibagor 3573 2404 2180 1.103 ekstensifikasi 11 Banyumas 3809 1673 374 4.472 ekstensifikasi 12 Patikraja 4322 1345 499 2.696 ekstensifikasi 13 Purwojati 3786 2259 1172 1.927 ekstensifikasi 14 Ajibarang 6653 3692 965 3.825 ekstensifikasi 15 Gumelar 9395 3119 759 4.108 ekstensifikasi 16 Pekuncen 9270 4801 2473 1.942 ekstensifikasi 17 Cilongok 10534 4420 6701 0.660 intensifikasi 18 Karanglewas 3248 489 2628 0.186 intensifikasi 19 Kedungbanteng 6022 3971 709 5.604 ekstensifikasi 20 Baturaden 4553 575 81 7.118 ekstensifikasi 21 Sumbang 5342 2176 3279 0.664 intensifikasi 22 Kembaran 2592 473 2884 0.164 intensifikasi 23 Sokaraja 2992 612 2775 0.221 intensifikasi 24 Purwokerto Selatan 1375 309 1182 0.261 intensifikasi 25 Purwokerto Barat 740 20 1213 0.016 intensifikasi 26 Purwokerto Timur 842 27 1710 0.016 intensifikasi 27 Purwokerto Utara 901 552 1501 0.368 intensifikasi Berdasarkan angka daya dukung kebutuhan permukiman dan jumlah penduduk diperoleh jumlah penduduk optimal. Hasil perhitungan tabel 2, dimana memperlihatkan jumlah penduduk optimal yang dapat didukung oleh perumahan untuk kebutuhan permukiman di Kabuapaten Banyumas, sebagai berikut. 177
Tabel 2. Jumlah Penduduk Optimal Kab. Banyumas Tahun 2034 No Kecamatan DDPm JP Jpo 1 Lumbir 3.211 44058 141470.16 2 Wangon 5.276 74911 395196.18 3 Jatilawang 0.786 58416 45935.27 4 Rawalo 1.670 46621 77849.01 5 Kebasen 2.933 57282 168016.17 6 Kemranjen 5.712 64719 369643.05 7 Sumpiuh 0.872 50944 44428.17 8 Tambak 0.143 42616 6085.14 9 Somagede 3.175 32804 104167.57 10 Kalibagor 1.103 47642 52536.67 11 Banyumas 4.472 46382 207443.45 12 Patikraja 2.696 52852 142489.05 13 Purwojati 1.927 31582 60851.04 14 Ajibarang 3.825 93415 357301.05 15 Gumelar 4.108 45910 188612.82 16 Pekuncen 1.942 65730 127624.97 17 Cilongok 0.660 114508 75529.79 18 Karanglewas 0.186 61291 11404.40 19 Kedungbanteng 5.604 53517 299935.21 20 Baturaden 7.118 50124 356777.97 21 Sumbang 0.664 79496 52748.34 22 Kembaran 0.164 77802 12759.21 23 Sokaraja 0.221 81972 18076.13 24 Purwokerto Selatan 0.261 74609 19503.45 25 Purwokerto Barat 0.016 51373 846.81 26 Purwokerto Timur 0.016 58072 917.43 27 Purwokerto Utara 0.368 62290 22908.68 Sumber: Data analisis 2017 Jika jumlah penduduk optimal diperoleh lebih kecil dari jumlah penduduk terdata, maka diperlukan perubahan lahan atau memadatan fungsi lahan, yang dikenal dengan pengembangan intensifikasi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang permukiman masyarakat di Kabupaten Banyumas. C. Ketersediaan dan Strategi Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten Banyumas Tahun 2034. Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk dalam kategori baik. Dari hasil perhitungan, total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas terdapat 12 Kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah perlu strategi intensifikasi. Total kebutuhan ruang permukiman di 178
Kabupaten Banyumas terdapat 15 Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi dengan strategi Ekstensifikasi, bisa dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Ketersediaan kebutuhan ruang permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2034. No Nama Kecamatan Daya Tampung Pengembangan 1 Lumbir, Wangon, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagor, Tinggi Ekstensifikasi Banyumas, Ptikraja, Purwojati, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Kedungbanteng, dan Baturaden. 2 Jatilawang, Sumpiuh, Tambak, Cilongok, Sumbang, Karanglewas, Kembaran, Sokaraja, Purwokerto Selatan, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, dan Purwokerto Utara. Rendah Intensifikasi Sumber: Data Analisis 2017 PEMBAHASAN Wilayah Banyumas seluas 132.758 Ha, sekitar 4.08% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, Kecamatan Cilongok yang merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas adalah 10.534 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Wlayah yang Paling sempit adalah 740 Ha. Kabupaten Banyumas merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 108 meter diatas permukaan laut terletak antara 108⁰39 '17-109 ⁰ 27 '15 Bujur Timur dan 7⁰15 '05" - 7 ⁰ 37 '10 Lintang Selatan. Batas wilayah administratif Kabupaten Banyumas adalah: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah timur Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga : Kabupaten Cilacap : Kabupaten Kebumen : Kabupaten Cilacap Pertumbuhan penduduk dan perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyumas yang cukup pesat menjadi salah satu pemicu adanya alih fungsi lahan dari sektor pertanian menjadi sektor non pertanian, salah satunya untuk permukiman. Indikasi perkembangan terjadi pertumbuhan meliputi tingkat kepadatan penduduk dan berkembangnya perumahan baru, serta terdapat fenomena perkembangan permukiman dengan kondisi lingkungan perumahan yang teratur maupun tidak teratur, sebagai bentuk lingkungan perumahan yang menurun daya dukungnya. Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang- Undang ini menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana 179
lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 1, Kecamatan-kecamatan yang memiliki daya dukung rendah disebabkan beberapa hal. Proyeksi kebutuhan ruang permukiman menjadi salah opsi untuk dijadikan dasar sebagai perencanaan pengembangan wilayah agar tercipta pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk dalam kategori baik. Total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas terdapat 12 Kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah perlu strategi intensifikasi. Total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas terdapat 15 Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi dengan strategi Ekstensifikasi. Peta Kebutuhan ruang Permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2035, bisa dilihat di lampiran gambar 1. Kabupaten Banyumas telah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan I atau sebagai Pusat Kegiatan. Wilayah Pusat Kegiatan di Perkotaan Purwokerto yaitu, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan, dan Purwokerto Utara termasuk dalam Hirarki I. Wilayah yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan menjadi salah satu pengaruh terbesar tumbuhnya sektor industri atau sektor lainnya, sehingga kebutuhan ruang permukiman semakin lama semakin tinggi. Hasil dari proyeksi kebutuhan ruang permukiman menjadi salah satu cara yang dijadikan dasar sebagai perencanaan pengembangan wilayah sehingga tercipta pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Strategi yang dapat diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan ruang permukiman pada kecamatan yang memiliki daya dukung rendah atau kebutuhan ruang yang tinggi yakni dengan strategi Intensifikasi. Teknik intensifikasi yaitu mengalokasikan tambahan kebutuhan ruang pada alokasi ruang yang telah ada dengan cara pemadatan fungsi dan kegiatan secara lebih intensif, contohnya pembangunan vertikal. Alokasi ruang permukiman intensifikasi dilakukan pada kecamatan yang sudah tidak mampu atau mengakomodasi perkembangan wilayah. Intensifikasi dapat dilakukan dengan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan. Pemadatan fungsi lahan juga dapat dilakukan dengan pembangunan vertikal seperti pada permukiman atau pertokoan. Strategi yang diterapkan untuk kebutuhan ruang permukiman pada Kecamatan yang memiliki daya dukung tinggi atau kebutuhan ruang yang rendah maka dilakukan teknik ekstensifikasi. Teknik ekstensifikasi adalah mengalokasikan tambahan kebutuhan ruang secara ekstensif dengan cara pembangunan menjalar ke arah horizontal atau mengalokasikan nya secara ekstensif dengan cara meloncat pada lokasi lain di luar fungsi dan kegiatan yang telah ada ke arah lokasi baru. Konteks pembangunan vertikal dan horizontal. Pembangunan tipe perumahan vertical adalah unit hunian yang terletak pada bangunan 1-4 lantai yang terdiri dari sejumlah unit hunia, dan unit hunian yang terletak pada bangunan dengan ketinggian diatas 5 lantai yang terdiri dari sejumlah unit hunian. Pembangunan tipe perumahan horizontal yaitu rumah yang terpisah dan berdiri sendiri, rumah kopel dua unit rumah yang saling menempel dan rumah deret unit rumah atau lebih yang saling menempel pada sisinya. 180
Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman tentu tidak lepas dari berbagai kendala, yang antara lain dapat berupa (Sasta, S dan E, Marlina. 2006): 1. Terbatasnya lahan yang tersedia 2. Rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat 3. Terbatasnya informasi 4. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah Latar belakang kebijakan umum pembangunan perumahan, sesuai UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman: 1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia; 2. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan; 3. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna; 4. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan 5. Mendorong iklim investasi asing. Dengan demikian, hasil analisis terkait kebutuhan ruang permukiman dalam pemenuhan perumahan untuk masyarakat di Kabupaten Banyumas, diharapkan manjadi informasi awal untuk melakukan tindak lanjut terkait dengan pembangunan permukiman berkelanjutan. Keberhasilan suatu program pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh kebijakan seorang pemimpin terkait rencana pembangunan, baik jangka menengah atau jangka panjang. KESIMPULAN Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas pada tahun 2034 termasuk dalam kategori baik. Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Dari hasil perhitungan total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas yaitu 12 Kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah, dan 5 Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi. Kecamatan yang daya tampungnya rendah atau sudah tidak dapat menampung dan mengakomodasi perkembangan wilayah, sehingga dilakukan pengembangan intensifikasi dengan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan. Sedangkan kecamatan dengan daya tampung yang masih memadai masih dapat melakukan perkembangan wilayah secara ekstensifikasi. Analisa daya tampung wilayah ini dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan penataan ruang wilayah agar dapat tercipta wilayah dengan perkembangan dan pembangunan yang berkelanjutan. 181
DAFTAR PUSTAKA Iriani Lia. 2016. Proyeksi Daya Dukung lahan terhadap kebutuhan rumah di Kota Tanggerang Selatan. Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman. Muta ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Pemerintah Kabupaten Banyumas. 2016. Banyumas dalam angka tahun 2016. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Banyumas 2011-2031. Bappeda Kabupaten Banyumas. UU RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Warsono, A., Soetomo, S., & Wahyono, H. (2012). Perkembangan Pemukiman Pinggiran Kota pada Koridor Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman. Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 1(1), 19 23. Lampiran Gambar 1. Peta Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2034 182