2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

III. BAHAN DAN METODE

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

PENDAHULUAN Latar Belakang

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA CIMAHI, PROVINSI JAWA BARAT

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

, 2016 KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU D AN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN D I KAMPUS UNIVERSITAS PEND IDIKAN INDONESIA (UPI) BAND UNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN SEBAGAI PELESTARIAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA JAMBI OLEH DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA JAMBI

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain sebagai area untuk rekreasi, sosial budaya, estetika, ekologis dan bahkan dapat memberikan nilai ekonomis bagi perkembangan suatu wilayah perkotaan (Dewiyanti, 2009, hlm. 13-26). Namun dalam proses pembangunan sebuah kota, keberadaan RTH sebagai ruang yang memiliki fungsi ekologis malah sering dikorbankan (Putri, 2010, hlm. 115-121). Hal ini merupakan bukti bahwa kurang dihargainya eksistensi keberadaan RTH di kawasan perkotaan. Padahal keberadaan RTH memiliki peran cukup penting untuk memberikan keleluasaan gerak penggunanya, karena perkembangan suatu kota akan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia (Krisnawati, 2009, hlm. 1-8). Maka dari hal itulah dalam proses pembangunan sebuah kota supaya fungsi dan manfaat RTH didapatkan secara optimal, pembentukan ruang-ruang publik dinilai sangat penting di kawasan perkotaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 29 disebutkan bahwa proporsi RTH minimal di kawasan perkotaan yaitu 30% dari luas wilayah. Proporsi tersebut terbagi menjadi 20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH privat. Komposisi ini dimaksudkan guna terciptanya keseimbangan lingkungan kawasan perkotaan yang dapat terwujud apabila RTH berdasarkan kualitas dan kuantitas dapat terpelihara serta terjaga keberadaannya. Berdasarkan hasil interpretasi citra, ketersediaan RTH publik di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015 seluas 146,5 ha yang berupa hutan kota, pemakaman, lapangan olahraga, jalur hijau jalan dan sempadan sungai. Apabila dibandingkan dengan luas wilayah Kecamatan Jatinangor hanya 5,6%, tentu saja belum memenuhi ketentuan sebagaimana diisyaratkan dalam undang-undang. Seharusnya kawasan perkotaan memiliki luas minimal RTH publik sebesar 20%. Bahkan, di Kecamatan Jatinangor belum memiliki taman kota yang berfungsi 1

2 sebagai tempat bermain dan bersosialisasi antarpenduduk. Oleh karena itu, Kecamatan Jatinangor masih kekurangan luas RTH publik. Ironisnya lagi meskipun keberadaannya sudah minim tetap saja sebagian lahan RTH dialihfungsikan menjadi lahan terbangun. Berkurangnya kuantitas RTH sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Jatinangor dari Tahun 2010 sampai Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis dari data BPS, Kecamatan Jatinangor dalam kurun waktu empat tahun terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dikarenakan kawasan ini menjadi pusat pendidikan dan industri serta perumahan telah mengakibatkan jumlah penduduk bertambah sebanyak 20.080 jiwa. Hal ini disebabkan tingginya arus migrasi dari luar wilayah. Sehingga masyarakat dari luar wilayah berbondong-bondong pergi ke Kecamatan Jatinangor untuk mengenyam pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan di sektor industri. Selain itu jarak tempuh dari Kecamatan Jatinangor lebih dekat ke Kota Bandung mengakibatkan masyarakat ingin memiliki tempat tinggal di wilayah ini. Dampaknya dari perkembangan ini akan berimbas pada sektor informal yang tentu sangat memerlukan ruang dalam kegiatannya. Apabila hal ini tidak diantisipasi sedini mungkin maka tidak mustahil wilayah Kecamatan Jatinangor akan menjadi kawasan perkotaan yang tidak tertata sehingga menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. Tidak menutup kemungkinan fungsi yang seharusnya taman kota, pedestrian, sempadan sungai dan ruang terbuka akan dimanfaatkan tidak sesuai dengan pemanfaatannya. Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jatinangor No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. 2010 96.525 2. 2011 96.972 3. 2012 97.468 4. 2013 101.140 5. 2014 107.695 Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka Tahun 2011-2015

3 Masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah belum terpenuhinya ruang terbuka hijau publik di Kecamatan Jatinangor. Proporsi RTH publik yang tersedia masih belum memenuhi standar kebijakan tata ruang. Maka fokus pembahasan dalam penelitian ini diarahkan pada identifikasi kebutuhan RTH secara kuantitatif dilihat dari sisi kebutuhan manusia dengan pendekatan terhadap populasi penduduk terkait standar kebutuhan luas RTH per-kapita. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu standar kebutuhan spasial RTH bagi satu orang penduduk perkotaan dan didukung dengan adanya data sikap masyarakat terhadap keberadaan dan manfaat RTH. Hasil tersebut akan digunakan untuk pengembangan masing-masing RTH publik. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dari penelitian, masalah utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan luas RTH (Ruang Terbuka Hijau) publik yang harus dipenuhi di Kecamatan Jatinangor dengan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu dijabarkan dalam beberapa bentuk pertanyaan berikut: 1. Bagaimana distribusi keruangan RTH di Kecamatan Jatinangor? 2. Bagaimana sikap masyarakat Kecamatan Jatinangor terhadap keberadaan dan manfaat RTH? 3. Bagaimana kebutuhan RTH Kecamatan Jatinangor berdasarkan jumlah penduduk di Tahun 2040? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian dapat dijabarkan dalam beberapa point berikut:

4 1. Mengidentifikasi distribusi keruangan RTH yang ada di Kecamatan Jatinangor. 2. Mengidentifikasi sikap masyarakat Kecamatan Jatinangor terhadap keberadaan dan manfaat RTH. 3. Mengidentifikasi kebutuhan RTH Kecamatan Jatinangor berdasarkan jumlah penduduk di Tahun 2040. D. Manfaat Penelitian Inti dari sebuah penelitian itu adalah dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat luas. Mengingat pentingnya manfaat dari sebuah penelitian, penulis mencantumkan sejumlah manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini diantaranya didasari oleh latar belakang peneliti melakukan kajian ini yaitu: 1. Bagi intansi, memberikan informasi terkait dalam memberikan kebijakan pengembangan RTH di Kecamatan Jatinangor berdasarkan jumlah penduduk. 2. Bagi masyarakat, mampu memberikan gambaran Kecamatan Jatinangor mengenai pentingnya sebuah RTH serta dampaknya terhadap kehidupan. 3. Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pengayaan untuk mata pelajaran Geografi di sekolah menengah atas pada materi dinamika masalah kependudukan dan penyusunan konsep wilayah dalam perencanaan pembangunan nasional. 4. Bagi peneliti lain, sebagai sumber data yang dapat dipertanggung jawabkan dan sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. E. Definisi Operasional Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ditujukan untuk melihat kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Jatinangor. Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka dibuatlah batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang Terbuka Hijau

5 Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 1 ayat 31 merupakan area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Jadi RTH yang dikatakan dalam penelitian ini adalah ruang terbuka hijau publik yang terdapat di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang akan dihitung kebutuhan luas dan sebarannya dari Tahun 2015-2040. RTH yang dimaksud adalah berbentuk hutan kota atau hutan lindung, pemakaman, lapangan olahraga, jalur hijau jalan dan sempadan sungai. 2. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk menentukan kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per-kapita sesuai peraturan yang berlaku. Penyediaannya tergantung jumlah penduduk. Setiap area akan memiliki persentase proporsi RTH yang berbeda-beda hal itu disebabkan karena jumlah penduduknya yang berbeda juga wilayah yang tersedia untuk dijadikan RTH. Selain itu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 menjelaskan cara menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, yakni dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sebesar 20 m 2 /orang. Untuk pengembangan masing-masing RTH publik maka akan dihitung berdasarkan standar yang tersedia yaitu taman RT adalah 1 m 2 /jiwa, taman RW 0,5 m 2 /jiwa, taman kelurahan 0,3 m 2 /jiwa, pemakaman 1,2 m 2 /jiwa, hutan kota 4 m 2 /jiwa dan RTH fungsi tertentu 12,5 m 2 /jiwa. Untuk mengetahui sebaran RTH dapat dilakukan dengan menghitung indeks fragmentasi selanjutnya akan dihitung tingkat kecukupan RTH publik terhadap kebutuhan RTH di wilayah tersebut dengan menggunakan rasio RTH. Sedangkan untuk mengetahui keragaman RTH publik digunakan persamaan indeks keragaman. 3. Penduduk Ada beberapa hal yang akan digunakan dalam variabel penduduk ini yaitu jumlah penduduk, dan sebaran penduduk. Data jumlah penduduk dan sebaran

6 penduduk, akan digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan RTH di Tahun 2040 berdasarkan jumlah total penduduk perempuan dan laki-laki. 4. Sikap Masyarakat Sikap merupakan suatu respon evaluatif (Azwar, 2013, hlm 15). Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif akan timbul setelah adanya proses evaluasi dalam diri individu seperti baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap keberadaan dan manfaat RTH di Kecamatan Jatinangor. Cara pengambilan data sikap masyarakat menggunakan angket yang telah disusun dalam bentuk pernyataan-pernyataan mengenai kondisi sosial masyarakat seperti jenis kelamin, umur, tempat tinggal, status kependudukan, lama tinggal, status kepemilikan rumah. Selain itu untuk dalam pengukuran sikap juga diperhitungkan indikator seperti perasaan, pengetahuan dan juga perilaku tentang keberadaan serta manfaat yang diberikan RTH. 5. Sebaran dan Karakteristik RTH Untuk mendapatkan data mengenai sebaran dan karakteristik RTH di Kecamatan Jatinangor dilakukan pengecekan lapangan yang sudah disusun indikator-indikator yang akan dicari. Indikator tersebut adalah nama RTH, jenis RTH, vegetasi yang terdapat di area RTH, status kepemilikan RTH, luas lahan RTH dan juga letak secara administrasi maupun geografis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang distribusi keruangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik di Kecamatan Jatinangor. Apabila sudah didapat data tersebut, maka akan dilakukan analisis indeks fragmentasi, rasio RTH dan indeks keragaman. Hal ini akan mendukung terhadap analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur ini berisi rincian dari masing-masing bab yang ada dalam skripsi mulai bab I sampai bab V. Sistematika yang digunakan penulis dalam skripsi ini mengikuti Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2015.

7 Bab I berisi mengenai pendahuluan diadakannya penelitian. Bagian pertama adalah latar belakang diadakannya penelitian. Bagian kedua adalah merumuskan masalah penelitian yang berisi hasil identifikasi permasalahan yang akan diteliti. Bagian ketiga adalah tujuan diadakannya penelitian yang akan dilakukan. Bagian keempat adalah manfaat penelitian yang berisi penjabaran secara praktis maupun teoritis bagi berbagai pihak. Bagian kelima adalah definisi operasional sebagai pembatas masalah dan konsep yang diangkat tidak terjadi kesalahan penafsiran, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan bagian terakhir analisis data. Bagian keenam adalah struktur organisasi skripsi yang memaparkan kerangka dalam skripsi ini. Selain itu, terdapat penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Bab II berisi landasan teori. Tujuannya itu untuk membantu menjawab rumusan masalah. Bab III berisi mengenai metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Ada beberapa bagian yang dijelaskan dalam bab ini seperti cara pengambilan data, desain penelitian, pendekatan geografi yang digunakan sehingga terlihat berbeda dengan keilmuan lain, populasi dan sampel penelitian, variabel yang akan diteliti serta cara analisis untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Bab IV berisi mengenai hasil dan pembahasan penelitian. Disusun secara sistematis mulai gambaran lokasi penelitian hingga hasil dari analisis rumusan masalah yang telah diteliti. Bab V merupakan penutup dari skripsi ini. Pada bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan di Bab IV. Terdiri dari kesimpulan dan saran. G. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini berisi tentang daftar penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tujuannya supaya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak tumpang tindih dengan penelitian yang akan dilakukan dan juga untuk meminimalisir tindak plagiarisme. Penulis menuliskan beberapa penelitian yang berhubungan dengan Kebutuhan Ruang Terbuka

8 Hijau karena penulis mengambil judul dalam penelitian ini adalah Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 1.2. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan tersaji pada Tabel 1.2 dapat diketahui perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan sebelumnya adalah: 1. Pada penelitian sebelumnya aspek-aspek yang diteliti yaitu kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan laju perubahan luas RTH di Kota Bekasi dan juga berdasarkan jumlah penduduk. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian ini karena dalam perencanaan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk selain memperhatikan kondisi fisik RTH, juga melihat kebutuhan berdasarkan sikap dan budaya masyarakat. 2. Pada penelitian yang kedua lebih ditekankan kepada kepada jumlah penduduk dan luas wilayah. Teknik yang digunakan yaitu overlay peta jumlah penduduk dan luas wilayah. 3. Pada penelitian yang dilakukan di Kota Bogor lebih ditekankan kepada analisis perubahan penggunaan lahan kaitannya dengan RTH dan juga lebih melihat kepada tingkat perkembangan kota Bogor. 4. Pada penelitian yang berjudul Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Cimahi mengkaji tentang kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk kemudian memproyeksikan penduduk dengan analisis regresi berganda. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Bedanya terletak pada aspek yang akan diteliti seperti melihat kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan juga sikap masyarakat. Karena suatu perencanaan tidak akan berjalan dengan baik apabila hanya memperhitungkan aspek fisik saja, tetapi aspek sosial ekonomi masyarakatnya juga harus diteliti. Selain itu pada penelitian yang akan dilakukan melihat juga distribusi keruangan dari RTH dengan melihat rasio, indeks keragaman RTH, indeks fragmentasi RTH.

9 Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No. Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil 1. Analisis Ruang Terbuka a. RTH dalam Penataan a. Jenis data yang digunakan Hijau (RTH) Dan Ruang Wilayah merupakan data primer Kecukupannya Terhadap dan data sekunder. Jumlah Penduduk Di b. Analisis kecukupan RTH Kota Bekasi. Febriana terhadap jumlah penduduk Widiastuti, 2009. berdasarkan Peraturan 2. Analisis Ruang Terbuka Hijau Dan Kecukupannya Di Kota Depok. Wuri Setyani, 2013 Kota Bekasi merupakan salah satu bagian integral wilayah Jabodetabek yang memiliki perkembangan pesat. Sebagai kota yang berkembang pesat, maka penggunaan lahan cenderung digunakan untuk lahanlahan terbangun seperti perumahan, perkantoran, dan perindustrian. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui laju perubahan luas RTH dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk di kota Bekasi, 2) mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di kota Bekasi, 3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH, 4) mengetahui areal yang berpotensi untuk dijadikan RTH dan kecukupannya berdasarkan jumlah penduduk, dan 5) menyusun upaya penambahan RTH di Kota Bekasi. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang terbuka yang bervegetasi berada di kawasan perkotaan namun keberadaannya seringkali dikorbankan dalam proses pembangunan sebuah kota. Perkotaan. b. Ruang Terbuka Hijau Peranan Hutan Kota. c. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau. d. Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau. e. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. f. Pertumbuhan Penduduk dan Keterkaitannya Dengan Perubahan Penggunaan lahan a. Pengertian Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau b. Pengelompokkan dan Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008. c. Analisis spasial (Digitasi citra QUICKBIRD 2010). a. Menganalisis kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah dengan overlay peta. b. Teknik menghitung luas Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada periode tahun 2003 hingga 2010 terjadi penurunan RTH di Kota Bekasi. Hal ini ditandai dengan laju perubahan RTH per tahun yang bernilai negatif, yaitu -0.024. Jumlah penduduk Kota Bekasi terus meningkat dengan rata- rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,8% per tahun dan rata-rata laju kepadatan penduduk sebesar 4% per tahun. Hasil analisis skalogram sederhana tahun 2003 dan 2006 menunjukkan terjadi peningkatan hirarki pada Kota Bekasi yang ditandai dengan bertambahnya kelurahan berhirarki 2 dan berkurangnya kelurahan berhirarki 3. Secara umum laju konversi RTH besar terjadi pada hirarki wilayah 1 dan perubahan luas RTH terbesar terjadi pada wilayah berhirarki 3. Pada tahun 2010, Kota Bekasi tidak mampu mencukupi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk. RTH eksisting pada tahun 2010 sebesar 2.547,59 ha. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2006 luas RTH di Kota Depok sebesar 2.359,20 ha dan pada tahun 2011 sebesar 1.729,53 ha atau pada periode 2006-2011 terjadi penurunan luas sebesar 629,67 ha. Kebutuhan

10 No. Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil Penelitian ini bertujuan untuk c. Peran, Fungsi dan ruang terbuka hijau RTH Kota Depok berdasarkan jumlah mengetahui luas perubahan ruang Manfaat Ruang berdasakan jumlah penduduk Tahun 2011 sebesar terbuka hijau di Kota Depok, Terbuka Hijau penduduk dan luas 3.627,23 ha. Hasil analisis skalogram menganalisis kecukupan RTH d. Perubahan wilayah tahun 2006 dan 2011 menunjukkan berdasarkan jumlah penduduk dan Penggunaan Lahan bahwa terjadi peningkatan hirarki luas wilayah, mengidentifikasi dan Keterkaitan pada Kota Depok yang ditandai tingkat perkembangan wilayah, dengan RTH dengan bertambahnya kelurahan menganalisis keterkaitan perubahan Perkotaan berhirarki II dan I serta berkurangnya ruang terbuka hijau dengan e. Aplikasi Penginderaan kelurahan berhirarki 3. perkembangan wilayah serta Jauh dan Sistem mengidentifikasi faktor-faktor yang Informasi Geografi mempengaruhi perubahan RTH. untuk Analisis Perubahan 3. Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Dan Keterkaitannya Dengan Luas Ruang Terbuka Hijau ( Studi Kasus Kota Bogor ). Chaida Chairunnisa, 2013. Lingkungan kota cenderung berkembang secara ekonomis dan menurun secara ekologis dimana kota cenderung mengarah kepada pembangunan fisik seperti pembangunan sarana dan prasarana. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan penggunaan/penutupan lahan Kota Bogor periode Tahun 2000-2011 serta kaitannya dengan perubahan luas RTH, menganalisis tingkat konsisten/inkonsistensi perkembangan RTH berdasarkan peruntukan RTRW Kota Bogor, dan menganalisis tingkat perkembangan Kota Bogor berdasarkan dengan ketersediaan RTH. Penggunaan Lahan a. Lahan, Penggunaan Lahan, dan Penutupan Lahan b. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya c. Pengelompokkan dan Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau d. Ruang Terbuka Hijau a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 menjelaskan cara menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk b. Distribusi RTH disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.: a. Analisa luas hutan kota menurut persamaan Gerakis b. Analisa jumlah kebutuhan oksigen denganmempertimbangkan jumlah manusia dan kendaraan bermotor c. Analisa jumlah kebutuhan oksigen mahasiswa Kota Bogor memiliki 7 kelurahan yang tergolong hirarki I, 22 kelurahan tergolong hirarki II, dan 39 kelurahan tergolong hirarki III. Tingkatan hirarki berbanding lurus dengan indeks/tingkat perkembangan desa, namun berbanding terbalik dengan keberadaan RTH. Berdasarkan hasil perhitungan data, persentase luas RTH Kota Bogor sebesar 46,6 % dimana daerah dengan hirarki 1 memiliki RTH sebesar 3,4 %, hirarki II sebesar 11,4 %, dan hirarki III sebesar 31,8 %. Jika dihubungkan dengan tingkat inkonsistensi, pada wilayah hirarki I, terdapat inkonsistensi luas penggunaan/penutupan lahan sebesar 0,2 %, hirarki II 0,3 %, dan hirarki III sebesar 0,4%. kendaraan ada. Belum lagi dengan kebutuhan oksigen bagi manusia yang ada di Kampus UPI.

11 No. Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil kampus UI Depok. 4. Analisis Ketersediaan a. Pegertian Kota. Meode yang digunakan yaitu : Ketersediaan ruang terbuka hijau Ruang Terbuka Hijau Dan Tingkat Perkembangan Wilayah Di Kota Cimahi b. c. Ruang Terbuka Hijau. Fungsi Ruang Terbuka Hijau. a. Analisis berupa spasial koreksi Provinsi Jawa Barat. d. Kebutuhan Luas Mutiara Ashri, 2013 Ruang Terbuka Hijau. Sumber: Penelitian Terdahulu Sejak awal pembentukan, Kota Cimahi telah menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat sehingga perlu diikuti dengan upaya menjaga keseimbangan antara lingkungan, sosial, dan ekonomi. Salah satunya komposisi ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kota Cimahi, mengetahui ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi, mengetahui dinamika tingkat perkembangan wilayah di Kota Cimahi dan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi. e. Tata Ruang, Penataan Ruang dan Pengendalian Ruang geometri dan digitasi citra serta tabulasi data b. Analisis kecukupan RTH ditinjau dari luas wilayah dan jumlah penduduk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 dan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 c. Teknik pendugaan pertumbuhan analisis berganda. dan regresi Kota Cimahi pada tahun 2011 sebesar 738 ha atau 17.9% dari total seluruh wilayah sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan seluruh penduduk yang ada di Kota Cimahi. Dinamika tingkat perkembangan wilayah di Kota Cimahi menunjukkan ada kelurahan-kelurahan yang konsisten di hirarkinya dan ada yang bersifat fluktuatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi yaitu alokasi lahan terbangun dalam RTRW, kepadatan penduduk, jumlah jenis fasilitas, pertumbuhan penduduk dan lahan terbangun tahun 2011.