1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan penilaian/sikap yang diperlukan dalam melakukan praktik keperawatan yang aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi perawat dalam eliminasi feses adalah perawatan kolostomi. Walaupun bukan perawat spesialis stoma, seorang perawat harus memahami perawatan kolostomi pada pasien (Salome et al., 2014). Kolostomi adalah lubang artifisial yang dibuat pada kolon untuk menyalurkan feses keluar tubuh (Yagnik, 2007). Sumber lain menyatakan stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit (Grace & Borley, 2006). Pembentukan stoma dilakukan melalui operasi setelah itu dipasang kantong kolostomi. Pemasangan dan penggantian kantong kolostomi merupakan bagian dari perawatan kolostomi. Perawat memberikan praktik keperawatan dan dukungan sosial pada periode awal post operasi (Thorpe et al., 2014). Namun, Jonkers et al. (2012) dan Salome et al. (2014) menambahkan peran perawat pada pasien kolostomi tidak hanya pada tahap post operasi tetapi juga pre operasi dalam hal memberikan konseling perawatan kolostomi. Ini menandakan bahwa perawat memiliki peranan yang penting pada pasien yang akan dan telah menjalani operasi pembentukan kolostomi. Berdasarkan Kann (2008), penerapan perawatan kolostomi yang benar dapat mencegah terjadinya komplikasi iritasi kulit peristomal pada pasien dengan 1
2 kolostomi. Iritasi kulit merupakan insidensi komplikasi paling banyak terjadi pada pasien kolostomi mencapai 55% dibandingkan dengan komplikasi lain seperti nekrosis (20%), perdarahan (14%), dan retraksi (9%) (Jonkers et al., 2012). Jonkers et al. (2012) juga menjelaskan bahwa komplikasi seperti nekrosis, abses, fistula, dan hernia parastomal, dan retraksi dapat ditangani melalui operasi ulang. Sementara iritasi kulit peristomal dapat dicegah melalui perawatan yang baik dan benar (Kann, 2008; Hyman & Nelson, 2012). Banyak pasien yang merasa kurang percaya diri dan nyaman ketika harus melakukan perawatan kolostomi sendiri sehingga bergantung kepada perawat (Thorpe et al., 2014). Para perawat memperoleh prinsip-prinsip perawatan kolostomi sejak menempuh pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan merupakan awal dari seorang perawat menimba ilmu untuk mempersiapkan dunia kerja. Lulusan pendidikan keperawatan dituntut menguasai pengetahuan, memiliki sikap, dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi (Simamora, 2008). Pengetahuan, sikap, dan keterampilan didapatkan mahasiswa keperawatan melalui berbagai metode pembelajaran contohnya kuliah, diskusi kelompok, demonstrasi, simulasi, dan role play (Bastable, 2002). Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan untuk pembelajaran keterampilan kolostomi adalah metode pembelajaran keterampilan di laboratorium (Skill Lab). Skill Lab adalah suatu laboratorium yang dirancang untuk pembelajaran dan evaluasi semua tingkatan mahasiswa kesehatan yang menyediakan tempat ideal untuk berlatih keterampilan klinik (Uniformed Services University Val G.
3 Hemming Simulation Center 2014, Clinical Skill lab ). Kompetensi dalam melakukan keterampilan harus dievaluasi secara periodik maupun dilakukan setiap akhir tahun ajaran (Oermann, 2015). Metode evaluasi kompetensi keterampilan yang banyak digunakan oleh institusi pendidikan kesehatan di Indonesia bahkan di dunia adalah Objective Structured Clinical Examination (OSCE). OSCE disusun pertama kali oleh Harden et al. pada tahun 1975. OSCE adalah serangkaian keterampilan klinik yang telah ditentukan dan kemudian tiap mahasiswa secara bergantian melakukannya (Newble, 1988). Mahasiswa dinilai oleh penguji dengan menggunakan checklist saat OSCE berlangsung. (Harden et al., 1975). Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) merupakan salah institusi pendidikan keperawatan yang menggunakan checklist sebagai instrumen penilaian dalam OSCE. Salah satu keterampilan yang diujikan pada OSCE adalah perawatan kolostomi. Keterampilan kolostomi dipelajari pada blok 2.6 Elimination, Fluid, & Electrolyte dan diujikan pada tahun kedua (Haryani, et al., 2015). Penggunaan checklist sebagai suatu alat evaluasi suatu keterampilan perlu memperhatikan validitas dan reliabilitas untuk memastikan akurasi dan konsistensi dari checklist tersebut (Peyre et al., 2010). Ini menandakan bahwa suatu checklist harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik sehingga penilaian benar-benar mengukur yang seharusnya diukur dan konsisten.
4 Berdasarkan informasi dari pengelola skills lab PSIK FK UGM, terdapat masalah yang sering terjadi dalam pelaksanaan OSCE yaitu penguji OSCE yang telah dijadwalkan tidak bisa datang sehingga penguji OSCE digantikan oleh dosen/perawat klinik yang masih dalam bidang keilmuan yang sama. Namun, beberapa kali penguji OSCE yang menggantikan bukan merupakan penguji dengan bidang keilmuan yang sama. Melihat kondisi seperti ini seharusnya checklist OSCE PSIK memiliki tingkat interrater reliability (IRR) yang baik. Interrater reliability merupakan estimasi reliabilitas yang paling terkait dengan instrumen checklist prosedur keterampilan untuk evaluasi yang bergantung pada rater manusia (Downing 2004 dalam Peyre et al., 2010). Setelah melakukan wawancara dengan pihak pengelola skills lab, ternyata checklist keterampilan perawatan kolostomi PSIK FK UGM belum diketahui nilai interrater reliability-nya karena belum pernah dilakukan uji reliabilitas. Padahal reliablilitas merupakan suatu hal yang penting dalam mengembangkan suatu checklist untuk evaluasi keterampilan apalagi dengan kondisi OSCE PSIK yang sering terjadi penggantian dosen penguji. Oleh karena masalah di atas, peneliti melakukan penelitian terkait interrater reliability pada checklist perawatan kolostomi di PSIK FK UGM. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen checklist perawatan kolostomi demi meningkatkan mutu lulusan perawat PSIK FK UGM khususnya dalam melakukan perawatan kolostomi.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah penelitian, yakni Bagaimanakah interrater reliability dari checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interrater reliability dari checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai konsep interrater reliability dan mengenai checklist perawatan kolostomi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada 2. Bagi peneliti lain Menambah sumber referensi untuk penelitian-penelitian lain terkait dengan OSCE, proses pendidikan keperawatan, interrater reliability, dan perawatan kolostomi. 3. Bagi institusi pendidikan keperawatan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi penggunaan checklist perawatan kolostomi dan mengembangkan penilaian evaluasi
6 keterampilan kolostomi dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas perawat lulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada E. Keaslian penelitian Peneliti belum pernah menemukan penelitian terkait reliabilitas checklist keterampilan kolostomi dalam OSCE di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang telah meneliti tentang reliabilitas checklist keterampilan dan perawatan kolostomi: 1. Mary Cazzell dan Carol Howe (2012), yaitu Using Objective Clinical Evaluation for Simulation Evaluation: Checklist Consideration for Interrater reliability. Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan mengukur interrater reliability pada checklist pemberian obat pada anak. Uji statistik data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan Kappa dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya interrater reliability yang adekuat pada enam item dari domain kognitif dan psikomotor sedangkan interrater reliability pada empat item dari domain afektif tidak bisa diterima. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah mengenai uji interrater reliability pada checklist OSCE dan salah satu uji statistik sama. Perbedaan dari penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, penggunaan dua uji statistik, subyek penelitian, dan tempat penelitian. 2. Sarah E. Peyre et al. (2010), yaitu Reliability of A Procedural Checklist as A High Stakes Measurement of Advanced Technical Skill. Penelitian ini tidak
7 mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan reliabilitas pada checklist prosedural laparoskopi Nissen fundoplication. Uji statistik yang digunakan adalah Fleiss Kappa Coefficient dan persentase agreement. Hasil penelitian ini menunjukkan checklist tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (lebih dari 0,80). Persamaan penelitian adalah mengenai uji interrater reliability pada suatu checklist prosedural dan penggunaan salah satu uji statistik yang sama. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan yang diujikan, subyek penelitian, tempat penelitian, dan prosedur penelitian. 3. Alvin Chao-Yu Chen et al. (2013), yaitu Assessment in Orthopedic Training- An Analysis of Rating Consistency by Using an Objective Structured Examination Video. Penelitian ini tidak mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi rater dan mengukur konsistensi rater dari berbagai subspesialis dan berbagai variasi tingkat senioritas. Uji statistik yang digunakan adalah Chronbach alpha, Kendall s W, KR 20, dan independent t-test. Hasil penelitian tersebut adalah checklist tersebut memiliki validitas yang tinggi, nilai interrater reliability sedang dan internal konsistensi yang tinggi. Persamaan penelitian ini adalah salah satu uji yang dilakukan merupakan uji interrater reliability pada sebuah checklist keterampilan prosedural. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, jumlah uji, subyek, dan tempat penelitian. 4. Fred Tudiver et al. (2009), yaitu Reliability and Validity Testing of an Evidence based Medicine OSCE station. Penelitian ini tidak mencantumkan jenis penelitian yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah menguji reliabilitas dan
8 validitas checklist. Uji statistik yang digunakan adalah independent t-test, Chronbach alpha, dan Pearson Correlation Coefficient. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa interrater reliability tinggi, internal reliability dapat diterima, dan validitas checklist mencakup timbal balik pada revisi keterampilan Evidence-based Medicine. Persamaan penelitian adalah salah satu uji yang dilakukan merupakan uji interrater reliability pada sebuah checklist keterampilan prosedural. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan, jumlah uji, subyek, dan tempat penelitian.