BAB I PENDAHULUAN. lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1908, dengan berlakunya Vendu Reglement

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan perjanjian adalah tindakan jual-beli. Jual-beli berasal dari. maupun barang yang tidak berwujud.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 306/KMK.01/2002 TENTANG BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi sebagai dampak krisis ekonomi global. tahun 2008 mencapai (dua belas ribu) per dollar Amerika 1).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 11.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

R I S A L A H - L E L A N G Nomor :010/PLII.6/2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

c. Pihak yang Dilayani/Stakeholder: Pemohon Lelang/Penjual.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 8 -

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 47/Menhut-II/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis lelang yang populer pada saat itu antara lain; lelang karya seni,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

S A L I N A N RISALAH LELANG Nomor : 349/2013

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

2017, No Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85)

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada Kantor Pelayanan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

alam, retribusi, sumbangan, Bea dan Cukai, laba dari BUMN dan sumber golongan yang terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung; (2) pajak

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah. bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB III KONSEP LELANG MENURUT REGULASI MENTERI KEUANGAN. Di Indonesia, sejarah pengelola keuangan pemerintahan sudah ada sejak masa

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

menegaskan bahwa tugas penuntut umum adalah jaksa. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 13.

BAB III METODE PENELITIAN. empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuanketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana yang telah di atur

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

Peraturan...

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kantor Pejabat Lelang Kelas II H. Khalidin, SH. MH

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

LAMPIRAN I. Persetujuan Permohonan Izin. Melaksanakan Penelitian Di. KPKNL Medan

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan nilai dari suatu barang. Lembaga lelang pasti selalu ada dalam sistem hukum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertama, untuk memenuhi penjualan lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua, untuk memenuhi atau melaksanakan putusan peradilan atau lembaga penyelesaian sengketa berdasar undang-undang dalam rangka penegakkan keadilan. Ketiga, untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha pada umumnya, produsen atau pemilik benda pribadi dimungkinkan melakukan penjualan lelang. Peraturan Lelang mengalami stagnasi sampai tahun 1972, maksudnya sejak saat itu tidak ada perkembangan dalam bidang Peraturan Lelang. Namun mulai sekitar tahun 1990-an hingga saat ini, Lelang mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemerintah, karena merupakan sumber pendapatan bagi kas negara. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin Auctio yang artinya meningkatan harga secara bertahap. Di Indonesia lelang secara resmi dikenal sejak hal itu diatur dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang merupakan peraturan peninggalan Belanda. Peraturan tersebut masih 1

2 berlaku hingga saat ini, yaitu Vendu Reglement, Stbl 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie, Stbl 1908 Nomor 190. 1 Dalam Pasal 1 Vendu Reglement, penjualan di muka umum (lelang) ialah pelelangan dan penjualan barang-barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, makin menurun atau dengan pendaftaran harga atau dimana kepada orang-orang yang diundang untuk itu yang sebelumnya telah diberitahukan tentang pelelangan atau penjualan itu ataupun yang diperkenankan pada pelelangan atau penjualan itu diberi kesempatan untuk menawar harga dengan cara yang makin meningkat, makin menurun atau dengan pendaftaran harga. 2 Penjualan barang di muka umum atau lelang merupakan salah satu bentuk mekanisme atau instrumen pasar yang makin diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan penjualan secara lelang banyak memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara penjualan biasa seperti jual beli. Lembaga lelang yang diatur melalui sistem hukum dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengetahuan masyarakat mengenai pelelangan harus terus di sosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui secara lebih spesifik hal-hal yang berkaitan dengan pelelangan, baik peranan dan fungsinya maupun kelebihan-kelebihannya, sehingga dengan memasyarakatnya konsep pelelangan diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk dapat menunjang roda perekonomian Indonesia. Pelelangan itu sendiri dapat dilakukan ditempat-tempat yang sudah ditentukan oleh undang-undang, yaitu di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), di kantor Pejabat Lelang Kelas II atau Balai Lelang. 1 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2010, Lelang dalam Teori dan Praktek, Jakarta, hlm.12 2 Peranginangin, Effendi, 1979, Peraturan Lelang, ESA Study Club, Jakarta, hlm.9

3 Maraknya lelang ini pun salah satunya didukung pula oleh makin banyaknya balai lelang-balai lelang di Indonesia, dimana berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang, Pasal 2 menjelaskan bahwa balai lelang dapat didirikan oleh swasta nasional, patungan swasta nasional dengan swasta asing, atau patungan BUMN/BUMD dengan swasta nasional/swasta asing sesuai peraturan perundang-undangan. Kantor lelang baik dalam bentuk lembaga pemerintahan (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) maupun balai lelang dalam bentuk perorangan maupun badan hukum tentulah diperlukan jaminan hukum atau pun kepastian hukum yang dapat menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat atas keberadaan kantor lelang tersebut. Kepastian hukum yang menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pelelangan yang terjadi atas barang bergerak maupun tidak bergerak didukung oleh kepastian mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelelangan dan hak dan kewajiban dari pihak-pihak tersebut antara lain Pejabat Lelang yang merupakan orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Notaris yang merupakan salah satu orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan dapat menjabat sebagai seorang pejabat lelang kelas II, sehingga kita sebagai notaris pun harus mengetahui dengan jelas mengenai hak dan kewajibannya sebagai pejabat lelang yang berkedudukan baik di Kantor

4 Pejabat lelang kelas II ataupun di Balai Lelang perorangan ataupun Balai lelang yang berbentuk badan hukum. Setiap penjualan barang secara lelang harus dilaksanakan oleh dan atau dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang dimaksud dengan Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang. Pejabat lelang dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pejabat Lelang kelas I dan Pejabat Lelang kelas II. Pejabat Lelang kelas I merupakan pejabat umum yang dalam menjalankan tugasnya harus bertanggungjawab terhadap profesi jabatannya. Pejabat lelang kelas I sebagai pejabat umum mempunyai kewajiban dan kewenangan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I. Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan Penjual / Pemilik Barang. Sedangkan Pejabat Lelang kelas II merupakan Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan lelang Noneksekusi Sukarela atas permohonan Balai Lelang atau Penjual / Pemilik Barang, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II. Pejabat Lelang Kelas I yang berkedudukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang. Dalam Peraturan Menteri Menteri Keuangan

5 Nomor 41/PMK.07/2006 tentang Pejabat Lelang Kelas I, Pasal 7 ayat 2 menjelaskan bahwa atas permohonan Balai Lelang, Pejabat Lelang Kelas I dapat melaksanakan lelang yang menjadi wewenang Pejabat Lelang Kelas II, dengan ketentuan semua Pejabat Lelang Kelas II yang ada di wilayah tersebut dibebas tugaskan, cuti atau berhalangan tetap. Hal ini sangat berbeda dengan peraturan saat ini dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I yang termuat pada Pasal 11 ayat (2) yang menyebutkan bahwa: Pejabat Lelang Kelas I dapat melaksanakan lelang atas permohonan Balai Lelang, meskipun diwilayah kerjanya terdapat Pejabat Lelang Kelas II. Kewenangan dari Pejabat Lelang Kelas II yaitu untuk melaksanakan lelang sukarela, dapat juga dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I meskipun di wilayah tersebut terdapat Pejabat Lelang Kelas II dan hal tersebut dapat mengurangi eksistensi dari Pejabat Lelang kelas II. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mencoba untuk meneliti tentang eksistensi Pejabat Lelang Kelas II dengan berlakunya Pasal 11 Peraturan Mentri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah eksistensi Pejabat Lelang Kelas II dengan berlakunya Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I?

6 2. Bagaimanakah dampak berlakunya Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I terhadap Pejabat Lelang Kelas II? C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui eksistensi dari Pejabat Lelang Kelas II setelah berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I, dan 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak berlakunya Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I terhadap Pejabat Lelang Kelas II. D. Manfaat Penelitian Dari yang penulis susun diharapkan mempunyai manfaat yaitu : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan upaya penyempurnaan terhadap kajian hukum dalam bidang hukum perdata khususnya di bidang pelelangan.

7 b. Manfaat Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusunan kebijaksanaan dalam menetapkan peraturan-peraturan maupun dalam mengambil suatu kebijakan dalam hal perlindungan hukum yang diberikan kepada Pejabat Lelang di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran da n pengamatan penulis dalam studi pustaka di lingkungan Universitas Gadjah Mada berkaitan dengan penelitian mengenai lelang, maka penulis mendapatkan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu: a. Pelelangan Obyek Jaminan Hak Tanggungan oleh Bank BCA di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta 3, yang membahas mengenai proses lelang obyek jaminan hak tanggungan oleh Bank BCA Yogyakarta. b. Pelaksanaan Lelang Forward Komoditi Agribisnis di Yogyakarta 4, yang membahas mengenai pelaksanaan lelang forward komoditi agribisnis di Yogyakarta, yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur lelang sebagaimana mestinya, tetapi pada lelang ini tidak memenuhi syarat syarat lainnya seperti adanya risalah lelang dan adanya pejabat lelang. 3 Vebriani, 2007, Pelelangan Obyek Jaminan Hak Tanggungan oleh Bank BCA di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 4 Putri Priyanthi, 2011, Pelaksanaan Lelang Forward Komoditi Agribisnis di Yogyakarta,Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

8 Berdasarkan pada kedua jenis penelitian tersebut yang pernah dilakukan sebelumnya, memang memiliki karakteristik yang sama yaitu penelitian mengenai pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I. Namun dalam penelitian dan penulisan mengenai EKSISTENSI PEJABAT LELANG KELAS II BERDASAR PASAL 11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I yang telah dilakukan peneliti lebih menitik beratkan pada akibat pelaksanaan lelang sukarela yang dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I, meskipun di wilayah jabatannya terdapat Pejabat Lelang Kelas II.