IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Lokasi Magang (Sumber: metroterkini.com dan PT. RAPP)

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO.

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan publiknya. Artinya aktivitas public relations menjalankan fungsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara Abadi

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN DI INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP LPPM Universitas Riau

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman kayu putih sebagai salah satu komoditi kehutanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

Disampaikan dalam acara Focus Working Group 2017 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Jakarta, 18 Mei 2017

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Sistem Tebang Parsial & Tebang Habis

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Perspektif Industri THE FORESTS DIALOGUE. MARCH 2007 Jouko Virta. President, APRIL Global Fiber Supply

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PUBLIK PT RIAU ANDALAN PULP AND PAPER

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1

dikeluarkannya izin untuk aktivitas pertambangan pada tahun 1999 dengan dikeluarkannya SK Menperindag Nomor. 146/MPP/Kep/4/1999 tanggal 22 April 1999

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

PENGALAMAN SWASTA DALAM IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESEHATAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Dr. Budi Tjahjono. Head of Plant Health Program AAA R&D

IMPLEMENTASI PP 57/2016

Transkripsi:

19 IV. KONDISI UMUM 4.1 Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) adalah bagian dari Asia Pasific Resources International Holdings Limitied (APRIL) Group, perusahaan yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini bergerak di bidang Pulp, Kertas dan HTI yang memasok bahan baku kayu ke pabrik pulp (Gambar 3). Provinsi Riau PT. RAPP Kabupaten Pelalawan Lokasi PT. RAPP Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map) Perusahaan ini berkantor pusat di Singapura dan memiliki operasi utama produksi di Indonesia dan Cina. APRIL Indonesia memiliki luasan 1.750 hektar Pangkalan Kerinci, dekat Pekanbaru di Provinsi Riau, Sumatera. APRIL beroperasi pada pabrik pulp dan kertas, pabrik kimia terintegrasi, dan sebuah pembangkit listrik yang menghasilkan seluruh energi untuk kompleks perusahaan tersebut, sebagian besar menggunakan bahan bakar bio. Produksi pulp di PT. RAPP pertahun sekitar 2 juta ton pulp. Pabrik kertas di PT. RAPP memiliki salah satu mesin tercepat di dunia untuk menghaluskan kertas, dengan kecepatan maksimum dirancang 1.500 meter per menit, dengan kapasitas 350.000 ton per

20 tahun yang terletak di area pulp and paper mill (Gambar 4). Produk unggulan dari PT. RAPP adalah kertas APRIL PaperOne, yang merupakan office paper kualitas premium yang dirancang untuk menjadi kertas printing dan kertas fotokopi. Gambar 4. Pulp and Paper Mill PT. RAPP (Sumber: PT. RAPP, 2011) Perusahaan selain mempunyai mesin yang canggih di area pulp and paper mill juga mempunyai tempat pembibitan Acacia crassicarpa dan Acacia mangium terbesar kedua di dunia. RDD sebagai departemen yang menangani berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh perusahaan sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan percobaan di tempat pembibitan ini (Gambar 5).

21 (a) (b) Gambar 5. Pembibitan (a) Acacia crassicarpa (b) Acacia mangium (Sumber: PT. RAPP, 2011) Sesuai dengan tujuan penanaman, sistem silvikultur yang diterapkan di HTI RAPP adalah sistem tebang habis dengan permudaan buatan, semua teknik silvikultur dan pemanenan disesuaikan dengan sistem ini. Pada awal beroperasinya, teknik budidaya yang diterapkan hanyalah berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu. Sejalan dengan waktu, semua teknik silvikultur termasuk teknologi pemanenan diperbaiki berdasarkan hasil-hasil penelitian, bench-marking operations dan program continuous improvement yang paling sesuai dengan kondisi setempat. Luas hutan tanaman yang sudah terbangun (per Desember 2009) adalah 311,000 Ha di Riau, 270,581 Ha dialokasikan sebagai area konservasi, tiga spesies utama yang dikembangkan untuk kayu pulp adalah Acacia mangium, A.Crassicarpa dan Eucalyptus (Gambar 6).

22 (a) (b) Gambar 6. Hutan Tanaman dengan Bentuk Mosaic Plantations (a) Acacia crassicarpa (b) Acacia mangium (Sumber: PT. RAPP, 2011) 4.2 Ruang Lingkup Kerja Research and Development Department Ruang lingkup kerja dari PT. RAPP khususnya Research and Development Department (RDD) mencakup penelitian dan pengembangan HTI, pemuliaan pohon, pengelolaan hutan, survey dan pemetaan tanah mineral, program kesehatan tanaman, pengendalian hama terpadu dalam HTI, dan pengembangan lanskap arboretum RDD. Dalam penelitian dan pengembangan HTI, PT. RAPP mempunyai strategi berupa kelola area hutan tanaman yang terdiri dari penataan kawasan/zonasi area, pengadaan sarana/prasarana perlindungan hutan seperti tim pengamanan dan peralatan pengendali kebakaran hutan, penerapan AIMS-APRIL improvement management system, serta pemeliharaan water level di setiap zonasi

23 area. Strategi tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan kayu dan pulping. Pemuliaan pohon di RAPP bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan materi genetik yang telah diperbaiki dengan sifat riap tahunan yang tinggi, kepadatan kayu yang sesuai, hasil pulp yang tinggi. Proses pemuliaan pohon dimulai dengan melakukan pemilihan pohon yang terbaik. Setelah itu dilakukan breeding atau kawin silang dengan cara polinasi terbuka atau dengan polinasi yang terkontrol, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil yang telah didapatkan selanjutnya diseleksi dengan cara genetic test untuk menguji seberapa besar germplasma yang didapat, hal tersebut dilakukan agar menghasilkan bibit dan benih pohon terbaik dengan kriteria volume yang tinggi, menghasilkan serat yang tinggi dan juga kepadatan kayu yang tinggi. Pemuliaan pohon juga dapat dilakukan dengan cara yang lain yaitu dengan pengembangan dan perbaikan berkala melalui persemaian serta melakukan kloning dari bibit atau benih yang terbaik, proses pemuliaan pohon dapat terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Skema Pemuliaan Pohon di RDD (Sumber : PT. RAPP, 2011)

24 Pengelolaan hutan berfokus pada penelitian dan pengembangan teknik silvikultur yang sesuai dengan genotipe dan lahan, kelestarian lahan, mengidentifiksasi kekurangan unsur hara mikro dan melakukan aplikasi pupuk mikro pada saat yang tepat meningkatkan produktivitas tegakan HTI di lahan gambut, survey dan pemetaan tanah pada semua areal Unit Usaha. Tujuan dari survey dan pemetaan tanah mineral adalah mengklasifikasi tanah dan memetakannya sebagai dasar untuk penetapan praktek pengelolaan HTI, survey tanah ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Asian Agri (Baserah, Langgam, Langsat, Corridor, Teso West) dan BaLitBang Tanah Bogor (Teso East, Cerenti, Logas, Mandau, Ukui, Nagodang, Dumaifiber dan Pulau Padang), Hingga sekarang lahan yang sudah disurvey oleh Riaufiber dan Indrafiber seluas 124,600 ha, Dumaifiber 15,000 ha dan juga membantu Pulau Padang (35,000 ha). Survey dan pemetaan tanah pada beberapa kawasan milik perusahaan menghasilkan 52 famili tanah, lalu dari famili yang ditemukan dikelompokkan sesuai dengan tanah-tanah yang mirip sifatnya dan menghasilkan 13 unit grup tanah dengan sifat yang mirip. Kegunaan dari pengelompokkan tadi adalah untuk menganalisa kesesuaian tanah dengan proses manajemen plantation yang dilakukan oleh perusahaan, terdiri dari klasifikasi kemiringan lahan, penarikan informasi pemanenan, informasi kegiatan silvikultur, informasi genetik, serta hama dan penyakit (Gambar 8). Gambar 8. Skema Pengelolaan HTI di RDD (Sumber : PT. RAPP, 2011)

25 Program kesehatan tanaman di PT. RAPP bertujuan untuk meminimalkan resiko hama penyakit untuk mencapai produksi potensial dan menghindari pengeluaran yang mahal dan tidak perlu untuk pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan utama pada program kesehatan tanaman berupa identifikasi atau diagnosis masalah hama dan penyakit melalui pengendalian hama terpadu, telaah tentang biologi dan dampak dari hama dan penyakit utama, pengamatan terhadap perkembangan hama dan penyakit, percobaan metode pengendalian hama dan penyakit yang efektif, pelatihan atau penyuluhan dan publikasi tentang hama dan penyakit. Pada pengendalian hama terpadu dilakukan pencegahan, pengamatan, dan pengendalian yang dimulai dengan pemilihan spesies tanaman dan identifikasi hama potensial hingga pengendalian hayati seperti apa yang dilakukan yang terlihat pada Gambar 9. Gambar 9. Pengendalian Hama Terpadu dalam HTI (Sumber : PT. RAPP, 2011) Program pengendalian hayati adalah program yang bertujuan untuk membuat tanaman tetap sehat dengan cara alami, digunakannya pengendalian secara hayati adalah untuk mengurangi penggunaan pestisida, karena pestisida berdaya racun yang tinggi hingga sering kali membunuh spesies non sasaran, hanya menjadi solusi jangka pendek, dan harganya relatif mahal. Pengendalian hayati yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengembangkan predator atau musuh alami hama seperti mengembangkan laba-laba, sycanus, semut hitam dan belalang sembah (Gambar 10).

26 Gambar 10. Pengendalian Hayati dengan Predator Hama (Sumber : PT. RAPP, 2011) Program pengembangan lanskap arboretum RDD ditujukan untuk memberikan pengenalan tentang vegetasi yang digunakan untuk HTI dan sebagai area display vegetasi langka yang digunakan oleh PT. RAPP. Pengenalan vegetasi yang digunakan untuk HTI sangat penting karena gedung RDD berlokasi jauh dari kawasan produksi HTI yang berada di site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, dan Semenanjung Kampar dengan begitu peneliti, pegawai, masyarakat dan tamu perusahaan bisa melihat vegetasi yang ada pada kawasan produksi HTI. Program ini diharapkan akan menghasilkan desain untuk pengembangan sarana bernilai estetis pada arboretum kawasan RDD. Kegiatan pengembangan lanskap arboretum kawasan RDD berupa proses perancangan yang dimulai dari pengumpulan data dan pembentukan konsep hingga pelaksanaan desain di lapangan, seperti survey dan pendataan ulang, pengukuran ulang, serta aplikasi permodelan penanaman lanskap, desain penanaman lanskap, dan pengelolaan lanskap arboretum.