0
PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM LAYANAN INFORMASI DI KELAS XI SMA NEGERI 1 ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh: Mardiatun* Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons.** Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons.** Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The research is motivated by the phenomenon in the field, namely teachers BK time of service, especially service information is still monotonous because when relaying information to speak in class. Then while giving the teacher a question submitted by BK was unclear and students do not understand the question posed by the teacher BK. The purpose of this study describes the perception of the students about the communication skills of teachers BK seen from: 1) the ability to understand each other, 2) ability to communicate thoughts and feelings appropriately and clearly, 3) the ability of mutual acceptance and mutual support or even help each other. The research is a quantitative descriptive study, a population of 206 students, the number of samples of 62 students, the sampling used simple random sampling technique. The instrument used was a questionnaire, data analysis technique used percentages. Results of the study revealed that the perception of the students about the communication skills of teachers BK seen from: 1) the ability to understand each other that are in both criteria, 2) ability to communicate thoughts and feelings appropriately and are obviously in a good criteria and good enough, 3) the ability to accept each other and mutual support or even help each other to be on both criteria. Based on the findings that can be recommended to teachers BK in order to further improve their communication skills in service delivery especially information services so that students can understand the contents of the topic of services provided. Keywords: Perception, communication skills and information services PENDAHULUAN Manusia lahir sebagai individu yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan individu yang lain, karena manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam bentuk komunikasi dan situasi. Kegiatan hidup manusia akan selalu berbarengan dengan proses interaksi dan komunikasi, baik interaksi dengan lingkungan sekitar, interaksi dengan sesama manusia atau individu lainnya, maupun dengan Tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak itu pula individu menerima langsung stimuli atau rangsangan dari luar dirinya. Dalam rangka individu mengenal stimulus merupakan persoalan yang berkaitan dengan persepsi. Menurut Walgito (2003: 53) persepsi merupakan Suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Menurut Slameto (2003: 102) persepsi adalah Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terusmenerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya". 1
Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu pandangan atau cara bagaimana seseorang memandang serta melihat suatu objek peristiwa dengan menggunakan panca indera sehingga adanya kesimpulan terhadap objek. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah tidak terlepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi, karena komunikasi yang dilakukan oleh seorang pendidik akan menentukan apakah peserta didik akan memahami apa yang dimaksud oleh pendidik dalam memberikan materi pelajaran. Sardiman (2011: 2) menyatakan Komunikasi dan interaksi dalam proes belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan belajar dipihak lain. Komunikasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik tentu sangat bergantung terhadap keterampilan pendidik dalam memberikan materi pelajaran. Begitu juga dengan pendidik bimbingan dan konseling yang berlatar belakang dari BK, dalam proses pemberian layanan guru BK pastinya melakukan interaksi dan komunikasi kepada peserta didik agar materi layanan bisa sampai kepada peserta didik. Keterampilan komunikasi seorang guru BK didalam pemberian layanan menjadi mudah dan dapat disampaikan kepada peserta didik, sehingga adanya keterampilan komunikasi yang baik dalam pemberian layanan membuat peserta didik dapat menangkap makna dari materi yang diberikan oleh guru BK sehingga peserta didik dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan oleh guru BK. Menurut Effendy (2008: 5) komunikasi adalah Proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang terjadi dimana setiap komunikasi yang akan disampaikan adalah adanya pesan yang akan disampaikan dari komunikator kepada komunikan. Djamarah (2004: 1) menyatakan bahwa Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Komunikasi yang dilakukan karena adanya hubungan kontak antar manusia baik itu individu maupun kelompok yang terjadi karena ada suatu pesan yang ingin disampaikan kepada individu. Dalam berkomunikasi saat memberikan suatu materi seorang guru harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Menurut Johnson (Harapan dan Ahmad, 2014: 58) terdapat beberapa keterampilan dasar dalam komunikasi yaitu sebagai berikut : Pertama, kemampuan saling memahami merupakan mencakup beberapa sub yaitu: sikap percaya, membuka diri, sadar diri dan penerimaan diri. Agar dapat saling memahami antara dua orang yang sedang menjalin komunikasi, maka lagkah pertama yang harus dilakukan adalah saling percaya. Saling percaya dapat berupa kegiatan saling mengungkapkan tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapai, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi. Untuk dapat membuka diri, maka seorang guru yang sedang menjalin komunikasi harus menyadari berbagai perasaan maupun tanggapan batinnya. Namun, untuk dapat sampai pada perasaan semacam itu, seseorang perlu menerima diri. Kedua, kemampuan secara tepat dan jelas merupakan kemampuan yang harus disertai kemampuan menunjukkan sikap dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara menunjukkan bahwa dirinya memahami lawan komunikasinya. Saling mengungkapkan pikiran perasaan dan saling mendengarkan. Ketiga, kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong, seseorang harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia membantu sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut dapat menemukan pemecahan masalah yang konstruktif terhadap apa yang sedang dialaminya. Menurut Rusman (2012: 67) bahwa ada sembilan keterampilan komunikasi yang harus dikuasai oleh seorang pendidik dalam keterampilan dasar mengajar yaitu : 1. Keterampilan membuka pelajaran 2. Keterampilan bertanya 3. Keterampilan memberi penguatan 2
4. Keterampilan mengadakan variasi 5. Keterampilan menjelaskan 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7. Keterampilan mengelola kelas 8. Keterampilan menutup pelajaran 9. Keterampilan menutup pelajaran Keterampilan dasar mengajar di atas harus dimiliki oleh seorang pendidik dan dilaksanakan seefektif mungkin dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bentukbentuk keterampilan mengajar juga dapat dipakai pada keterampilan memberikan layanan informasi secara klasikal. Keterampilan komunikasi yang baik dan jelas yang dimiliki oleh seorang guru BK akan mempermudah guru BK dalam pelaksanaan layanan informasi dan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Menurut Tohirin (2011: 64) konselor/guru BK adalah Tenaga profesional yang terutama bertugas mengkoordinasikan kegiatan layanan BK di sekolah, serta mampu melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang bertujuan untuk membantu peserta layanan dalam mengembangkan potensi diri dalam berbagai setting layanan. Ditambahkan oleh Hikmawati (2011: 43) konselor pendidikan/guru BK adalah Konselor yang bertugas dan bertanggung jawab dalam memberikan layanan BK kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor/guru BK memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan BK yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sekolah. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa guru BK merupakan guru yang memiliki ilmu dan keahlian dibidang BK, yang dituntut memiliki pengetahuan yang memadai sehingga dapat memberikan layanan BK yang tepat sesuai dengan sifat dan problema yang beragam, agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Hikmawati (2011: 19 ) mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan Usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Menurut SK Mendikbud No. 025/D/1995 (Hikmawati, 2011: 53) Bimbingan dan Konseling adalah Pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan normanorma yang berlaku. Menurut Hikmawati, (2011: 53) Setiap guru BK di sekolah selalu mengacu pada standar kompetensi konselor Indonesia (SKKI) dalam memberikan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Karena pada dasarnya, pelayanan bimbingan dan konseling adalah pengembangan kompetensi peserta didik dan konselor niscaya menjadi indikator kinerja konselor sekolah yang bisa dibahas oleh pihak-pihak lain di sekolah. Salah satu jenis layanan BK di sekolah adalah layanan informasi, menurut Prayitno (2012: 50) layanan informasi merupakan Usaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan, dalam layanan ini, kepada peserta layanan disampaikan berbagai informasi. Menurut Aqib (2012: 80) layanan informasi yaitu Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa layanan informasi adalah salah satu jenis layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling yang digunakan untuk pengambilan keputusan serta mendapatkan informasi yang diperlukan oleh peserta didik. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Agustus 2015 ditemukan bahwa guru BK pada saat memberikan layanan, khususnya layanan informasi masih sangat monoton seperti selalu berceramah, mencatat sepanjang waktu belajar. Kemudian pada saat guru BK memberikan pertanyaan, pertanyaan yang disampaikan oleh guru BK itu belum jelas, 3
dan saat guru BK memberikan layanan suara guru BK terlalu pelan dalam menyampaikan materi layanan informasi. Berdasarkan wawancara dengan dua orang peserta didik pada tanggal 10 Agustus 2015 peneliti mendapatkan informasi bahwa guru BK tidak memberikan penguatan apabila ada peserta didik yang bisa menjawab pertanyaan dari guru BK, guru BK terkesan cuek saat peserta didik merasa bosan dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru BK, guru BK tidak peduli ketika peserta didik mengobrol dengan teman-teman saat guru BK memberikan layanan informasi, dan guru BK dalam memberikan layanan informasi tidak dipahami oleh peserta didik. Berdasarkan hal yang telah diungkapkan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru BK dalam memberikan layanan informasi selalu berceramah. 2. Guru BK dalam memberikan layanan informasi selalu mencatat sepanjang waktu belajar. 3. Guru BK dalam memberikan pertanyaan belum jelas. 4. Guru BK dalam memberikan layanan informasi suaranya terlalu pelan. 5. Guru BK tidak memberikan penguatan kepada peserta didik tertentu ketika menjawab pertanyaan dari guru BK. 6. Guru BK terkesan cuek saat peserta didik merasa bosan dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru BK. 7. Guru BK tidak peduli ketika peserta didik mengobrol dengan teman-teman saat guru BK memberikan layanan informasi. 8. Guru BK dalam memberikan layanan informasi tidak dipahami oleh peserta didik. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian pada masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan saling memahami. 2. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. 3. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan berupa hasil paparan di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu bagaimana persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan saling memahami. 2. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. 3. Persepsi peserta didik tentang dari kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan yaitu pada tanggal 4 s.d 5 Agustus 2016 tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan di SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis, sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2007:83) Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu. Menurut Sugiyono (2010: 13) m etode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data 4
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk melihat, meninjau atau menggambarkan tentang suatu objek yang diteliti sebagaimana adanya yang berlandaskan pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti pada saat penelitian berlangsung. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 206 peserta didik dan sampel penelitian sebanyak 62 responden. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik simple random sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval yang langsung diperoleh dari responden atau yang menjadi subjek penelitian. Menurut Bungin (2011: 131) data interval adalah Data yang punyai ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama. Data yang diintervalkan adalah persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis, sedangkan data sekunder diperoleh dari guru BK SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Bungin (2011: 133) angket merupakan Serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Yusuf (2007:65) persentase dapat dihitung dengan rumus: P = x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Komunikasi Guru BK dalam Layanan Informasi dilihat dari Kemampuan Saling Memahami Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan dapat diungkapkan gambaran secara umum persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi dilihat pada kemampuan saling memahami terdapat 1 dari 62 peserta didik (1,6 1%) yang termasuk kriteria sangat baik, 31 dari 62 peserta didik (50,00%) termasuk kriteria baik, 30 dari 62 peserta didik (48,39%) termasuk kriteria cukup baik. Namun tidak terdapat peserta didik berada pada kriteria kurang baik dan sangat kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data terungkap bahwa persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi dilihat dari kemampuan saling memahami berada pada kriteria baik. Johnson (Harapan dan Ahmad, 2014: 58) mengemukakan bahwa keterampilan komunikasi dilihat dari kemampuan saling memahami mencakup beberapa sub yaitu: sikap percaya, membuka diri, sadar diri dan penerimaan diri. Agar dapat saling memahami antara dua orang yang sedang menjalin komunikasi, maka lagkah pertama yang harus dilakukan adalah saling percaya. Saling percaya dapat berupa kegiatan saling mengungkapkan tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapai, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi. Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa kemampuan saling memahami mencakup beberapa sub yaitu: sikap percaya, membuka diri, sadar diri dan penerimaan diri. Guru BK saling memahami peserta didik dalam menjalin komunikasi dalam pemberian layanan informasi, karena dalam melakukan komunikasi antara komunikator dan komunikan harus saling percaya. 5
2. Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Komunikasi Guru BK dalam Layanan Informasi dilihat dari Kemampuan Komunikasikan Pikiran dan Perasaan Secara Tepat dan Jelas Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran secara umum dideskripsikan persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman dilihat dari kemampuan secara tepat dan jelas dapat diketahui bahwa persepsi peserta didik dari 62 orang tidak ada satu orangpun yang berada pada kriteria sangat baik, terdapat 31 dari 62 peserta didik (50,00%) yang termasuk kriteria baik, terdapat 31 dari 62 peserta didik (50,00%) yang termasuk kriteria cukup baik. Namun tidak terdapat peserta didik berada pada kriteria kurang baik dan sangat kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data terungkap bahwa persepsi peserta didik tentang secara tepat dan jelas berada pada kategori baik dan cukup baik. Menurut Johnson (Harapan dan Ahmad, 2014: 58) kemampuan secara tepat dan jelas merupakan Kemampuan yang harus disertai kemampuan menunjukkan sikap dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara menunjukkan bahwa dirinya memahami lawan komunikasinya. Saling mengungkapkan pikiran perasaan dan saling mendengarkan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan kemampuan komunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas yaitu guru BK menunjukkan sikap dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara menunjukkan bahwa dirinya memahami peserta didik saat berkomunikasi dengannya dan guru BK mendengarkan yang disampaikan oleh peserta didiknya. 3. Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Komunikasi Guru BK dalam Layanan Informasi dilihat dari Kemampuan Saling Menerima dan Saling Memberi Dukungan atau Bahkan Saling Tolong Menolong Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran secara umum dideskripsikan persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam memberikan layanan informasi di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman dilihat dari kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong terdapat 3 dari 62 peserta didik (4,84%) yang termasuk kriteria sangat baik, 30 dari 62 peserta didik (48,39%) termasuk kriteria baik, 29 dari 62 peserta didik (46,77%) termasuk kriteria cukup baik. Namun tidak terdapat peserta didik berada pada kriteria kurang baik dan sangat kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data terungkap bahwa persepsi peserta didik tentang saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong berada pada kriteria baik. Menurut Johnson (Harapan dan Ahmad, 2014: 58) kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong merupakan Seseorang harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia membantu sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut dapat menemukan pemecahan masalah yang konstruktif terhadap apa yang sedang dialaminya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong, maksudnya yaitu ketika peserta didik tidak paham tentang isi layanan yang disampaikan oleh guru BK, maka guru BK menjelaskan kembali kepada peserta didik tersebut. 6
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam layanan informasi di kelas XI SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman, secara umum persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi adalah 52,23% dengan kategori baik. Temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi peserta didik tentang saling memahami berada pada kriteria baik. 2. Persepsi peserta didik tentang secara tepat dan jelas berada pada kriteria baik dan cukup baik. 3. Persepsi peserta didik tentang saling menerima dan saling memberi dukungan atau bahkan saling tolong menolong berada pada kriteria baik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan saran bagi : 1. Guru BK, dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dalam pemberian layanan informasi agar pemberian layanan informasi berjalan dengan baik. 2. Peserta Didik, diharapkan bagi peserta didik agar dapat menghilangkan persepsi negatif tentang keterampilan komunikasi guru BK dan lebih memperhatikan lagi betapa pentingnya informasi yang disampaikan oleh guru BK. 3. Kepala Sekolah, agar bisa menjadi pertimbangan untuk meningkatkan pengawasan terhadap keterampilan komunikasi guru BK dalam memberikan layanan informasi di SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis. 4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling, agar lebih meningkatkan dan memperhatikan kualitas calon guru BK khususnya bidang keterampilan komunikasi agar pemberian layanan berjalan dengan efektif. 5. Peneliti Selanjutnya, sebagai pengembangan ilmu bimbingan dan konseling dalam bidang keterampilan komunikasi untuk diaplikasikan di lapangan dan dapat diteliti lebih dalam tentang keterampilan komunikasi guru BK dalam pemberian layanan khususnya layanan informasi. KEPUSTAKAAN Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Rineka Cipta. Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Harapan, Edi dan Ahmad, Syarwani. 2014. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Rajawali Pers. Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: BK FIP Universitas Negeri Padang. Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pres. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press. 7