ANALISA TEKNO-EKONOMI UNIT PEMISAHAN DAN PEMURNIAN VITAMIN PADA INDUSTRI MINYAK SAWIT KASAR Oleh BUDI HERMAWAN F34103100 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISA TEKNO-EKONOMI UNIT PEMISAHAN DAN PEMURNIAN VITAMIN PADA INDUSTRI MINYAK SAWIT KASAR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh BUDI HERMAWAN F34103100 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISA TEKNO-EKONOMI UNIT PEMISAHAN DAN PEMURNIAN VITAMIN PADA INDUSTRI MINYAK SAWIT KASAR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh BUDI HERMAWAN F34103100 Dilahirkan pada tanggal 18 Pebruari 1984 Di Bandung Tanggal lulus : Mei 2008 Disetujui, Bogor, Mei 2008 Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA. Dosen Pembimbing I Prayoga Suryadarma, STP., MT. Dosen Pembimbing II
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul : Analisa Tekno-Ekonomi Unit Pemisahan dan Pemurnian Vitamin pada Industri Minyak Sawit Kasar adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen akadenik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Bogor, Mei 2008 Yang Membuat Pernyataan, Nama : Budi Hermawan NRP : F34103100
Kesabaran dan tawakal merupakan modal untuk mencapai kesuksesan Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S. 94 : 5 6)
Budi Hermawan. F34103100. Analisa Tekno-Ekonomi Unit Pemisahan dan Pemurnian Vitamin pada Industri Minyak Sawit Kasar. Di Bawah Bimbingan : Hartrisari Hardjomidjojo dan Prayoga Suryadarma. RINGKASAN Minyak sawit mentah mengadung komponen minor yang memiliki nilai nutrisi tinggi seperti senyawa karotenoid dan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu masing-masing sekitar 500 ppm dan 600 1.000 ppm. Proses pemucatan (bleaching) pada produksi minyak goreng secara tidak langsung merusak komponen minor seperti β-karoten dan vitamin E sehingga kandungan kedua zat minor ini sudah tidak terdapat lagi di dalam minyak goreng. Pada tahun 1900-an lembaga penelitian sawit Malaysia (waktu itu masih Palm Oil Research Institute of Malaysia, PORIM) berhasil menciptakan teknologi pemurnian yang dapat mencegah terjadinya kerusakan dan kehilangan β-karoten dan vitamin E. Tetapi teknologi ini menghasilkan minyak goreng yang berwarna kemerahan dan untuk dipasarkan di Indonesia tidak cocok, karena konsumen di Indonesia menginginkan warna kuning pucat. Unit pemisahan dan pemurnian vitamin merupakan unit yang akan disisipkan pada industri minyak sawit untuk memucatkan minyak sawit dan mengambil β-karoten dan alphatokoferol dalam bentuk isolat. Dengan demikian jika disisipkan pada industri minyak goreng sawit, minyak goreng yang dihasilkan tidak berwarna kemerahan dan menghasilkan produk samping β-karoten dan alphatokoferol. Penyisipan unit pada industri minyak goreng sawit memerlukan proses tambahan, yaitu proses fraksinasi. Jika unit pemisahan dan pemurnian vitamin disisipkan pada industri minyak sawit merah (MSM) maka akan menghasilkan produk utama vitamin dan produk samping minyak goreng, tetapi pembelian bahan baku (olein) dihitung sebagai biaya. Dalam membandingkan dua atau lebih alternatif, perlu mempertimbangkan aspek tekno-ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang agar perbandingan yang diadakan menjadi valid. Metode present value adalah mengkonversi pengeluaran/biaya dan pendapatan operasi tahunan dan nilai jual kembali menggunakan rumus-rumus bunga majemuk ke suatu angka ekivalen pada suatu nilai nol. Unit pemisahan dan pemurnian vitamin terdiri dari proses adsorpsi, filtrasi II, desorpsi, filtrasi III, filtrasi membran dan evaporasi. Penyisipan unit pemisahan dan pemurnian vitamin di industri minyak goreng sawit membutuhkan proses pemanasan, kristalisasi, filtrasi I, adsorpsi, filtrasi II, desorpsi, filtrasi III, filtrasi membran dan evaporasi. Penyisipan unit pemisahan dan pemurnian vitamin di industri MSM membutuhkan proses adsorpsi, filtrasi II, desorpsi, filtrasi III, filtrasi membran dan evaporasi. Penambahan proses pemanasan, kristalisasi dan filtrasi mengakibatkan bertambahnya energi yang dibutuhkan. Sehingga kebutuhan energi pada penyisipan unit di industri minyak goreng sawit lebih tinggi dibandingkan penyisipan unit di industri MSM. Neraca massa unit pemisahan dan pemurnian di industri minyak goreng sawit, yaitu CPO (100%), filtrasi I (stearin 70% dan olein 30%), adsorpsi (atapulgit : olein = 1:3), filtrasi II (atapulgit+vitamin dan olein), desorpsi i
(atapulgit : IPA = 1:50), filtrasi III (IPA+vitamin dan atapulgit), membran filtrasi (IPA+betakaroten dan IPA+tokoferol), evaporasi (betakaroten, tokoferol dan IPA). Neraca energi unit pemisahan dan pemurnian di industri minyak goreng sawit, yaitu pemanasan (61,7 kj/kg), fraksinasi (-84,04 kj/kg dan 6,67 x 10-5 kwh/kg), filtrasi I (4,3 x 10-3 kwh/kg), adsorpsi (47,09 kj/kg dan 9,77 x 10-4 kwh/kg), filtrasi II (5 x 10-3 kwh/kg), desorpsi (1.022 kj/kg dan 6,67 x 10-3 kwh/kg), filtrasi III (0,43 kwh/kg), filtrasi membran (0,43 kwh/kg), dan evaporasi (0,4300563 kwh/kg). Neraca massa unit pemisahan dan pemurnian di industri minyak sawit merah, yaitu Olein (70%), adsorpsi (atapulgit : olein = 1:3), filtrasi II (atapulgit+vitamin dan olein), desorpsi (atapulgit : IPA = 1:50), filtrasi III (IPA+vitamin dan atapulgit), membran filtrasi (IPA+betakaroten dan IPA+tokoferol), evaporasi (betakaroten, tokoferol dan IPA). Neraca energi unit pemisahan dan pemurnian di industri minyak goreng sawit, yaitu adsorpsi (47,09 kj/kg dan 9,77 x 10-4 kwh/kg), filtrasi II (5 x 10-3 kwh/kg), desorpsi (1.022 kj/kg dan 6,67 x 10-3 kwh/kg), filtrasi III (0,43 kwh/kg), filtrasi membran (0,43 kwh/kg), dan evaporasi (0,4300563 kwh/kg). Umur unit pemisahan dan pemurnian vitamin ditetapkan 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun. Sedangkan kapasitas produksi yang diperhitungkan menggunakan basis bahan baku CPO 59.400 ton/tahun sampai dengan 108.000 ton/tahun. Alternatif yang dipertimbangkan adalah antara penyisipan unit di industri minyak goreng sawit dengan penyisipan unit di industri MSM. Biaya investasi alat penyisipan unit di industri minyak goreng sawit berkisar antara Rp. 196,8 M sampai dengan Rp. 347 M, sedangkan penyisipan unit di industri MSM berkisar antara Rp. 194,7 M sampai dengan Rp. 343,5 M. Biaya tetap penyisipan unit di industri minyak goreng sawit berkisar antara Rp. 52 M sampai dengan Rp 91 M sedangkan penyisipan unit di industri MSM berkisar antara Rp. 51,3 M sampai dengan Rp. 89,99 M. Biaya variabel penyisipan unit di industri minyak goreng sawit berkisar antara Rp. 362,2 M sampai dengan Rp. 658.56 M sedangkan penyisipan unit di industri MSM berkisar antara Rp. 951,7 M sampai dengan Rp. 1,73 T. Produksi rata-rata betakaroten dan tokoferol per tahun pada penyisipan unit di industri minyak goreng sawit dan penyisipan unit di industri MSM sama, yaitu masingmasing 27.755 kg sampai dengan 50.463 kg/tahun untuk betakaroten dan 32.629 kg sampai dengan 59.325 kg/tahun untuk tokoferol. Pada penyisipan unit di industri minyak goreng sawit tidak menghasilkan minyak goreng sedangkan pada penyisipan unit di industri MSM menghasilkan minyak goreng 37.006.200 kg/tahun sampai dengan 67.284.000 kg/tahun. Pada penyisipan unit di industri minyak goreng sawit dengan umur unit 5 tahun memiliki present value Rp. 7,7 trilyun sampai dengan Rp. 136,2 trilyun, umur unit 10 tahun Rp. 11,6 trilyun sampai dengan Rp. 203 trilyun, umur unit 15 tahun Rp. 14,67 trilyun sampai dengan Rp. 255,3 trilyun dan umur unit 20 tahun Rp. 16,36 trilyun sampai dengan Rp. 285,76 trilyun. Pada penyisipan unit di industri MSM dengan umur unit 5 tahun memiliki present value Rp. 6,65 trilyun sampai dengan Rp. 12,1 trilyun, umur unit 10 tahun Rp. 10 trilyun sampai dengan Rp. 18,38 trilyun, umur unit 15 tahun Rp. 12,68 trilyun sampai dengan Rp. 23 trilyun dan umur unit 20 tahun Rp. 14,15 trilyun sampai dengan Rp. 25,7 trilyun. ii
Dapat disimpulkan bahwa aliran kas yang memiliki nilai positif setiap tahunnya pada umur proyek yang lebih lama dan kapasitas yang lebih besar akan memiliki nilai present value terbesar. Secara keseluruhan penyisipan unit di industri minyak goreng sawit lebih menguntungkan dibandingkan penyisipan unit di industri MSM. iii
ABSTRACT The purpose of this research is to analize techno-economic of vitamin separation and purification process unit which are integrated at palm frying oil industry and red palm oil industry. This reseacrh use cost-benefit analysis wuth present value method on vitamin separation and purification process unit with age of unit are 5 years, 10 years, 15 years and 20 years and with capacities bases of crude palm oil 59,400 tons/year up to 108,000 tons/year. The result showed that the biggest benefit of vitamin separation and purification process unit is one at palm frying oil industry with age of unit 20 years and capacities 108,000 tons/year, while the smallest benefit of vitamin separation and purification process unit is one at red palm oil industry with age of unit 5 years and capacities 59,400 tons/year. Keyword : vitamin separation and purification process unit, palm frying oil industry, red palm oil industry, techno-economic analysis iv
BIODATA RINGKAS Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 Pebruari 1984 dari ibu bernama Siti Rodiyah dan ayah Sodikin. Penulis adalah putra kelima dari enam bersaudara. Penulis merupakan lulusan SMUN I Bogor pada tahun 2003 dan pada tahun yang sama masuk menjadi mahasiswa IPB tepatnya di Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian. Pada saat mengikuti perkuliahan, penulis aktif di luar kampus menjadi pengurus Forkom Alims (Forum Komunikasi Alumni SMAN I Bogor). Selain aktif di luar kampus, penulis pun pernah menjadi asisten laboratorium pengemasan (2005-2006) departemen teknologi industri pertanian. Pada masa studi di IPB pernah mendapatkan beasiswa dari BNI 46. v