BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Health Organization, 2015). Ciri-ciri bayi baru lahir yang sehat adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

Komponen 2 HPEQ Project: Standarisasi Lulusan Profesi Kesehatan dengan Ujian Nasional

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN I.A.

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

Pelatihan Penguji OSCE

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas

BAB III METODE PENILITIAN. quasi eksperimen dengan times series design. Kelompok eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sub-komponen pada Komponen 2

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat. terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan

MODUL PELATIHAN PELATIH PASIEN STANDAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. penelitian quasi eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test post

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK. UGM) menerapkan metode Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy eksperimental design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

Petunjuk pengisian : berilah tanda (V) untuk jawaban saudara. : Sangat Tidak Setuju : Tidak Setuju : Setuju : Sangat Setuju No Pernyataan SS S TS STS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

Standard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Mulia Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL ITEM DEVELOPMENT OSCE KEDOKTERAN GIGI WILAYAH BARAT KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian analitik eksperimental dengan desain random control trial (RCT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi

Workshop Penulisan Soal Uji Kompetensi - Objective Structured Clinical Examination (UK-OSCE) bagi Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

4. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. akan dijadikan dalam dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Pemilihan

Kolegium Dokter Gigi Indonesia

BAB I PENDAFTARAN PRAKTIKUM Pasal 1 : SYARAT. Pasal 2 : MEKANISME

Pengawasan dan Perijinan Tenaga Kesehatan: Peran berbagai stakeholder dengan studi kasus di Yogyakarta Konsultan Regulasi PHP-1, Bank Dunia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan praktik dan siap untuk merawat pasien (Casey et al., 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PASIEN STANDAR KEDOKTERAN WILAYAH I KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

Materi Uji Kompetensi. Endang W. Jakarta,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu tujuan. Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Komentar dan Rekomendasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan penilaian/sikap yang diperlukan dalam melakukan praktik keperawatan yang aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi perawat dalam eliminasi feses adalah perawatan kolostomi. Walaupun bukan perawat spesialis stoma, seorang perawat harus memahami perawatan kolostomi pada pasien (Salome et al., 2014). Kolostomi adalah lubang artifisial yang dibuat pada kolon untuk menyalurkan feses keluar tubuh (Yagnik, 2007). Sumber lain menyatakan stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit (Grace & Borley, 2006). Pembentukan stoma dilakukan melalui operasi setelah itu dipasang kantong kolostomi. Pemasangan dan penggantian kantong kolostomi merupakan bagian dari perawatan kolostomi. Perawat memberikan praktik keperawatan dan dukungan sosial pada periode awal post operasi (Thorpe et al., 2014). Namun, Jonkers et al. (2012) dan Salome et al. (2014) menambahkan peran perawat pada pasien kolostomi tidak hanya pada tahap post operasi tetapi juga pre operasi dalam hal memberikan konseling perawatan kolostomi. Ini menandakan bahwa perawat memiliki peranan yang penting pada pasien yang akan dan telah menjalani operasi pembentukan kolostomi. Berdasarkan Kann (2008), penerapan perawatan kolostomi yang benar dapat mencegah terjadinya komplikasi iritasi kulit peristomal pada pasien dengan 1

2 kolostomi. Iritasi kulit merupakan insidensi komplikasi paling banyak terjadi pada pasien kolostomi mencapai 55% dibandingkan dengan komplikasi lain seperti nekrosis (20%), perdarahan (14%), dan retraksi (9%) (Jonkers et al., 2012). Jonkers et al. (2012) juga menjelaskan bahwa komplikasi seperti nekrosis, abses, fistula, dan hernia parastomal, dan retraksi dapat ditangani melalui operasi ulang. Sementara iritasi kulit peristomal dapat dicegah melalui perawatan yang baik dan benar (Kann, 2008; Hyman & Nelson, 2012). Banyak pasien yang merasa kurang percaya diri dan nyaman ketika harus melakukan perawatan kolostomi sendiri sehingga bergantung kepada perawat (Thorpe et al., 2014). Para perawat memperoleh prinsip-prinsip perawatan kolostomi sejak menempuh pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan merupakan awal dari seorang perawat menimba ilmu untuk mempersiapkan dunia kerja. Lulusan pendidikan keperawatan dituntut menguasai pengetahuan, memiliki sikap, dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi (Simamora, 2008). Pengetahuan, sikap, dan keterampilan didapatkan mahasiswa keperawatan melalui berbagai metode pembelajaran contohnya kuliah, diskusi kelompok, demonstrasi, simulasi, dan role play (Bastable, 2002). Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan untuk pembelajaran keterampilan kolostomi adalah metode pembelajaran keterampilan di laboratorium (Skill Lab). Skill Lab adalah suatu laboratorium yang dirancang untuk pembelajaran dan evaluasi semua tingkatan mahasiswa kesehatan yang menyediakan tempat ideal untuk berlatih keterampilan klinik (Uniformed Services University Val G.

3 Hemming Simulation Center 2014, Clinical Skill lab ). Kompetensi dalam melakukan keterampilan harus dievaluasi secara periodik maupun dilakukan setiap akhir tahun ajaran (Oermann, 2015). Metode evaluasi kompetensi keterampilan yang banyak digunakan oleh institusi pendidikan kesehatan di Indonesia bahkan di dunia adalah Objective Structured Clinical Examination (OSCE). OSCE disusun pertama kali oleh Harden et al. pada tahun 1975. OSCE adalah serangkaian keterampilan klinik yang telah ditentukan dan kemudian tiap mahasiswa secara bergantian melakukannya (Newble, 1988). Mahasiswa dinilai oleh penguji dengan menggunakan checklist saat OSCE berlangsung. (Harden et al., 1975). Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) merupakan salah institusi pendidikan keperawatan yang menggunakan checklist sebagai instrumen penilaian dalam OSCE. Salah satu keterampilan yang diujikan pada OSCE adalah perawatan kolostomi. Keterampilan kolostomi dipelajari pada blok 2.6 Elimination, Fluid, & Electrolyte dan diujikan pada tahun kedua (Haryani, et al., 2015). Penggunaan checklist sebagai suatu alat evaluasi suatu keterampilan perlu memperhatikan validitas dan reliabilitas untuk memastikan akurasi dan konsistensi dari checklist tersebut (Peyre et al., 2010). Ini menandakan bahwa suatu checklist harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik sehingga penilaian benar-benar mengukur yang seharusnya diukur dan konsisten.

4 Berdasarkan informasi dari pengelola skills lab PSIK FK UGM, terdapat masalah yang sering terjadi dalam pelaksanaan OSCE yaitu penguji OSCE yang telah dijadwalkan tidak bisa datang sehingga penguji OSCE digantikan oleh dosen/perawat klinik yang masih dalam bidang keilmuan yang sama. Namun, beberapa kali penguji OSCE yang menggantikan bukan merupakan penguji dengan bidang keilmuan yang sama. Melihat kondisi seperti ini seharusnya checklist OSCE PSIK memiliki tingkat interrater reliability (IRR) yang baik. Interrater reliability merupakan estimasi reliabilitas yang paling terkait dengan instrumen checklist prosedur keterampilan untuk evaluasi yang bergantung pada rater manusia (Downing 2004 dalam Peyre et al., 2010). Setelah melakukan wawancara dengan pihak pengelola skills lab, ternyata checklist keterampilan perawatan kolostomi PSIK FK UGM belum diketahui nilai interrater reliability-nya karena belum pernah dilakukan uji reliabilitas. Padahal reliablilitas merupakan suatu hal yang penting dalam mengembangkan suatu checklist untuk evaluasi keterampilan apalagi dengan kondisi OSCE PSIK yang sering terjadi penggantian dosen penguji. Oleh karena masalah di atas, peneliti melakukan penelitian terkait interrater reliability pada checklist perawatan kolostomi di PSIK FK UGM. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen checklist perawatan kolostomi demi meningkatkan mutu lulusan perawat PSIK FK UGM khususnya dalam melakukan perawatan kolostomi.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah penelitian, yakni Bagaimanakah interrater reliability dari checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability dari checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai konsep interrater reliability dan mengenai checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada 2. Bagi peneliti lain Menambah sumber referensi untuk penelitian-penelitian lain terkait dengan OSCE, proses pendidikan keperawatan, interrater reliability, dan perawatan kolostomi. 3. Bagi institusi pendidikan keperawatan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi penggunaan checklist perawatan kolostomi dan mengembangkan penilaian evaluasi

6 keterampilan kolostomi dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas perawat lulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada E. Keaslian penelitian Peneliti belum pernah menemukan penelitian terkait reliabilitas checklist keterampilan kolostomi dalam OSCE di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang telah meneliti tentang reliabilitas checklist keterampilan dan perawatan kolostomi: 1. Mary Cazzell dan Carol Howe (2012), yaitu Using Objective Clinical Evaluation for Simulation Evaluation: Checklist Consideration for Interrater reliability. Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan mengukur interrater reliability pada checklist pemberian obat pada anak. Uji statistik data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan Kappa dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya interrater reliability yang adekuat pada enam item dari domain kognitif dan psikomotor sedangkan interrater reliability pada empat item dari domain afektif tidak bisa diterima. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah mengenai uji interrater reliability pada checklist OSCE dan salah satu uji statistik sama. Perbedaan dari penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, penggunaan dua uji statistik, subyek penelitian, dan tempat penelitian. 2. Sarah E. Peyre et al. (2010), yaitu Reliability of A Procedural Checklist as A High Stakes Measurement of Advanced Technical Skill. Penelitian ini tidak

7 mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan reliabilitas pada checklist prosedural laparoskopi Nissen fundoplication. Uji statistik yang digunakan adalah Fleiss Kappa Coefficient dan persentase agreement. Hasil penelitian ini menunjukkan checklist tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (lebih dari 0,80). Persamaan penelitian adalah mengenai uji interrater reliability pada suatu checklist prosedural dan penggunaan salah satu uji statistik yang sama. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan yang diujikan, subyek penelitian, tempat penelitian, dan prosedur penelitian. 3. Alvin Chao-Yu Chen et al. (2013), yaitu Assessment in Orthopedic Training- An Analysis of Rating Consistency by Using an Objective Structured Examination Video. Penelitian ini tidak mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi rater dan mengukur konsistensi rater dari berbagai subspesialis dan berbagai variasi tingkat senioritas. Uji statistik yang digunakan adalah Chronbach alpha, Kendall s W, KR 20, dan independent t-test. Hasil penelitian tersebut adalah checklist tersebut memiliki validitas yang tinggi, nilai interrater reliability sedang dan internal konsistensi yang tinggi. Persamaan penelitian ini adalah salah satu uji yang dilakukan merupakan uji interrater reliability pada sebuah checklist keterampilan prosedural. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, jumlah uji, subyek, dan tempat penelitian. 4. Fred Tudiver et al. (2009), yaitu Reliability and Validity Testing of an Evidence based Medicine OSCE station. Penelitian ini tidak mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah menguji reliabilitas dan

8 validitas checklist. Uji statistik yang digunakan adalah independent t-test, Chronbach alpha, dan Pearson Correlation Coefficient. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa interrater reliability tinggi, internal reliability dapat diterima, dan validitas checklist mencakup timbal balik pada revisi keterampilan Evidence-based Medicine. Persamaan penelitian adalah salah satu uji yang dilakukan merupakan uji interrater reliability pada sebuah checklist keterampilan prosedural. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, jumlah uji, subyek, dan tempat penelitian.