BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Salah satu yang mendukung perkembangan tersebut adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang saat ini semakin pesat memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai rasa untuk memiliki dan bersedia untuk memberikan. kontribusi untuk membangun suatu sistem kerjasama yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. SMAN X Kota Purwakarta merupakan satu-satunya Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat dan semakin ketat. Persaingan dalam dunia bisnis, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1990-an mulai terjadi perubahan besar-besaran dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan. maksud memeroleh atau membantu memeroleh pendapatan atau gaji

BAB I PENDAHULUAN. ini, berdampak pada kritisnya masyarakat Indonesia dalam menerima produk jasa.

DAFTAR ISI. JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR iv. DAFTAR ISI... v. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan perusahaan provider telekomunikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Perawat bagian rawat inap Rumah Sakit X menunjukkan derajat OCB

BAB I PENDAHULUAN. baik bencana alam maupun bencana sosial (Perang, krisis ekonomi dan lain-lain).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan keuntungan yang memadai bagi perusahaan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan minyak bumi yang dihasilkan oleh Indonesia. PT. X terus berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang transportasi juga semakin meningkat. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Kebakaran dapat terjadi setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Kebakaran terjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Jakarta dan Bandung, perkembangan di bidang fashion, perfilman,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sorotan bagi organisasi untuk tetap dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan setelah mengalami adanya gangguan/keluhan pada tubuhnya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya akan berelasi dengan orang lain pun akan meningkat. Individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai perusahaan terdiri atas sekumpulan orang-orang yang

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

LAMPIRAN A VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR. 1. Validitas Alat Ukur OCB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, tetapi juga estetis. Ketiga, bussines for fashion terus berkembang di kota ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK X DI BANDUNG. Akira Devi Jatmika ABSTRACT

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB I. Pendahuluan. terus menerus membutuhkan pasokan energi yang digunakan untuk dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan serta Kementrian

LAMPIRAN 1 KISI-KISI ALAT UKUR OCB. No. Dimensi Indikator Item

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Perilaku Organisasi. meningkatkan keefektifan suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk

BAB V PENUTUP. bagi peneliti mendatang, dan saran bagi Pihak Manajemen Game Master.

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

2015 HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIGFIVE, MOTIVASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB) PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT X BANDUNG

BAB II TINJAUN PUSTAKA. 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) dari deskripsi pekerjaan. (Organ, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperlakukan dengan baik oleh organisasi, mereka akan cenderung bersikap dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana pengaruh OCB terhadap kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karyawan yang tidak puas dengan kerja mereka cenderung kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, masyarakat dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Salah satu yang mendukung perkembangan tersebut adalah media informasi dan komunikasi yang dapat mempersingkat jarak dan waktu. Wujud dari peranan media informasi dan komunikasi dapat dilihat dari cepatnya masyarakat dalam menerima informasi oleh karena banyaknya stasiun televisi yang muncul. Sebagai contoh, saat ini seluruh TV nasional dan lokal yang ada jumlahnya lebih dari 230 channel (http://tvkuindo.wordpress.com/ledakan-jumlah-stasiuntelevisi-swasta-di-indonesia/). Banyaknya stasiun televisi yang bermunculan membuat masyarakat bebas untuk memilih setiap informasi atau program-program acara yang mereka inginkan. Pada dasarnya stasiun televisi memiliki beragam program acara, baik dari segi hiburan untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, informasi teknologi, informasi bisnis, kegiatan-kegiatan religi, informasi mengenai lingkungan hidup, dan masih banyak lagi. Informasi yang disajikan oleh stasiun televisi lebih dipilih oleh masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil survei indeks membaca masyarakat Indonesia yaitu sekitar 0,001 persen. Artinya dari satu kelompok penduduk hanya ada satu orang yang memiliki minat baca yang tinggi 1

2 (http://www.rimanews.com/read/20120811/72138/survei-unesco-minat-bacamasyarakat-indonesia-paling-rendah-di-asean). Oleh karena itu, program berita melalui media televisi menjadi pilihan utama masyarakat dibandingkan dengan membaca informasi melalui media cetak. Kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi melalui siaran televisi membuat stasiun televisi merangkum semua informasi tersebut dalam sebuah program berita. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat menerima informasi secara cepat melalui stasiun televisi. Oleh karena itu, divisi progam berita merupakan divisi yang dituntut untuk mencari informasi-informasi yang aktual, cepat, dan terpercaya. Saat ini sudah ada dua televisi yang khusus menayangkan berita yang muncul pada tahun 2000 dan tahun 2002 (http://old.tahukahkamu.com/2011/03/sejarah-dan-urutan-berdirinya-stasiun.html) Lembaga Penyiaran X merupakan salah satu stasiun televisi yang dianggap paling senior dalam industri pertelevisian di Indonesia. Lembaga ini dimiliki oleh pemerintah. Oleh karena itu, meskipun telah banyak kompetitor, Lembaga Penyiaran X tetap dipertahankan oleh pemerintah. Selain itu, masih banyak masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh siaran televisi swasta sehingga banyak masyarakat yang menyaksikan tayangan dari Lembaga Penyiaran X. Salah satu tayangan yang banyak disaksikan oleh masyarakat adalah tayangan berita. Tayangan berita yang disiarkan oleh Lembaga Penyiaran X lebih edukatif dan cultural-oriented daripada tayangan stasiun televisi lainnya sehingga menjadi keunggulan tersendiri bagi Lembaga Penyiaran X untuk bisa bersaing dengan kompetitor

3 (http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=9373,2013). Dengan demikian Lembaga Penyiaran X dapat dikatakan cukup berhasil dan dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat. Keberhasilan dan kemajuan Lembaga Penyiaran X sebagai suatu organisasi tidak hanya dilihat dari besarnya profit yang diperoleh oleh organisasi tersebut, tetapi ada banyak faktor pendukung lain yang berperan penting dan membuat organisasi tersebut mengalami kemajuan dan keberhasilan. Salah satu faktor tersebut adalah kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dalam suatu organisasi. Tanpa didukung sumber daya manusia yang baik, suatu organisasi akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk meminimalisir masalah tersebut, suatu organisasi perlu memandang sumber daya manusia tidak lagi sebagai beban (biaya) bagi organisasi, melainkan sebagai aset (partner) dalam bekerja. Pada dasarnya setiap organisasi memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik keunggulan untuk bersaing dengan organisasi lain maupun untuk tetap survive. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka organisasi harus meningkatkan kinerja individual karyawannya karena pada dasarnya kinerja individual mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan (Daft, 2002 : 173). Dalam struktur Lembaga Penyiaran X divisi yang bertanggung jawab untuk menyajikan tayangan kepada masyarakat adalah divisi progam berita. Saat ini, divisi program berita Lembaga Penyiaran X sedang berusaha meningkatkan kinerja karyawannya agar dapat mempengaruhi kinerja dari organisasi dan juga dapat mencapai tujuan dari organisasi. Karyawan divisi program berita dituntut

4 untuk aktif dalam bekerja, misalnya menambah wawasan dan pengetahuan, giat, dan yang paling utama adalah meningkatkan kerja sama dalam bekerja. Di dalam divisi program berita Lembaga Penyiaran X terdapat sub bagian yang saling bekerja sama untuk menghasilkan suatu berita. Arahan untuk mencari berita diberikan oleh manajer program berita kepada reporter dan kameramen. Reporter dan kameramen mengumpulkan data dari narasumber dan lokasi kejadian, kemudian data yang dikumpulkan dibuat menjadi suatu naskah berita. Naskah berita yang dibuat dan gambar yang telah diambil diserahkan pada dubber dan editor untuk dibuat menjadi satu tayangan berita. Setelah itu, tayangan diserahkan kepada penanggung jawab acara untuk disiarkan kepada masyarakat. Dalam divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta terdapat 134 karyawan dan terbagi dalam setiap masing-masing pekerjaan seperti reporter, juru kamera, editor, dubber, dan manajer sebagai penanggung jawab berita. Pekerjaan dari reporter, juru kamera, dubber, dan editor merupakan pekerjaan inti dari divisi program berita Lembaga Penyiaran X karena fungsi dari setiap pekerjaan mereka paling menentukan disiarkannya suatu tayangan berita. Berbeda dengan divisi program acara yang lain, program divisi berita membutuhkan kerja dari para karyawan yang cepat dan tepat. Tayangan berita harus dengan cepat ditayangkan dan setiap harinya ditayangkan lebih dari 5 kali penayangan. Reporter dan juru kamera harus dengan cepat memperoleh informasi, lalu naskah berita yang diperoleh akan segera diedit oleh editor dan dubber. Mengingat banyaknya televisi swasta yang bermunculan yang juga menayangkan siaran berita, Lembaga Penyiaran X juga berusaha menayangkan siaran berita yang aktual dan terpercaya sumbernya. Oleh karena itu setiap karyawan pada divisi

5 program berita Lembaga Penyiaran X memiliki fungsi pekerjaan yang berkaitan seperti mata rantai sampai berita ditayangkan, serta harus memiliki ritme kerja yang sama. Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap sepuluh karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X, mereka memiliki kesulitan tersendiri dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Misalnya reporter yang mengalami kesulitan untuk menemui narasumber, masalah kesehatan suara dari dubber, kurangnya peralatan kamera dan editing yang memadai, dan kesulitan manajer untuk menentukan informasi yang harus diangkat. Pada kenyataannya, walaupun banyak kendala yang harus dihadapi oleh karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X, tetapi mereka tetap dapat menayangkan berita yang aktual, selalu tepat waktu dalam penayangannya serta bersifat edukatif dan cultural-oriented, sehingga animo masyarakat untuk tetap menyaksikan siaran dari Lembaga Penyiaran X dan masih dapat bersaing dengan stasiun televisi lainnya. Hal ini dikarenakan adanya kerja sama masing-masing bagian untuk membantu satu sama lain dalam rangka menghasilkan suatu tayangan berita. Misalnya reporter menggantikan peran dubber apabila mereka tidak dapat melaksanakan tugas karena masalah kesehatan, khususnya bagian suara, atau kameramen yang telah memilah gambar yang layak tayang untuk membantu kerja editor apabila video yang harus ia edit jumlahnya banyak. Perilaku yang menjadi tuntutan organisasi saat ini tidak hanya perilaku in-role yaitu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas yang ada dalam job description, tetapi juga perilaku extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari organisasi seperti yang dilakukan oleh karyawan divisi program berita untuk membantu rekan

6 kerjanya. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organizational Citizenship Behaviour (OCB) adalah perilaku individu yang atas kemauan diri sendiri, memberi bantuan kepada rekan kerja meskipun hasil dari perilaku ini, ia tidak mendapat imbalan (sukarela), dan dalam agregatnya dapat memberi kontribusi pada efektivitas dan efisiensi berfungsinya organisasi (Organ, 2006). Oleh karena itu, Organizational Citizenship Behaviour (OCB) bermanfaat bagi organisasi ini, khususnya dalam divisi program berita. Peran ekstra dari karyawan divisi program berita untuk saling membantu dan bekerja sama dalam menayangkan suatu program berita yang up to date akan sangat membantu keberhasilan Lembaga Penyiaran X untuk dapat menayangkan berita yang aktual dan terpercaya sehingga mendapatkan perhatian dari masyarakat serta tetap dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat. Menurut Podsakoff dkk (1990; dalam Organ 2006), terdapat lima dimensi dari Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yaitu altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy, dan civic virtue. Altruism perilaku karyawan yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, ditujukan pada seseorang yang nampak sedang membutuhkan bantuan berkaitan dengan masalah organisasi. Conscientiousness merupakan perilaku di luar job description atas inisiatif sendiri yang melebihi standar yang diharuskan, dimana perilaku tersebut ditunjukkan dengan hadir lebih dari jam kerja seharusnya tanpa dibayar uang lembur, memanfaatkan waktu luang dan menaati peraturan meskipun sedang tidak diawasi. Sportmanship perilaku individu yang dapat menoleransi kondisi kerja yang kurang ideal tanpa disertai dengan keluhan. Courtesy merupakan perilaku karyawan untuk menghindari

7 terjadinya konflik dalam pekerjaannya yang berkaitan dengan karyawan yang lainnya. Civic Virtue merupakan perilaku individu yang menggambarkan kesediaannya untuk terlibat dan peduli terhadap kelangsungan hidup organisasi. Karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang tinggi akan berperilaku peduli terhadap rekan kerja yang lain, menolong rekan kerja yang lain, memiliki kemajuan dalam kinerjanya, tidak mengeluh dan tidak kecewa dengan kondisi pekerjaan yang tidak ideal, tidak memiliki konflik dengan karyawan lain, atau memiliki motivasi untuk berpartisipasi dalam kemajuan organisasinya. Begitu pula sebaliknya dengan karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang rendah. Karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang rendah tentu saja akan merugikan Lembaga Penyiaran X karena dapat menyebabkan berita menjadi terlambat ditayangkan. Hal ini dikarenakan karyawan divisi program berita yang memiliki Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang rendah berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Misalnya penayangan berita akan terlambat karena ada karyawan yang terlambat untuk mengerjakan tugasnya, dan tidak ada yang memiliki kesadaran untuk membantu, atau ada karyawan yang berhalangan hadir sedangkan ia memiliki peran yang penting dalam penayangan berita namun tidak ada yang memiliki kesadaran untuk menggantikan. Berdasarkan hasil survei awal terhadap sepuluh karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta, diperoleh hasil bahwa enam dari sepuluh karyawan memiliki kesadaran untuk membantu rekan kerja meskipun tanpa

8 imbalan, hadir tepat waktu saat jam masuk kantor, memiliki toleransi saat rekan kerja lain sibuk untuk mengerjakan pekerjaan yang tumpang tindih dalam rangka penayangan berita, tidak merasa kecewa dengan peralatan kerja yang tidak memadai, menghindari konflik dengan rekan kerja saat ada masalah, dan memiliki kemauan untuk ikut serta dalam kegiatan dari Lembaga Penyiaran X. Sedangkan empat dari sepuluh karyawan lainnya hanya bekerja sesuai jobdesc nya masingmasing, kurang memiliki kesadaran untuk membantu rekan kerja jika tidak ada imbalan, terlambat saat jam masuk kantor, kurang memiliki toleransi saat rekan kerja lain sibuk untuk mengerjakan pekerjaan yang tumpang tindih dalam rangka penayangan berita, merasa kecewa dengan peralatan kerja yang tidak memadai, membuat konflik dengan rekan kerja saat ada masalah, dan kurang memiliki kemauan untuk ikut serta dalam kegiatan dari Lembaga Penyiaran X. Dengan melihat gejala-gejala yang terjadi di Lembaga Penyiaran X serta pentingnya Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada diri karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta, maka peneliti tertarik untuk mengetahui tinggi rendahnya Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta. 1.2 Identifikasi Masalah Ingin mengetahui derajat Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta.

9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran mengenai derajat Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta. 1.3.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat Organizational Citizenship Behaviour (OCB) melalui kelima dimensinya pada karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta beserta faktor-faktor yang terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi munculnya Organizational Citizenship Behaviour (OCB). 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini dapat dapat menambah kajian atau memperkaya kajian penelitian Organizational Citizenship Behaviour (OCB) di organisasi Pertelevisian khususnya pada divisi berita. 2. Memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain yang tertarik untuk memilih topik yang sama, yaitu mengenai Organizational Citizenship Behaviour (OCB). 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada manajer divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta mengenai derajat Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada karyawannya dan manfaatnya untuk dapat diterapkan

10 dalam perilaku kerja para karyawan agar karyawan lebih memiliki kesadaran atau kemauan untuk membantu rekan kerja yang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi 2. Sehubung diketahuinya derajat Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada karyawan yang berada di bawah pengawasannya, manajer divisi berita dapat memanfaatkan informasi ini untuk merencanakan melakukan tindak lanjut seperti menyelenggarakan training yang dibutuhkan. 1.5 Kerangka Pemikiran Lembaga Penyiaran X adalah stasiun televisi pertama dan tertua di Indonesia yang mengudara sejak tanggal 24 Agustus 1962. Pada era reformasi sampai dengan sekarang, pemerintah menetapkan bahwa Lembaga Penyiaran X sebagai Lembaga penyiaran publik yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, bisa menjadi contoh untuk masyarakat dan perekat sosial. Tugas tersebut dijalankan melalui penayangan siaran-siaran yang di antaranya adalah siaran berita. Siaran berita merupakan siaran yang paling banyak disaksikan oleh masyarakat. Mengudaranya siaran berita merupakan hasil garapan divisi program berita, dimana tiap karyawan pada divisi ini bahu-membahu mencari informasi yang aktual dan terpercaya, serta mengemasnya menjadi sebuah berita yang akan ditayangkan. Dalam pelaksanaan kerjanya, karyawan divisi program berita yang terdiri dari manajer program berita, penanggung jawab berita, reporter, kameramen, dubber, dan editor ini saling bekerjasama satu dengan yang lain. Berita akan ditayangkan

11 apabila reporter dan kameramen mendapatkan informasi sesuai dengan perintah manajer program berita, setelah itu informasi yang didapatkan diberikan kepada editor untuk dikemas menjadi sebuah tayangan berita. Dalam prosesnya, berita tersebut akan diedit dan dubber akan membacakan narasi berita sementara tayangan diputar. Oleh karena itu, masing-masing bagian sangat berkontribusi dalam penayangan berita. Karyawan pada divisi program berita diharapkan mampu untuk bekerja secara cepat dan tepat agar berita dapat ditayangkan tepat waktu dan sesuai dengan jadwal siaran berita, serta tidak tertinggal dari Lembaga Penyiaran yang lain. Kinerja karyawan divisi program berita ini merupakan perilaku in-role, dimana karyawan divisi program berita melaksanakan tugas yang telah tercantum dalam job desc mereka. Selain itu, kontribusi yang diberikan oleh karyawan divisi program berita juga bisa disebut dengan perilaku extra-role, yaitu Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organizational Citizenship Behaviour (OCB) adalah perilaku individu yang atas kemauan diri sendiri, memberi bantuan kepada rekan kerja meskipun hasil dari perilaku ini, ia tidak mendapat imbalan (sukarela), dan dalam agregatnya dapat memberi kontribusi pada efektivitas dan efisiensi fungsi dalam organisasi (Organ, 2006). Dalam teori Organizational Citizenship Behaviour (OCB), perilaku tersebut muncul dan berdampak pada efektivitas organisasi, diantaranya adalah Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dapat melihat mana pekerja yang benar-benar mempunyai komitmen terhadap organisasinya dan menghasilkan kinerja organisasi yang stabil (Organ, 2006). Dengan kata lain, Organizational

12 Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang selalu menciptakan iklim dan budaya organisasi yang positif dengan mengutamakan kepentingan orang lain. Hal itu diekspresikan dalam tindakan-tindakan yang mengarah pada hal-hal yang bukan untuk memenuhi kepentingan pribadi, melainkan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama dengan menunjukkan perilakunya dalam melaksanakan dan melestarikan budaya organisasi yang ada di dalamnya. Terdapat lima dimensi dari Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yaitu altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy, dan civic virtue (Podsakoff, MacKenzie, Moorman dan fetter, 1990, dalam Organ 2006). Altruism adalah perilaku karyawan yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, ditujukan pada seseorang yang nampak sedang membutuhkan bantuan berkaitan dengan masalah organisasi. Sebagai contoh, apabila dubber berhalangan untuk bertugas, reporter menggantikan tugas dubber tersebut. Conscientiousness merupakan perilaku di luar job description atas inisiatif sendiri yang melebihi standar yang diharuskan, dimana perilaku tersebut ditunjukkan dengan hadir lebih dari jam kerja seharusnya tanpa dibayar uang lembur, memanfaatkan waktu luang dan menaati peraturan meskipun sedang tidak diawasi. Sebagai contoh, karyawan divisi program berita kembali tepat waktu setelah jam makan siang untuk melanjutkan pekerjaannya. Sportmanship adalah perilaku individu yang dapat menoleransi kondisi kerja yang kurang ideal tanpa disertai dengan keluhan. Sebagai contoh, editor tidak mengeluh apabila menggunakan peralatan editing yang kurang memadai. Courtesy merupakan perilaku karyawan untuk menghindari terjadinya konflik dalam pekerjaannya yang berkaitan dengan karyawan yang lainnya. Sebagai

13 contoh, reporter dan kameramen menyelesaikan naskah berita dan menyerahkan potongan-potongan video kepada editor dan dubber dengan cepat dan tidak mendekati waktu deadline. Civic Virtue merupakan perilaku individu yang menggambarkan kesediaannya untuk terlibat dan peduli terhadap kelangsungan hidup organisasi. Sebagai contoh, karyawan divisi program berita mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penyiaran X atau stasiun televisi lainnya dalam rangka menambah informasi yang berguna untuk kemajuan Lembaga Penyiaran X. Menurut Organ (2006), munculnya dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal dari karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta. Faktor internal merupakan karakteristik individu, yang meliputi morale dan personality. Morale merupakan aspek-aspek dari sikap kerja karyawan yang terkait dengan leader consideration merupakan pertimbangan dari pemimpin terhadap kinerja karyawan yang diikuti dengan sikap fairness yang mengacu pada konsep untuk menentukan keadaan yang penting dalam proses pertukaran aktivitas sosial yang berfungsi dalam relasi antar karyawan. Jadi apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta menilai bahwa manajer program berita yang berorientasi sesuai dengan kinerja karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta, maka akan memunculkan morale positif dan dapat membuat karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta ingin terus melakukan sesuatu yang dapat memajukan tempat dimana mereka bekerja. Kemudian aspek kepuasan kerja (satisfication) yaitu, dimana jika mereka

14 merasa puas terhadap pekerjaannya di dalam organisasi, maka akan muncul komitmen dari mereka. Dari komitmen tersebut juga dapat memunculkan keinginan untuk melakukan Organizational Citizenship Behaviour (OCB), sehingga morale karyawan pun akan positif dan dapat membuat karyawan ingin terus melakukan sesuatu yang dapat memajukan tempat dimana mereka bekerja. Jadi apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta merasa puas dengan pekerjaannya di Lembaga Penyiaran X di Jakarta, maka akan muncul keinginan dari karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta untuk bekerja dengan rajin, misalnya mereka akan menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan menolong rekan kerjanya yang lain. Komitmen itu sendiri merupakan Affective commitment yang mengarah kepada keterikatan emosional, identifikasi, dan juga keterlibatan karyawan terhadap tempat mereka bekerja. Jadi apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta saling menolong tanpa adanya paksaan, lalu manajer program berita memperlakukan bawahannya dengan adil, maka akan muncul kepuasan dari karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta sehingga karyawan akan merasa terikat secara emosional dengan Lembaga Penyiaran X dan ikut berkontribusi terhadap kemajuan Lembaga Penyiaran X. Faktor internal yang lain yaitu personality dimana terdapat fifth factor sebagai kerangka besar yang dikemukakan oleh McCrae dan Costa (1987, dalam Organ, 2006). Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah conscientiousness, agreeableness, emotional abiliy, extraversion, dan openness to experience yang juga berkaitan dan dapa bekontribusi munculnya dimensi-dimensi dari Organizational Citizenship Behavior (OCB).

15 Conscientiousness mengarah kepada sifat ketergantungan, terencana, disiplin diri, dan ketekunan dari karyawan. Conscientiousness bisa mendukung muculnya dimensi Conscientiousness dari karyawan. Apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X merupakan pribadi yang Conscientiousness, maka akan muncul perilaku disiplin dalam dirinya seperti tidak terlambat masuk kerja. Agreeableness berupa kepribadian karyawan yang bersahabat, disenangi orang, dan juga mudah menjalin relasi yang hangat dengan orang lain. Emotional stability adalah sejauh mana emosi karyawan dapat stabil atau seimbang. Emotional stability bisa dikaitan dengan dimensi Sportmanship atau Courtesy, yaitu apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X mampu mengontrol emosinya saat bekerja maka karyawan tersebut bisa mentolerir hal-hal yang tidak ideal dengan pekerjaannya atau juga menghindari terjadinya masalah dengan rekan kerjanya yang lain. Extraversion mengarah pada perilaku karyawan yang responsif terhadap lingkungan. Openness to experience mengarah pada karakteristik karyawan yang cenderung kreatif, orisinil, imaginatif, penuh rasa penasaran, terbuka, berpandangan luas, dan memiliki minat yang besar. Aspek personality ini dapat dikaitan dengan dimensi Civic Virtue, yaitu apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X memiliki kreatifitas, terbuka maka karyawan akan memunculkan perilaku yang senang untuk memikirkan hal-hal yang baru yang dapat membantu kemajuan dari Lembaga Penyiaran X. Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang mendukung Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang mempengaruhi karyawan untuk melakukan OCB yaitu dipengaruhi oleh karakteristik tugas, karakteristik kelompok, karakteristik pemimpin, dan karakteristik organisasi. Karakteristik tugas meliputi

16 task autonomy, task identity, task variety, task significance, task feedback, task interdependency, serta goal interdependence. Task autonomy merupakan suatu tugas yang dianggap penting sehingga perilaku karyawan merasa bahwa tugas adalah bagian dari dirinya dan tanggung jawabnya (Hackman dan Lawer 1917, dalam Organ, 2006). Task identity, Task variety dan Task significance dapat mendukung Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dengan meningkatkan persepsi dari karyawan dalam memaknai tugasnya (Hackman dan Oldham, 1976, dalam Organ, 2006). Task feedback adalah aktivitas kerja dimana hasil kerja dari karyawan diinformasikan secara objektif, langsung dan jelas mengenai efektivitas perfomance kerjanya (Hackman dan Oldham, 1976, dalam Organ, 2006). Task interdependence merupakan keterkaitan antara tugas yang memerlukan pertukaran informasi, peralatan, dan dukungan dari rekan-rekan karyawan yang lain agar pekerjaannya dapat terlaksana (Vander Vegt, Van de Vliert & Oos Erhof, 2003). Goal Independence adalah tingkatan dimana karyawan percaya bahwa mereka telah memberikan tujuan kelompok dengan melakukan umpan balik dalam kelompok. Dalam Lembaga Penyiaran X Jakarta, karyawan merasa tugasnya merupakan hal yang penting untuk segera diselesaikan, yaitu membuat berita yang akan ditayangkan tepat waktu dan juga merasa dalam menyelesaikan tayangan tersebut terdapat keterlibatan rekan kerja yang lain. Maka karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta berusaha agar tujuan dari organisasi mereka terlaksana. Karakteristik kelompok meliputi group cohesiveness, team member exchange, group potency, dan perceived team support. Group cohesiveness merupakan keterkaitan antara kelompok karyawan yang satu dengan kelompok

17 karyawan lainnya dan keterkaitan untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut (Organ, 2006). Team member exchange merupakan kualitas relasi yang dapat menambahkan rasa saling percaya di antara anggota kelompok karyawan komitmen terhadap kelompok tersebut (Organ, 2006). Group potency merupakan kumpulan belief dari suatu kelompok karyawan yang dapat menjadi efektif. (Guzzo, Yost, Campbell, and Shea, 1993, dalam Organ, 2006). Perceived team support merupakan keyakinan karyawan bahwa kelompoknya menghargai kontribusi dan kepeduliannya terhadap kelompok tersebut (Bishop et al, 2000, dalam Organ, 2006). Apabila karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta merasa adanya keterikatan diri mereka dengan rekan kerja yang lain, adanya saling percaya dan sikap menghargai antar karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta, maka dari dalam diri karyawan akan muncul komitmen untuk terus berkontribusi dalam kemajuan Lembaga Penyiaran X. Karakteristik organisasi meliputi organizational formalization and inflexibility, perceived organization support, distance between employee and others in organization dan organizational constraint. Organizational formalization and inflexibility merupakan budaya dalam organisasi yang menekankan pentingnya peraturan dan prosedur serta perilaku yang melekat pada peraturan dan prosedur tersebut (Hall, 1991, dalam Organ, 2006). Perceived organization support merupakan persepsi karyawan mengenai seberapa besar dukungan yang mungkin mereka terima dari organisasi (Rhoades & Eisenberg, 2002, dalam Organ, 2006). Distance between employee and others in organization merupakan jarak yang meliputi struktural, psikologis, dan fungsional antara karyawan dengan

18 karyawan lain di dalam organisasi (Nappier & Ferris, 1993, dalam Organ, 2006). Organizational constraint merupakan kondisi yang sulit untuk memunculkan unjuk kerja yang baik pada karyawan (Peters & O Connors, 1980, dalam Organ, 2006). Jadi apabila Lembaga Penyiaran X Jakarta memberikan dukungan terhadap kinerja mereka selama menjadi bagian dari Lembaga Penyiaran X maka karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta akan memunculkan unjuk kerja yang baik dan juga mendukung Lembaga Penyiaran X Jakarta. Faktor eksternal yang terakhir adalah Karakteristik Pemimpin. Pemimpin yang mengutamakan tugas akan berbeda dengan pemimpin yang berorientasi pada hubungannya dengan karyawan. Pemimpin yang mengutamakan tugas akan lebih mementingkan teknis kerja, tugas dan berorientasi terhadap hasil kerja karyawan (Robbins, 2001). Jika interaksi antara pemimpin dengan karyawan baik, maka pemimpin akan berpandangan positif terhadap karyawan dan karyawan pun akan merasakan bahwa pemimpinnya banyak memberikan dukungan dan motivasi. Dalam Lembaga Penyiaran X manajer selaku pimpinan menekankan pentingnya tugas yang harus diselesaikan oleh karyawan sehingga karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik terhadap pemimpinnya, seperti menyelesaikan tayangan berita tepat pada waktunya, mengumpulkan infornasi dari suatu berita dengan lengkap dan terpercaya. Dari dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat dilihat bahwa karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki derajat Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang tinggi akan

19 memunculkan perilaku menolong rekan kerja yang membutuhkan bantuan secara sukarela, displin dalam bekerja seperti hadir tepat waktu, mampu mentolerir halhal- hal yang tidak ideal di Lembaga Penyiaran X, menghindari terjadinya masalah dengan rekan kerja, serta peduli akan kemajuan dan kelangsungan Lembaga Penyiaran X di Jakarta. Karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki derajat OCB yang tinggi, memiliki kelima dimensi OCB. Sedangkan karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X yang memiliki derajat Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang rendah memunculkan perilaku yang sulit menolong rekan kerja yang membutuhkan bantuan secara sukarela, kurang displin dalam bekerja seperti hadir tepat waktu, kurang mampu mentolerir hal-hal- hal yang tidak ideal di Lembaga Penyiaran X, menimbulkan masalah dengan rekan kerja, serta kurang peduli akan kemajuan dan kelangsungan Lembaga Penyiaran X di Jakarta.

20 Secara skematis kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Faktor Eksternal : 1. Karaktersitik Tugas 2. Karakteristik Kelompok 3. Karakteristik Pemimpin 4. Karakteristik Organisasi Karyawan divisi program berita Lembaga Penyiaran X di Jakarta Dimensi Organizational Citizenship Behaviour (OCB) : 1. Altruism 2. Conscientiousness 3. Sportsmanship 4. Courtesy 5. Civic virtue Tinggi Rendah Faktor Internal: Karateristik Individu (Personality and Morale) 1.1 Bagan Kerangka Pikir 1.6 Asumsi 1. Dalam menayangkan suatu tayangan berita karyawan divisi program perita Lembaga Penyiaran X di Jakarta membutuhkan kerjasama. 2. Karyawan yang memiliki derajat Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang tinggi dapat berkontribusi dalam kemajuan Lembaga Penyiaran X. 3. Faktor internal dan eksternal dari karyawan dapat mempengaruhi munculnya perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB).