laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

REAKSI REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN : JULIAR NUR NIM : H HARI/ TGL PERC. : RABU/ 26 OKTOBER 2011

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan

R E A K S I U J I P R O T E I N

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER)

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Subhan Aristiadi R

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

BAB IV HASIL PENGAMATAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

MAKALAH Spektrofotometer

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

MEMBANDINGKAN METABOLISME TRIGLISERIDA ANTARA KONSUMSI MIE AYAM DAN LONTONG PECAL

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR GLUKOSA

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian

KADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK KOTA REMBANG DENGAN VARIASI SUHU PENYIMPANAN. Endang Triwahyuni Maharani 1 Yusrin 2

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA. PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

I. TUJUAN Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan polarimeter.

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

Spektrofotometri Serapan Atom

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Laporan praktikum biomedik 3 BM 506 METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER) Kelompok : Melya susanti Sunarti Hari/tanggal

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Transkripsi:

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25 0,08 0,4 0,5 0,033 0,6 0,75 0,049 0,8 1 0,052 1 1,25 0,076 ABSORBANSI ( Y ) KONSENTRASI ABSORBANSI % KADAR PROTEIN 2,771 0,214 2,69 % 2,630 0,208 2,60 % 2,656 0,210 2,63 % 2,643 0,209 2,62 % 2,566 0,203 2,54 % 2. TELUR AYAM BJ = 0,9862 VOLUME BSA ( ml) KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,01 0,2 0,25 0,029 0,4 0,5 0,058 0,6 0,75 0,064 0,8 1 0,079 1 1,25 0,095 ABSORBANSI ( Y ) KONSENTRASI ABSORBANSI % KADAR PROTEIN 1,85 0,144 1,82 % 1,65 0,129 1,63 % 1,65 0,129 1,63 % 1,77 0,138 1,75 % 1,60 0,125 1,58 % V.2 PEMBAHASAN

Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsureunsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang mengandung tembaga ( Winarno, 1984 ). Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida dengan BM ( berat molekul ) yang beragam. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim. 2. Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh adanya perlakuan pengasaman. 3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim proteolitik. 4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan terbentuknya warna cokelat. Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV. Pada praktikum kali ini, akan dilakukan analisis kuantitatif protein terhadap sampel telur puyuh dan telura ayam dengan menggunakan metode spektrofotometri visible ( Biuret ).

Spektorofotometri merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk mengetahu jumlah ( konsentrasi) zat dalam suatu bahan berdasarkan spektroskopi khusus untuk panjang gelombang UV Visible dan Infra Red. Pengertian spektroskopi sendiri adalah istilah atau nama yang digunakan untuk ilmu ( secara teori ) yang mempelajari tentang hubungan antara radiasi/ sinar/ energy ( yang memiliki fungsi panjang gelombang yang biasa disebut dengan frekuensi ) dengan benda. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa larutan berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat spektrofotometri dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur spectrum panjang gelombang pada daerah tertentu. P 0 c b P Gambar.1. Tabung berisi larutan c b P P 0 = konsentrasi larutan = panjang larutan yang dilalui sinar = Sinar yang diteruskan = Sinar yang masuk Jumlah sinar yang diserap atau diteruskan oleh suatu larutan adalah merupakan suatu fungsi eksponensial dari konsentrasi larutan dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya spektrofotometer bekerja sebagai berikut : Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisis adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sample yang kemudian di ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.

Pada dasarnya suatu peptida adalah asil-asam amino, karena gugus COOH dan NH 2 membentuk ikatan peptida. Peptida didapatkan dari hidrolisis protein yang tidak sempurna. Apabila peptida yang dihasilkan dihidrolisis lebih lanjut akan dihasilkan asam-asam amino. (Anna Poedjiadi, 1994). Sifat peptida ditentukan oleh gugus COOH, NH 2 dan gugus R. Sifat asam dan basa pada peptida ditentukan oleh gugus COOH dan NH 2, namun pada rantai panjang gugus COOH dan NH 2 yang terletak diujung rantai tidak lagi berpengaruh. Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti pada asam amino. Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein. (Anna Poedjiadi, 1994). Dalam praktikum kali ini, ada dua praktikum yang harus dilakukan yaitu preparasi sampel dan pembuatan kurva standar. Pada pembuatan kurva standar, sampel yang digunakan adalah BSA. BSA adalah Bovin Serum Albumin. Menurut literature, 1 ml BSA mengandung protein sekitar 5 mg. Hal tersebut menjadi dasar dalam pembuatan kurva standar. BSA dimasukkan kedalam tabung berbeda dengan volume 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1. Setelah BSA dimasukkan kedalam tabung, tambahkan akuades kedalam tabung hingga volumenya mencapai 4 ml kemudian ditambahkan lagi dengan 6 ml Biuret. Sampel tersebut kemudian dimasukkan pada waterbath bersuhu 37 0 C selama 20 menit hingga warnanya berubah menjadi ungu sempurna. Setelah 20 menit, sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Pada preparasi sampel, langkah yang harus dilakukan adalah memasukkan 5 gram sampel kedalam labu 50 ml lalu diencerkan dengan cara menambahkan akuades hingga tanda batas. Diambil 0,5 ml sampel yang telah diencerkan lalu dimasukkan kedalam tabung yang selanjutnya ditambahkan dengan 6 ml Biuret. Setelah larutan biuret ditambahkan kedalam tabung, sampel dimasukkan kedalam waterbath bersuhu 37 0 C selama 20 menit hingga warnanya berubah menjadi ungu sempurna. Setelah 20 menit, masukkan sampel kedalam kuvet. Diusahakan agar sampel yang masuk tidak membentuk gelembung. Kuvet yang telah diisi oleh sampel, dapat diuji absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UVvisible pada panjang gelombang 540 nm. Setelah melakukan prosedur praktikum tersebut, dihasilkan data praktikum pada table sebagai berikut: VOLUME BSA KONSENTRASI ABSORBANSI

( ml) ( X ) ( Y ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25 0,08 0,4 0,5 0,033 0,6 0,75 0,049 0,8 1 0,052 1 1,25 0,076 ( Hasil Praktikum Penetapan Kurva Standar Sampel Telur Puyuh ) VOLUME BSA ( ml) KONSENTRASI ( X ) ABSORBANSI ( Y ) 0,1 0,125 0,01 0,2 0,25 0,029 0,4 0,5 0,058 0,6 0,75 0,064 0,8 1 0,079 1 1,25 0,095 ( Hasil Praktikum Penetapan Kurva Standar Sampel Telur Ayam ) Dikarenakan adanya kesalahan yang dilakukan oleh praktikan ketika membaca absorbansi BSA pada spektrofotometer ( absorbansi pada konsentrasi 0,25 terlalu tinggi ), maka untuk menentukan kurva standar data yang digunakan berasal dari kelas sebelumnya. Kemungkinan penyebab kesalahan tersebut adalah adanya konsentrasi NH 4 + yang tinggi sehingga reaksi dapat terganggu. VOLUME BSA ( ml) KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,011 0,2 0,25 0,021 0,4 0,5 0,041 0,6 0,75 0,071 0,8 1 0,081 1 1,25 0,094 ( Hasil Praktikum Penetapan Kurva Standar Kelas A ) ABSORBANSI ( Y ) Dari data tersebut, dapat dihasilkan persamaan linear yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi suatu sampel. Konsentrasi yang telah diketahui akan digunakan untuk mencari kadar protein dalam sampel dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: % Protein = x FP x BJ x 100% Dimana BJ = Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan linear y = 0,0782x + 0,023 kemudian konsentrasinya diaplikasikan kedalam rumus, berikut adalah hasil perhitungannya:

KONSENTRASI ABSORBANSI % KADAR PROTEIN 2,771 0,214 2,69 % 2,630 0,208 2,60 % 2,656 0,210 2,63 % 2,643 0,209 2,62 % 2,566 0,203 2,54 % ( Hasil Praktikum Preparasi Sampel Telur Puyuh ) KONSENTRASI ABSORBANSI % KADAR PROTEIN 1,85 0,144 1,82 % 1,65 0,129 1,63 % 1,65 0,129 1,63 % 1,77 0,138 1,75 % 1,60 0,125 1,58 % ( Hasil Praktikum Preparasi Sampel Telur Ayam ) Apabila membandingkan hasil praktikum dengan literature didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh. Menurut literature, kadar protein dalam telur puyuh adalah 2,72 %. Apabila melihat dan membandingkannya maka kadar protein yang paling mendekati adalah pengujian sampel telur puyuh pada konsentrasi 2,771 dengan absorbansi 0,214. Berdasarkan data diatas, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu sampel, maka absorbansi yang dihasilkan dalam pengukuran pun semakin besar. ( Grafik Sampel Telur Puyuh ) ( Grafik Sampel Telur Ayam ) Grafik diatas bertujuan untuk membandingkan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasinya. Menurut literature, semakin tinggi nilai absorbansinya maka konsentrasinya pun akan semakin tinggi. Pada sampel telur puyuh, didapatkan bahwa garis pada grafik hampir mendekati linier. Hal tersebut dapat dilihat dari konsentrasi 2,770 yang memiliki nilai absorbansi 0,214. Kemungkinan dengan konsentrasi 2,770 absorbansi yang dihasilkan dapat melebihi 0,214 ( agar garis yang terbentu linier ). Sedangkan pada sampel telur ayam, garis yang dihasilkan linier. Kemungkinan penyebab kesalahan tersebut adalah adanya kesalahan praktikan dalam membaca nilai absorbansinya. Selain itu, kesalahan- kesalahan tersebut mungkin diakibatkan oleh kelemahan dari metode Biuret seperti sifatnya yang kurang sensitive dibandingkan dengan metode Lowry serta NH 4 + dalam konsentrasi tinggi dapat mengganggu reaksi antara larutan Biuret dengan sampel.

VI. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada sampel telur puyuh, garis pada grafiknya hampir mendekati linier. Hal tersebut dapat dilihat dari konsentrasi 2,770 yang memiliki nilai absorbansi 0,214. Kemungkinan dengan konsentrasi 2,770 absorbansi yang dihasilkan dapat melebihi 0,214 ( agar garis yang terbentu linier ). Sedangkan pada sampel telur ayam, garis yang dihasilkan linier. Kemungkinan penyebab kesalahan tersebut adalah adanya kesalahan praktikan dalam membaca nilai absorbansinya. Selain itu, apabila membandingkan antara kadar protein pada telur puyuh dan telur ayam, telur puyuh memiliki kadar protein yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Anonim a.2011. Analisis Protein. http://hobiikan.blogspot.com/20 11/10/analisis-pakan-analisisprotein.html diakses pada 11 Mei 2011. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharta : Jakarta. Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta. http://see-around-theworld.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-penentuankadar_21.html