dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman kusta Mycobacterium leprae (M. leprae) yang dapat menyerang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M 2 dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

FAKTOR RISIKO KONDISI HUNIAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health


BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO TINGKAT KECACATAN PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

Transkripsi:

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah penyakit infeksi kronis perkembangan yang sangat lambat dibandingkan penyakit lainnya. (2) Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, jaringan dan organ tubuh lain, jika tidak ditangani baik dapat menimbulkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. (3) Penyakit kusta merupakan salah satu manifestasi kemiskinan karena kenyataannya sebagian besar penderita berasal dari golongan ekonomi lemah, Penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya, dapat menyebabkan cacat dan keadaan ini menjadi penghalang bagi penderita dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. (4) Selain menimbulkan cacat, rasa takut berlebihan terhadap kusta akan memperkuat persoalan sosial ekonomi penderita kusta. (5) Prevalensi penyakit kusta di dunia masih tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) tercatat awal tahun 2012 dilaporkan sebanyak 232.857 kasus kejadian kusta. Pada tahun 2013 jumlah kasus menurun menjadi 189.018 kasus. Sementara di tahun 2014 dilaporkan sebanyak 213.899 penemuan kasus kusta. (6) Indonesia merupakan salah satu negara beban penyakit kusta yang tinggi. Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Jumlah penderita baru tahun 2013 tercatat sebanyak 16.856 kasus. (7) Jumlah penderita baru kusta pada tahun 2015 meningkat menjadi 17.202 kasus angka prevalensi sebesar 0,79 per 10.000 penduduk dan 84,5% di antaranya merupakan tipe Multi Basiler. (8) Kasus kusta di Jawa Tengah pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 2.487 penderita. Jumlah penderita baru pada tahun 2014 mengalami 1

penurunan menjadi 1.865 kasus dan pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak 1.801 kasus. Angka prevalensi kusta berkisar antara 0,6 hingga 0,8 per 10.000 penduduk. Jawa Tengah telah mencapai target angka penemuan kasus baru <10 per 100.000 penduduk, namun beban kusta masih tinggi karena lebih dari 1.000 kasus yang dilaporkan. (9) Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang tergolong daerah beban kusta tinggi angka prevalensi 1,28/10.000 penduduk. (9) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2015, tercatat 119 penderita kusta baru. Kasus kusta yang ditemukan pada anak usia 0-14 tahun yaitu 18 kasus (10%). Penemuan kasus baru pada anak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat. Hal ini menunjukkan masih banyak sumber penularan yang belum ditemukan. Data tahun 2016 tercatat sebanyak 124 kasus kejadian kusta yang dilaporkan. (10) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kusta diantaranya adalah faktor lingkungan, (11) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, status ekonomi, (12) jenis pekerjaan, dan personal hygiene. (13) Riwayat kontak penderita kusta juga berpengaruh. (14) Sumber penularan adalah kuman kusta utuh yang terdapat pada penderita kusta yang tidak diobati atau tidak menuntaskan pengobatan, oleh karena itu faktor pengobatan sangat penting untuk memutus mata rantai penularan. (3) Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian kusta. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasi yang tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung terjadinya penyakit menular. (15) Kondisi rumah merupakan bagian dari lingkungan fisik. Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit berbasis lingkungan, salah satunya penyakit kusta. (16) Rumah yang menjadi tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan seperti ventilasi rumah yang baik, pencahayaan yang cukup, kepadatan rumah yang sesuai, dinding yang permanen dan kedap air, dan 2

lantai rumah yang terbuat bukan dari tanah. (17) Ventilasi yang buruk dan pencahayaan rumah yang kurang dapat menyebabkan kondisi udara dalam ruangan menjadi lembab sehingga dapat menjadi media untuk berkembangnya bakteri patogen. (18) Kuman kusta juga dapat semakin berkembang jika ada faktor lain yang mendukung. Selain kondisi rumah, kepadatan hunian dapat menyebabkan penularan ke anggota keluarga yang lain akibat kontak langsung terlalu sering dan lama. (19) Berdasarkan penelitian di Kabupaten Polewali Mandar, faktor lingkungan yang berhubungan kejadian kusta di antaranya yaitu luas ventilasi, intensitas pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian. (20) Penelitian di Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa faktor risiko lingkungan fisik rumah yang berhubungan penyakit kusta adalah ventilasi rumah, pencahayaan rumah, jenis dinding dan jenis lantai rumah. (11) Menurut teori H.L Blum, kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, selain lingkungan, keturunan dan perilaku. (21) Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan menyembuhkan penyakit kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (22) Berdasarkan penelitian di Kabupaten Sumenep, dukungan keluarga mempengaruhi penderita kusta dalam melakukan pengobatan atau kontrol masalah penyakitnya ke Puskesmas. Peran petugas kurang maksimal memberikan penyuluhan tentang penyakit kusta yang disebabkan jarak Puskesmas ke rumah penderita terlalu jauh. (23) Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara transportasi dan jarak pemanfaatan kesehatan pada lansia di area perdesaan dan kota kecil. (24) Berbeda penelitian di Indonesia mengenai faktor risiko kejadian filariasis, menunjukkan bahwa akses kesehatan yang meliputi jarak dan waktu tempuh ke kesehatan dan ketersediaan 3

transportasi ke kesehatan berhubungan kejadian filariasis. (25) Penelitian di Puskesmas Kota Palu juga menunjukkan bahwa keterjangkauan berhubungan kepatuhan berobat pasien kusta. (26) Puskesmas Buaran merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Pekalongan. Wilayah kerja Puskesmas tersebut meliputi 10 desa. Puskesmas Buaran merupakan wilayah jumlah penderita kusta tertinggi di Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah penderita kusta pada tahun 2016 tercatat sebanyak 28 orang. Pemanfaatan kesehatan terbanyak oleh semua masyarakat adalah Puskesmas induk. Pelayanan kusta juga hanya dilakukan di Puskesmas Induk. Jarak rumah penderita terjauh adalah wilayah Desa Pakumbulan kisaran 5 kilometer dan terdekat adalah wilayah Desa Wonoyoso kisaran 100 meter. Transportasi yang digunakan berupa transportasi umum dan transportasi pribadi. Penderita yang tidak melakukan pengobatan dilakukan follow up, petugas mengantarkan obat ke rumah penderita. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, cakupan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Buaran adalah sebesar 93,18%. Rumah penderita hampir tersebar di seluruh wilayah kerja. 10 dari 28 rumah penderita belum memenuhi syarat kesehatan seperti tidak adanya ventilasi di dalam kamar, lantai rumah yang sebagian masih berupa tanah, rumah yang tidak terdapat langit-langit, dinding yang semi permanen, pencahayaan yang kurang terang, dan kebiasaan tidak pernah membuka jendela kamar maupun ruang keluarga. Selain kondisi rumah, kesehatan juga mudah diakses. Jarak rumah menuju Puskesmas tidak terlalu jauh dan ketersediaan alat transportasi ternyata mudah, akan tetapi kejadian kusta di Puskesmas Buaran merupakan tertinggi di Kabupaten Pekalongan. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menganalisis hubungan faktor lingkungan dan faktor kesehatan kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. 4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut "Apakah faktor ventilasi ruang keluarga, pencahayaan ruang keluarga, jarak rumah puskesmas dan ketersediaan alat transportasi berhubungan kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan?" C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui hubungan ventilasi ruang keluarga, pencahayaan ruang keluarha, jarak rumah Puskesmas dan ketersediaan alat transportasi kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan ventilasi ruang keluarga penderita kusta. b. Mendeskripsikan pencahayaan ruang keluarga penderita kusta. c. Mendeskripsikan jarak rumah Puskesmas pada penderita kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. d. Mendeskripsikan ketersediaan alat transportasi pada penderita kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. e. Menganalisis hubungan ruang keluarga kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. f. Menganalisis hubungan pencahayaan ruang keluarga kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. g. Menganalisis hubungan jarak rumah Puskesmas kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. h. Menganalisis hubungan ketersediaan alat transportasi kejadian kusta di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. 5

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan penelitian lain yang berkaitan faktor lingkungan dan faktor kesehatan kejadian kusta. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teori diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menentukan program yang berkaitan pengendalian dan pengelolaan penyakit kusta. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Daftar publikasi yang menjadi rujukan No Peneliti Judul Desain Studi Variabel bebas 1 Mia Eka Putri (2015) (27) Faktor risiko terjadinya penyakit kusta di Kabupaten Padang Pariaman Deskriptif pendekatan cross sectional dan terikat - Tingkat pengetahuan - Sosial ekonomi - Personal hygiene - Kepadatan hunian kamar - Luas ventilasi kamar - Status gizi Hasil Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, sosial ekonomi rendah, personal hygiene yang buruk, kepadatan hunian kamar buruk, sebagian besar responden memiliki luas ventilasi kamar yang baik dan status gizi baik. 2 Yuldan Faturahman (2011) (11) Faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan kejadian kusta di Kabupaten Cilacap Analitik menggunakan metode case control. - Kepadatan hunian - Dinding rumah - Lantai runah - Ventilasi rumah - Kejadian kusta Dinding rumah, lantai rumah, ventilasi rumah merupakan faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan kejadian kusta. 6

3 Santoso, Aprioza Yenni, Rika Mayasari (2008) (25) Faktor risiko kejadian penyakit filariasis pada mayarakat di Indonesia Analitik menggunakan metode cross sectional - Karakteristik responden - Akses ke sarana kesehatan - Ketersediaan sarana transportasi - Jenis dan kodisi tempat penampungan limbah - Jenis ternak yang dipelihara - Klasifikasi desa/kelurahan - Kejadian filariasis Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan terhadap kejadian filariasis yaitu akses kesehatan yang meliputi jarak dan waktu tempuh, ketersediaan sarana transportasi ke saranan kesehatan, jenis dan kondisi tempat penampungan limbah, keberadaan ternak, serta klasifikasi daerah. 4 Mohamad Andri, Indar, Aimin Maidin (2013) (26) Pengaruh mutu kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu Analitik pendekatan cross sectional - Kompetensi teknis - Keterjangkauan - Ketersediaan informasi - Kesinambunga n Kepatuhan berobat pasien kusta Terdapat hubungan antara kompetensi teknis, keterjangkauan, ketersediaan informasi, dan kesinambungan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta. 5 Meliana Depo, Jumriani Ansar, Rismayanti (2014) (28) Faktor yang berhubungan dangan praktik pencarian pengobatan kusta pada kesehatan di Kota Makassar Observasional rancangan cross sectional - Pendidikan - Dukungan keluarga - Pengetahuan - Sikap - Akses kesehatan - Praktik pencarian pengobatan kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan dukungan keluarga praktik pencarian pengobatan kusta, dan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan akses kesehatan praktik pencarian pengobatan kusta. 7

Penelitian ini mempunyai perbedaan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi penelitian, waktu penelitian, variabel yang baru adalah jarak dan ketersediaan alat transportasi. 8