BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sunda, dalam bahasa Jawa adalah lemah (karena berarti pula uncapable maka

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN KE NON-PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA. Oleh: R u s m a w a n Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

LOGO Potens i Guna Lahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Menurut Baldiviezo et al. (2003 dalam Purnomo, 2012) kelerengan dan penutup lahan memiliki peran dalam tanah longsor,

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. manusia di buktikan dengan terdokumentasinya dalam Al-Qur an, salah satunya

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1994 DAN 2004

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

berkurang. Kebutuhan akan lahan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB II DASAR TEORI - 7 -

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lahan Mangunsukardjo (1996: 1) mendefinisikan lahan berasal dari bahasa Sunda, dalam bahasa Jawa adalah lemah (karena berarti pula uncapable maka tidak digunakan). Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifatsifat tertentu, dalam hal iklim (atmosfer); batuan dan struktur (litosfer); bentuklahan dan proses (morfosfer); tanah (pedosfer); vegetasi/penggunaan lahan (biosfer); dan fauna/manusia (antroposfer). Lahan (land) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang (Brinkman dan Smyth, 1973; Vink, 1975; dan FAO, 1976 dalam Juhadi, 2007: 11). Lahan meliputi segala hubungan timbal balik aspek-aspek faktor-faktor biofisik di permukaan bumi yang dapat dipandang dari segi ekologikal dan merupakan resources (sumberdaya) bagi manusia, karena dapat menyediakan bahan/material, tanah, air, zat-zat yang dapat menumbuhkan tanaman, ataupun sebagai site (tapak) untuk permukiman, rekreasi, industri, jalan, perairan, kehidupan liar, dan sebagainya (Mangunsukardjo, 1996: 2). 6

7 Menurut Sastrohartono (2011: 6) lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi bahkan keadan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik yang dimasa lalu ataupun dimasa sekarang. Conacher and conacher (2000) dalam Baja dan Phil (2012: 22-23) berpendapat bahwa lahan adalah suatu system yang kompleks sehingga membutuhkan penataan secara baik. Dalam pengelolaan lahan, harus dapat dibedakan secara seksama antara lahan sebagai sumberdaya dan lahan sebagai lingkungan. Sebagai sumberdaya, lahan bersifat dapat didayagunakan secara optimal (ultilitarian dan anthropic) untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan harus ditempatkan tidak hanya dalam konteks fisiknya, akan tetapi juga dalam perspektif ekonomi, sosial, budaya, politik, administrasi, dan teknologi. Berdasarkan fungsinya lahan merupakan sumberdaya yang dapat berupa penghasil primer (tanaman, peternakan, produksi kayu); penghasil sekunder (penghasil ternak); pelindung (konservasi); penghasil material atau bahan, misalnya berupa mineral, batuan, bahan konstruksi, jalan dan bangunan; dan sebagai tapak (site) untuk pemukiman, kawasan industri, jalan dan sebagainya (Mangunsukardjo, 1996: 2). Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat material maupun spiritual yang

8 berasal dari lahan tercakup dalam pengertian pemanfaatan lahan. Berbagai tipe pemanfaatan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing tipe mempunyai karakteristik tersendiri (Juhadi, 2007: 13). Dari berbagai definisi dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan suatu ruang di permukaan bumi yang tidak terbatas pada tanah yang berupa lingkungan fisik meliputi iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi yang menutupinya selama berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan lahan, seperti untuk, pemukiman, pertanian, transportasi, industri, rekreasi, dan sebagainya, sehingga dapat diartikan bahwa lahan adalah sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. B. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian (Sartohadi dkk, 2012: 160). Jamulya dan Sunarto (1996: 2) berpendapat bahwa penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebon kopi, kebon karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya.

9 Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota dan desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Dit. Land Use, 1996 dalam Jamulya dan Sunarto, 1996: 2). Penggunaan lahan tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1995 dalam siswanto, 2006: 2). Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi (Siswanto, 2006: 2). Penggunaan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik fisik lahan, perilaku manusia, teknologi maupun modal, faktor ekonomi yang dipengaruhi oleh lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana, faktor budaya masyarakat dan faktor kebijakan pemerintah. Selain itu penggunaan lahan juga disebabkan oleh faktor permintaan dan ketersediaan lahan demi meningkatkan kebutuhan dan kepuasan hidup (Fithriah, 2011: 6). 1. Penggunaan Lahan di Pedesaan Secara umum desa merupakan suatu gejala yang bersifat universal, terdapat diseluruh dunia. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama (Raharjo, 2004: 28).

10 Menurut Direktur Jendral Pembangunan Masyarakat Desa yang dikutip oleh Jayadinata (1999: 59) wilayah pedesaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Perbandingan luas tanah dengan jumlah penduduk (man land ratio) relatif besar. b) Sebagian besar berorientasi pada sektor agraris. c) Hubungan sosial penduduk masih akrab dan saling mengenal satu sama lain. d) Pola hidup masih berpedoman pada tradisi. Dengan kata lain pedesaan dapat diartikan sebagai daerah agraris, sebagian besar lahanya digunakan untuk pertanian, dan sebagian kecil lainya digunakan sebagai permukiman untuk membuat rumah. Jayadinata (1999: 59) berpendapat bahwa penggunaan lahan di pedesaan dibagi dalam dua bentuk yaitu untuk kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi. a. Kehidupan sosial Penggunaan lahan untuk kepentingan sosial seperti berkeluarga, beribadah, bersekolah, berolahraga, berekreasi dan sebagainya, yang pada umumnya dilakukan di dalam kampung. b. Kehidupan ekonomi Penggunaan lahan untuk kepentingan kegiatan ekonomi seperti bertani, berkebun, beternak, perikanan dan sebagainya, yang pada umumnya dilakukan di luar kampong kecuali pekarangan, dan ada juga kegiatan ekonomi seperti perindustrian, perdagangan dan jasa yang dilakukan di dalam kampung. 2. Penggunaan Lahan di Perkotaan Secara geografis kota adalah suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya

11 bukan pertanian (Jayadinata 1999: 124). Pada umumnya, di perkotaan aktivitas ekonomi yang dikerjakan adalah dibidang non pertanian, antara lain industri, perdagangan, dan jasa, sedangkan kehidupan sosialnya untuk permukiman. Menurut I Made Sandy (1982) dalam Sutikno dan Hardoyo (1996: 11) mengklasifikasikan penggunaan lahan di perkotaan adalah sebagai berikut: (1) lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangannya; (2) lahan jasa, meliputi kantor pemerintahan, sekolahan, rumah sakit, dan tempat ibadah; (3) lahan perusahaan, meliputi pasar, toko, dan tempat hiburan; (4) lahan pertanian, meliputi sawah, tegalan, kebun campuran; (5) lain-lain, meliputi kuburan dan lapangan. Jayadinata (1999: 136-140) berpendapat bahwa kegiatan ekonomi perkotaan yang menggunakan lahan adalah sebagai berikut: a. Industri Penggunaan lahan untuk industri meliputi lahan untuk tempat kerja (pabrik), gudang, rumah karyawan dan sebagainya. b. Jasa Perusahaan jasa dan jawatan yang menggunakan lahan meliputi lalu lintas (jalan, rel kereta api, stasiun, terminal dan sebagainya); perdagangan (warung, toko, pasar, gudang dan sebagainya); pendidikan dan agama (sekolah, museum universitas, taman hewan, perpustakaan madrasah, masjid atau tempat ibadah lain, kuburan dan sebagainya); kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit dan sebagainya); rekreasi (lapangan olah raga, taman, gedung kesenian, gedung bioskop dan sebagainya); pemerintahan (gedung pemerintahan); hankam (asrama, tempat latihan dan sebagainya) dan lahan untuk jalan kecil.

12 C. Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode waktu tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan non pertanian (Mustopa, 2011: 42). Dapat diartikan bahwa perubahan penggunaan lahan merupakan tranformasi dalam mengalokasikan sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat. jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Siswanto, 2006: 2-3). Fithriah (2011: 7) berpendapat bahwa suatu lahan memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Penggunaan lahan suatu wilayah sifatnya tidak permanen. Bentuk penggunaan lahan dapat berubah sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan kebudayaan manusia yang akan memunculkan suatu fenomena dimana satu pemanfaatan lahan dikorbankan untuk pemanfaatan lainnya. sebagai contoh pemanfaatan lahan yang awalnya sebagai lahan pertanian berubah sebagai lahan permukiman. Perubahan penggunaan lahan terjadi dalam dua bentuk yaitu: 1. Perubahan dengan perluasan atas suatu penggunaan tertentu Perluasan penggunaan lahan untuk tujuan tertentu sering terjadi di daerah pinggiran atau pedesaan dimana lahan masih tersedia dalam jumlah yang luas.

13 2. Perubahan tanpa perluasan untuk penggunaan tertentu Perubahan jenis ini sering disebut dengan pemadatan, dan terjadi pada wilayah perkotaan atau daerah-daerah tertentu dengan adanya faktor-faktor pembatas. Para ahli berpendapat bahwa kebutuhan dan keinginan manusia merupakan penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan. Mc Neill dkk (1998) dalam Siswanto (2006: 3) menyatakan faktor-faktor yang mendorong perubahan pengunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan. Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan cerminan upaya manusia dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan yang akan memberikan pengaruh terhadap manusia itu Pertumbuhan penduduk, kebijakan pemerintah pada sektor pertanian dan transmigrasi serta faktor sosial ekonomi lainnya juga berpengaruh terhadap pola perubahan penggunaan lahan. Selain itu teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi lahan. Grubler (1998) dalam Siswanto (2006: 3) mengatakan ada tiga hal bagaimana teknologi mempengaruhi pola penggunaan lahan, yaitu sebagai berikut: 1. Perubahan teknologi telah membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja.

14 2. Perubahan teknologi transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja, memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan. 3. Teknologi transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah. D. Penelitian Sebelumnya Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti diharuskan untuk mempelajari penelitianpenelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Eko Baron Wahyudi (2006), dalam penelitian yang berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 1994 dan 2004. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran penggunaan lahan di Kecamatan Sokaraja Tahun 1994-2004 dan untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sokaraja Tahun 1994-2004. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa dari data sekunder, yaitu berupa data statistik penggunaan lahan tahun 1994, dan data statistik penggunaan lahan tahun 2004. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sokaraja yaitu dari penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan terdiri dari pertumbuhan penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, fasilitas sosial, ekonomi, dan aksesibilitas wilayah.

15 Yusup Setiadi (2007), dalam penelitian yang berjudul Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Umbulharjo, meliputi kecenderungan perubahan penggunaan lahan dan daya pengaruh aktivitas perubahan penggunaan lahan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode pendekatan yang dipakai yaitu pendekatan kuantitatif. Analisis yang digunakan terdiri dari alat analisis kuantitatif dan kualitatif. Alat analisis kauntitatif yang digunakan yaitu analisis input output untuk melihat kecenderungan perubahan penggunaan lahan dan daya aktivitas pembentuk guna lahan serta analisis korelasi dan regresi linier berganda untuk mengetahui faktor penentu perubahan penggunaan lahan. Sedangkan dalam alat analisis kualitatif, alat analisis yang digunakan yaitu super impose dan deskriptif kuantitatif. Metode super impose untuk melihat luasan serta distribusi perubahan penggunaan lahan sedangkan deskriptif kuantitatif untuk memaparkan kondisi penggunaan lahan dengan kurun waktu 1987-2002. Hasil penelitian ini adalah terjadi kecenderungan penggunaan lahan meningkat yaitu jenis penggunaan lahan permukiman, komersial, industri serta institusi. Penurunan terjadi pada penggunaan lahan terbuka. Dilihat dari faktor penyebabnya, kepadatan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo. Adapun tabel perbandingan penelitian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:

16 Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian Peneliti Eko Baron Wahyudi (2006) Yusup Setiadi (2007) Judul Analisis perubahan Kajian Perubahan penggunaan lahan di Penggunaan Lahan Dan Kecamatan Sokaraja Kab. Faktor-Faktor Yang Banyumas tahun 1994 Mempengaruhinya di dan 2004. Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta Tujuan Untuk mengetahui Untuk mengetahui persebaran perubahan perkembangan perubahan penggunaan lahan di penggunaan lahan yang Kecamatan Sokaraja terjadi di Kecamatan Tahun 1994 2004 dan Umbulharjo, meliputi untuk mengetahui faktorfaktor kecenderungan perubahan yang paling penggunaan lahan dan daya dominan mempengaruhi pengaruh aktivitas perubahan perubahan penggunaan penggunaan lahan serta lahan di Kecamatan mengetahui faktor-faktor Sokaraja Tahun 1994 - yang mempengaruhinya. 2004. Data Data sekunder Data primer dan data sekunder Metode Analisa dari data Metode kuantitatif Analisis sekunder, yaitu berupa kuantitatif dan kualitatif. data statistik penggunaan lahan tahun 1994, dan data statistik penggunaan lahan tahun 2004. Hasil Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sokaraja yaitu dari penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan terdiri dari pertumbuhan penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, fasilitas sosial ekonomi dan aksesibilitas wilayah. Terjadi kecenderungan penggunaan lahan meningkat yaitu jenis penggunaan lahan permukiman, komersial, industri serta institusi. Penurunan terjadi pada penggunaan lahan terbuka. Dilihat dari faktor penyebabnya, kepadatan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo. Adib Zakia Rakhman (2013) Kajian Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas tahun 2001 dan 2011 Untuk mengetahui perubahan jenis penggunaan lahan di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2001 dan 2011 Data primer dan data sekunder Survei lapangan (field research). Informasi yang didapat bukan hanya berupa kuantitatif yaitu berupa angka (numeric) saja, dalam hal kelengkapan data dan pemahaman fenomena penelitan, terdapat informasi kualitatif. Terjadi perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian pada tahun 2001 dan 2011 di Desa Sokaraja Kulon, yang meliputi perubahan dari jenis penggunaan lahan pertanian menjadi lahan perusahaan, lahan permukiman, lahan permukiman merangkap lahan perusahaan, lahan permukiman merangkap lahan jasa, dan lahan permukiman merangkap lahan persahaan dan jasa.

17 E. Kerangka Pikir Kerangka pikir ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan proses berpikir peneliti, mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian hingga akhirnya tercapai semua sasaran pada akhir penelitian, dan permasalahan dalam penelitian dapat terjawab. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat diamati pada Gambar 2.1 berikut: Lahan Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2001 Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2011 Perubahan Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2001 dan 2011 Gambar 2.1. Kerangka Pikir