IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. Wilayah ini terletak di bagian barat daya Provinsi Jawa Tengah. Sebagian wilayah ini terletak di jalur selatan Pulau Jawa yang menghubungkan daerah Yogyakarta dengan Jawa Barat bagian selatan dan Cirebon di bagian utara. Wilayah BARLINGMASCAKEB secara geografis terletak diantara 0 ' 0 ' bujur timur dan 0 ' 0 ' lintang selatan, dengan batas administrasi dan fisiografis: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal dan Brebes; Sebelah timur dengan Kabupaten Wonosobo dan Purworejo; Sebelah selatan dengan samudera Indonesia; dan sebelah barat dengan Provinsi Jawa Barat. Wilayah BARLINGMASCAKEB memiliki luas 6,480 km atau sekitar 0.54 persen dari total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara topografi, wilayah BARLINGMASCAKEB terletak pada ketinggian antara 5 m 1633 m dengan karekteristik daerah dataran rendah sampai daerah pegunungan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 0 Ketinggian Wilayah BARLINGMASCAKEB No Kabupaten Ketinggian Elevasi di Atas Permukaan Laut (m dpl) Karakteristik Wilayah 1 Banjarnegara m Daerah Perbukitan dan Dataran Rendah Purbalingga m Daerah Perbukitan dan Dataran Rendah 3 Banyumas m Daerah Perbukitan dan dataran Rendah 4 Cilacap m Daerah Perbukitan dan Dataran Rendah 5 Kebumen 5-00 m Daerah Perbukitan dan Dataran Rendah Sumber: Kabupaten dalam angka tahun 010 diolah.

2 86 Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah perbukitan dan dataran rendah. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Batur dengan ketinggian rata-rata m dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Purworejo Klampok dengan ketinggian rata-rata 44 m di atas permukaan laut. Kabupaten Purbalingga merupakan daerah perbukitan dan dataran rendah. Wilayah tertingggi berada di Kecamatan Karangreja sedangkan wilayah terendah berada di wilayah Kecamatan Kalimanah. Kabupaten Banyumas merupakan daerah perbukitan dan dataran rendah dengan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Baturaden sedangkan wilayah terendah berada di Kecamatan Purwokerto Selatan. Kabupaten Cilacap merupakan daerah dataran rendah dengan wilayah tertinggi berada di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-rata 198 m dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian rata-rata 5 m dari permukaan laut. Sedangkan Kabupaten Kebumen merupakan daerah dataran rendah dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah. Secara administratif Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap masuk dalam wilayah eks Karesidenan Banyumas (sekarang menjadi Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Wilayah Kabupaten/Kota Wilayah III Provinsi Jawa Tengah), sedangkan Kabupaten Kebumen masuk dalam wilayah eks Karesidenan Kedu. Oleh karena itu, lima kabupaten ini merupakan daerah yang saling berdekatan dan memiliki keterkaitan antar kabupaten yang sangat erat. Dengan karakteristik wilayah yang beragam kelima kabuapten ini dapat saling mendukung dalam upaya pengembangan potensi ekonominya. Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas dengan wilayah yang sebagian berupa tanah dataran tinggi merupakan penghasil produk pertanian yang potensial seperti kentang, kubis dan stroberi pemasarannya dapat dikembangkan secara lokal termasuk ke Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen yang tidak memiliki potensi produk pertanian tersebut. Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap dengan karakteristik daerah pesisir memiliki potensi perikanan laut yang cukup bagus. Dengan kerjasama yang baik produk ini dapat dipasarkan secara lokal di lima kabupaten yang

3 87 berdekatan sehingga memperoleh keuntungan ekonomis dari sisi biaya pemasaran. Dengan kerjasama yang baik Kabupaten Banyumas sebagai simpul jalur transportasi darat dari kelima kabupaten dapat dikembangkan sebagai daerah perdagangan yang memasok berbagai kebutuhan ekonomi dari kabupaten lainnya. Sedangkan Kabupaten Cilacap yang memiliki akses pemasaran yang baik karena memiliki sarana pelabuhan laut dan udara dapat dikembangkan menjadi daerah industri pertanian atau yang lainnya dengan sumber pasokan bahan mentah yang berasal dari kabupaten lain. Apabila berbagai peluang tersebut dapat dilakukan maka perekonomian wilayah di kawasan BARLINGMASCAKEB akan dapat berkembang. 4.. Indikator Kependudukan Jumlah dan Perkembangan Penduduk Wilayah BARLINGMASCAKEB memiliki luas km atau sekitar 0,54 persen dari total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk mencapai jiwa pada tahun 009. Jumlah penduduk tinggi terdapat di kabupaten yang berada di wilayah Central Bisnis District (CBD) seperti Kabupaten Cilacap, Banyumas dan Kebumen. Ketiga kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki hierarkhi wilayah perdagangan dan industri yang tinggi. Lokasi dari ketiga kabupaten ini berada di jalur transportasi utama darat, laut dan udara di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten Cilacap memiliki jumlah penduduk mencapai jiwa, Kabupaten Banyumas berpenduduk sebanyak jiwa dan Kabupaten Kebumen berpenduduk sebanyak jiwa. Sedangkan dua kabupaten lainnya yaitu Purbalingga dan Banjarnegara jumlah penduduknya di bawah jiwa ( lampiran 1).

4 88 1,50,856 95, ,369 1,744,18 1,553,90 Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Sumber: Kabupaten dalam angka tahun 010 diolah. Gambar 7 Jumlah Penduduk Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 009 Berdasarkan data tahun 009 tingkat pertumbuhan penduduk kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB cukup rendah. Kabupaten Banjarnegara memiliki tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,88 persen, Kabupaten Purbalingga 0,57 persen, Kabupaten Cilacap 0,34 persen, Kabupaten Kebumen 0,76 persen, bahkan di Kabupaten Banyumas tingkat pertumbuhan penduduknya 1,86 persen. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banyumas tingkat pertumbuhan penduduk minus di kabupaten ini disebabkan karena dilakukannya pemutahiran kepemilikan KTP. Longgarnya prosedur pembuatan KTP di Kabupaten Banyumas menimbulkan banyak penyimpangan sehingga banyak penduduk yang kemudian memiliki KTP ganda. Setelah dilakukan pemutahiran data kependudukan menyebabkan jumlah penduduk Kabupaten Banyumas menjadi berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk di wilayah ini lebih banyak disebabkan oleh faktor alami. Mata pencaharian penduduk lebih banyak bergantung pada sektor pertanian sehingga migrasi sangat jarang terjadi.

5 Pertumbuhan Penduduk Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Sumber: Kabupaten dalam angka tahun 010 diolah. Gamba 8 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun Distribusi dan Kepadatan Penduduk Distribusi dan kepadatan penduduk di wilayah BARLINGMASCAKEB pada tahun 009 dapat dilihat pada tabel lampiran 1. Kabupaten Banjarnegara dengan wilayah seluas 1.069,71 km memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduknya mencapai 865 jiwa/ km. Kabupaten Banjarnegara terbagi dalam 0 kecamatan. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Banjarnegara yang mencapai.311 jiwa/ km sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Pandanarum yang hanya mencapai 375 jiwa/ km. Apabila dilihat dari jumlah penduduknya, Kecamatan Punggelan memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Banjarnegara yaitu mencapai 7.09 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pandanarum dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa.

6 Jiwa/Km Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 010 diolah. Gambar 9 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 009. Kabupaten Purbalingga dengan luas wilayah 663,18 km terbagi ke dalam 18 kecamatan. Dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa rata-rata kepadatan penduduknya adalah jiwa/ km. Dari 18 kecamatan yang ada jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Mrebet yaitu mencapai jiwa, disusul Kecamatan Bukateja sebanyak jiwa dan Kecamatan Rembang dengan jumlah penduduk jiwa berada diurutan ketiga, sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Karangjambu dengan jumlah penduduk hanya sebanyak jiwa. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya peringkat tertinggi diduduki oleh Kecamatan Purbalingga dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai jiwa/ km, sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah berada di Kecamatan Karangreja sebanyak 841 jiwa/ km. Wilayah Kabupaten Banyumas terbagi ke dalam 7 kecamatan dengan luas wilayah mencapai 1.38 km. Dari 7 kecamatan yang ada Kecamatan Cilongok merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar 105,34 km. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 7,40 km. Berdasarkan jumlah penduduknya Kecamatan Cilongok memiliki jumlah

7 91 penduduk terbanyak yaitu mencapai sebanyak jiwa dan Kacamatan Purwojati memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu sebanyak jiwa. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, dari 7 kecamatan yang ada Kecamatan Purwokerto Timur memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Banyumas yaitu mencapai jiwa/ km. Sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah berada di Kecamatan Lumbir dengan kepadatan penduduk sebanyak 4 jiwa/ km. Luas wilayah Kabupeten Cilacap mencapai.139 km dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Kabupaten Cilacap terdiri atas 4 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Majenang sebanyak jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Kampung Laut sebanyak jiwa. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Cilacap Selatan menduduki peringkat teratas dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai jiwa/ km sedangkan Kecamatan Kampung Laut memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu hanya 115 jiwa/ km. Kabupaten Kebumen memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa, dengan luas wilayah mencapai 1.81 km tingkat kepadatan penduduknya mencapai 976 jiwa/ km. Kabupaten Kebumen terbagi ke dalam 6 kecamatan dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Kebumen sebanyak jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Padureso dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Kebumen menduduki peringkat teratas dimana tingkat kepadatan penduduknya mencapai.939 jiwa/ km sedangkan Kecamatan Sadang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling rendah yaitu hanya 366 jiwa/ km 4.3. Indikator Pengembangan Sumberdaya Manusia Indeks Pembangunan Manusia Untuk mengetahui kinerja pembangunan manusia suatu negara atau wilayah, UNDP (United Nations Development Programme) merumuskan suatu indikator yang dinamakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

8 9 Development Index (HDI). IPM mengukur pencapaian keseluruhan pembangunan manusia dari suatu negara atau daerah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu dimensi lamanya hidup yang diukur berdasarkan angka harapan hidup pada saat lahir, kemudian dimensi pendidikan yang diukur berdasarkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta dimensi kualitas stándar hidup yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli. Ketiga indikator IPM tersebut merepresentasikan kualitas kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, serta stándar hidup masyarakat. Semakin tinggi angka IPM suatu wilayah menunjukkan keadaan wilayah yang bersangkutan semakin baik Persentase Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Jawa Tengah Tahun Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Jawa Tengah Sumber: Bappeda Kabupaten Tahun 009. Gambar 10 Perkembangan IPM Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB dan Provinsi Jawa Tengah Data dari lima kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB menunjukkan bahwa dari tahun 006 sampai dengan tahun 008 nilai IPM di masing-masing kabupaten menunjukkan peningkatan. Hal ini memberikan arti bahwa hasil pembangunan yang dilakukan di lima kabupaten ini dari tahun ke

9 93 tahun secara relatif telah dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Capaian ini menempatkan lima kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB pada kategori menengah atas tingkat capaian pembangunan manusianya. UNDP mengelompokkan tingkat pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam beberapa kategori, yaitu kategori rendah (0 IPM < 50), kategori menengah bawah (50,01 IPM < 66), kategori menengah atas (66,01 IPM <80) dan kategori tinggi (80,01 IPM 100). Jika dibandingkan diantara kelima kabupaten, dari tahun ke tahun Kabupaten Banyumas memiliki nilai IPM tertinggi diantara empat kabupaten lainnya. Namun, jika dibandingkan dengan nilai IPM Provinsi Jawa Tengah nilai IPM kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB masih lebih rendah, kecuali untuk Kabupaten Banyumas pada tahun 006 dan 007 nilai IPM-nya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai IPM di tingkat provinsi. Tabel 1 Perkembangan IPM Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB dan Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Tahun Angka harapan Hidup (Tahun) Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Jawa Tengah Pendidikan IPM Paritas Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Daya Beli (000) (%) (Tahun) ,93 89,30 6,83 68, , ,30 89,98 6,85 70, Sumber: Bappeda Kabupaten Tahun 009.

10 94 Apabila dilihat dari indeks komposit pendidikan yang diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, Kabupaten Purbalingga, Banyumas dan Cilacap memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen. Angka melek huruf di Kabupaten Purbalingga, Banyumas dan Cilacap mencapai lebih dari 90 persen, artinya lebih dari 90 persen penduduk di ketiga kabupaten tersebut telah memiliki kemampuan baca dan tulis. Sedangkan kemampuan baca dan tulis penduduk di Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen angkanya kurang dari 90 persen. Dari indikator rata-rata lama sekolah, Kabupaten Banjarnegara memiliki nilai paling rendah yaitu di bawah enam tahun. Artinya rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Banjarnegara tidak tamat sekolah dasar. Sedangkan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen lebih dari enam tahun. Artinya rata-rata tingkat pendidikan di ke empat kabupaten tersebut telah menamatkan pendidikannya di tingkat sekolah dasar. Dilihat dari tingkat paritas daya beli masyarakat di kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB memiliki tingkatan yang hampir sama dengan kondisi di tingkat provinsi. Namun, paritas daya beli masyarakat di Kabupaten Kebumen adalah yang paling rendah yaitu kurang dari 600 ribu rupiah. Sedangkan paritas daya beli di kabupaten lainya berada di atas 600 ribu rupiah Angka Kemiskinan Untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia juga dapat dilihat dari tingkat kemiskinan masyarakat dalam suatu wilayah. Data di lapangan menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di kelima kabupaten rata-rata lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin di tingkat provinsi.

11 95 Persentase Tahun Sumber: Bappeda Kabupaten Tahun 010. Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Jawa Tengah Gambar 11 Persentase Penduduk Miskin di BARLINGMASCAKEB dan Jawa Tengah. Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penduduk miskin terbanyak dari lima kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB berada di Kabupaten Purbalingga dan Kebupaten Kebumen, disusul Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas, sedangkan Kabupaten Cilacap memiliki persentase jumlah penduduk miskin paling rendah. Selama periode tahun 003 sampai dengan tahun 009 ratarata penduduk miskin di Kabupaten Banjarnegara sebesar 6,06 persen, sedangkan di Kabupaten Purbalingga mencapai 9,59 persen, di Kabupaten Banyumas sebesar,33 persen, sementara di Kabupaten Cilacap rata-rata jumlah penduduk miskin lebih rendah lagi yaitu hanya sebesar 1,84 persen dan di Kabupaten Kebumen rata-rata jumlah penduduk miskin cukup tinggi yaitu mencapai 9,73 persen, sedangkan di tingkat Provinsi Jawa Tengah rata-rata jumlah penduduk miskin hanya sebesar 0,4 persen Indikator Perekonomian Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor tersebut.

12 96 Selama periode tahun 005 sampai dengan tahun 009 struktur ekonomi Kabupaten Banjarnegara menggantungkan diri pada sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 005 mencapai 38,87 persen, tetapi jumlah ini menurun menjadi 36,91 persen pada tahun 009. Sumbangan sektor lain yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Banjarnegara berasal dari sektor jasa yaitu mencapai 17,01 persen pada tahun 005 dan terus meningkat mencapai 18,83 persen pada tahun 009. Sektor industri memberi kontribusi sebesar 14,74 persen pada tahun 005 namun menurun menjadi 13,59 persen pada tahun 009. Sektor perdagangan memberi kontribusi terhadap membentukan PDRB sebesar 13,5 persen namun menurun menjadi 1,70 persen pada tahun 009. Struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga bertumpu pada sektor pertanian, pada tahun 005 kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB mencapai 35,57 persen. Meskipun mengalami penurunan kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDRB di Kabupaten Purbalinnga pada tahun 009 masih cukup tinggi yaitu mencapai 3,80 persen. Sektor perdagangan juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga. Pada tahun 005 sektor ini memberikan sumbangan bagi pembentukan PDRB sebesar 18,5 persen dan jumlahnya terus meningkat mencapai 18,47 persen pada tahun 009. Sektor lain yang juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhhan ekonomi di Kabupaten Purbalingga adalah sektor jasa. Sektor ini menyumbang 16,8 persen terhadap PDRB pada tahun 005 dan terus meningkat menjadi sebesar 17,63 persen pada tahun 009. Di Kabupaten Banyumas, meskipun jumlahnya semakin menurun sektor pertanian masih menjadi penopang utama struktur ekonomi di kabupaten tersebut. Pada tahun 005 sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB mencapai,6 persen, namun jumlahnya semakin menurun hingga 1,60 prsen pada tahun 009. Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar bagi pembentukan struktur ekonomi di Kabupaten Banyumas adalah sektor industri, perdagangan angkutan dan komunikasi serta jasa. Sektor industri memberikan kontribusi sebesar 17,16 persen terhadap PDRB pada tahun 005, namun menurun pada tahun 009 menjadi hanya 15,96 persen. Sektor jasa kontribusinya terhadap

13 97 pembentukan PDRB mencapai 15,58 persen dan terus meningkat menjadi 16,86 persen pada tahun 009. Sedangkan sektor perdagangan memberikn kontribusi sebesar 14,60 persen pada tahun 005 dan meningkat menjadi 15,08 persen pada tahun 009. Sementara sektor angkutan dan komunikasi memberikan sumbangan sebesar 10,54 persen pada tahun 005, sedangkan pada tahun 009 sektor ini menyumbang sebesar 10,48 persen. Penyumbang terbesar pembentukan struktur ekonomi di Kabupaten Cilacap diberikan oleh sektor pertanian, perdagagan dan industri. Sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Cilacap mencapai 34,75 persen pada tahun 005, namun jumlahnya menurun menjadi 3,71 persen pada tahun 009. Penyumbang terbesar kedua setelah sektor petanian adalah sektor perdagangan, dimana sektor ini menyumbang sebesar 0,1 persen pada tahun 005 dan meningkat menjadi 0,95 persen pada tahun 009. Sementara sektor industri memberi kontribusi pada pembentukan PDRB sebesar 19,56 persen pada tahun 005 dan pada tahun 009 sumbangan sektor ini mecapai 19,7 persen. Hampir sama dengan kabupaten yang lainnya, struktur ekonomi Kabupaten Kebumen ditopang oleh sektor pertanian, jasa dan perdagangan. Kontribusi terbesar masih diberikan oleh sektor pertanian yaitu mencapai 39,81 persen pada tahun 005 dan sedikit menurun pada tahun 009 yaitu sebesar 38,03 persen. Sektor jasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar dalam struktur ekonomi di Kabupaten Kebumen. Besarnya sumbangan sektor ini mecapai 19,59 persen pada tahun 005 dan terus meningkat mencapai 0,48 persen pada tahun 009. Sedangkan sumbangan sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Cilacap cukup stabil yaitu sebesar 11,35 persen pada tahun 005 sedangkan pada tahun 009 sumbangan sektor ini sebesar 11,34 persen Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai di suatu daerah.

14 Persentase Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tahun 010. Kabupaten Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Laju pertumbuhan ekonomi di lima kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB secara umum menunjukkan kenaikan yang berfluktuatif. Selama periode tahun 006 sampai dengan 009 tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara berkisar antar 4 persen sampai 5 persen. Di Kabupaten Purbalingga rata-rata tingkat perrtumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5 persen, hanya pada tahun 007 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga mencapai 6 persen. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyumas selama periode tersebut selalu mengalami peningkatan dari sebesar 4,48 persen pada tahun 006 menjadi 5,49 persen pada tahun 009. Di Kabupaten Cilacap laju pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut juga selalu mengalami peningkatan dari sebesar 4,16 persen pada tahun 006 menjadi sebesar 5,09 persen. Sedangkan di Kabupaten Kebumen laju pertumbuhan ekonomi bersifat fluktuatif. Pada tahun 006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen hanya sebesar 3,79 persen, meningkat menjadi 4,5 persen pada tahun 007 dan kembali meningkat pada tahun 008 menjadi 5,61 persen, namun pada tahun 009 tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan hanya menjadi sebesar 3,94 persen.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan. Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan. Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman Hindia-Belanda hinga tahun 1950-an. Dalam Karesidenan terdiri

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 LAMPIRAN 223 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 Kabupaten No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan (jiwa/ km2)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi. BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Banyumas 1. Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu daerah merupakan salah satu tindakan guna mewujudkan tujuan negara dalam bidang perekonomian berupa kemakmuran. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7 o 12 sampai 7 o 31 Lintang Selatan dan 109 o 20 sampai 109 o 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia tentu memiliki tujuan atau keinginan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi. Untuk mencapai tujuan itu pemerintah pada suatu negara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 Lintang Selatan dan antara 108 30 dan 111 30 Bujur Timur (temasuk Pulau Karimunjawa). Sebelah

Lebih terperinci

POTRET BREBES-KU (CATATAN KECIL MENJELANG HUT BREBES KE 337) Moh. Fatichuddin Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) BPS Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes terletak disepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

pendidikan juga terbatas. Gunardo (2014) menjelaskan daerah dataran rendah memiliki pembangunan infrastruktur transportasi yang masif dibandingkan

pendidikan juga terbatas. Gunardo (2014) menjelaskan daerah dataran rendah memiliki pembangunan infrastruktur transportasi yang masif dibandingkan BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau lebih dikenal dengan MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH

PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH 1 A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Tengah terletak 5 o 40' dan 8 o 30' Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur. Provinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh dua Propinsi

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci