BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem gambut merupakan salah satu tipe ekosistem lahan basah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik dan pada umumnya menempati cekungan di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan penting baik dari aspek ekologi, sosial maupun ekonomi. Ditinjau dari aspek ekologi bahwa ekosistem gambut mempunyai fungsi menyimpan dan menyuplai air, sebagai cadangan karbon terrestrial, dan merupakan habitat bagi keanekaragaman hayati yang hanya dijumpai pada ekosistem tersebut (Roulet, 2000; Chmura et al., 2003; Sudip et al., 2005; Maswar, 2011). Peran ekosistem gambut ditinjau dari aspek ekonomi adalah berupa hasil hutan baik kayu maupun non kayu, sedangkan peran sosial adalah sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar baik dibidang perikanan maupun pertanian. Luas lahan gambut di Indonesia menempati urutan ke empat terbesar di dunia setelah Rusia, Kanada dan Amerika Serikat. Diperkirakan potensinya di Indonesia mencapai 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia. Dari luasan tersebut sekitar 7,2 juta hektar atau 35%-nya terdapat di Pulau Sumatera dan di Kabupaten Siak Propinsi Riau ada 504 ribu ha atau 12,5 % (Wahyunto et al, 2005). Pemanfaatannya telah dimulai sekitar tahun 1960-an sebagai lahan pertanian untuk program transmigrasi (Suryadi, 1996; Rahmadi, 2009; Saefudin, 2009). Sejak tahun 1990-an pemerintah mengembangkan lahan gambut sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI) khususnya di 1

2 Sumatera dan Kalimantan. Saat ini bentuk HTI yang berperan penting dan berkembang dalam menunjang industri kayu adalah HTI pulp, salah satu perusahaan HTI terbesar di Riau adalah PT. Arara Abadi. PT Arara Abadi membangun HTI untuk memasok bahan baku pabrik pulp dan kertas PT. Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP). Jenis tanaman yang dikembangkan oleh PT. Arara Abadi di lahan gambut adalah Acacia crassicarpa. Jenis tersebut dikembangkan sebagai tanaman pokok atau tanaman unggulan untuk HTI pulp di lahan gambut, karena karakteristik jenis ini sesuai dengan persyaratan yang diinginkan oleh industri pulp dan dapat beradaptasi pada lahan gambut. A. crassicarpa menghasilkan kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas, dengan daur panen 4,5-6 tahun. Jenis tersebut memenuhi persyaratan untuk industri pulp seperti : (1) Pertumbuhannya cepat, kulminasi riap pada umur muda, batang relatif lurus, dapat ditanam dengan mudah dan murah; (2) Mempunyai kadar selulosa tinggi (40-45%), berserat panjang ( 0,8), mempunyai kadar lignin rendah (<23%), warna cerah dan zat ekstratif rendah (PT. Arara Abadi, 2008). Hutan Tanaman Industri A. crassicarpa milik PT. Arara Abadi sebagian arealnya merupakan rawa-rawa gambut dalam, dengan tingkat dekomposisi hemik dan fibrik, sedangkan sebagian lainnya merupakan rawa-rawa gambut dangkal dengan tingkat kematangan saprik dan hemik. Kedalaman gambut yang diusahakan untuk pengembangan budidaya tanaman HTI A. crassicarpa berkisar antara 0,5-2 meter, namun banyak juga dikembangkan di areal yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter. 2

3 Kondisi alami lahan gambut selalu tergenang, sehingga pemanfaatan lahan gambut untuk komoditi HTI A. crassicarpa diawali dengan pembuatan saluran drainase atau kanal untuk meningkatkan ketersediaan oksigen bagi akar supaya tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Hooijer et al., 2006). Pembuatan saluran drainase mempunyai dua fungsi utama yaitu untuk membuang kelebihan air tanah di lahan dan air hujan, serta sebagai pengendali kedalaman muka air tanah agar tercapai kondisi yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Radjagukguk (1991), bahwa pengaturan dan pengelolaan sistem drainase serta pengendalian laju drainase merupakan aspek-aspek yang amat penting untuk diperhatikan dalam pemanfaatan lahan gambut. Apabila level tinggi muka air terlalu dalam, maka proses dekomposisi akan semakin cepat terjadi karena proses dekomposisi pada kondisi aerobik jauh lebih cepat dibandingkan pada kondisi anaerobik. Namun apabila level tinggi muka air terlalu dangkal maka pertumbuhan tanaman tidak akan optimum bahkan tidak dapat berlangsung karena respirasi dan pertumbuhan akar akan terganggu. Pada dasarnya reklamasi tanah gambut adalah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahannya, namun karena ekosistem gambut sangat unik, rapuh dan memiliki sifat tidak dapat diperbaharui maka akan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Sehingga kegiatan reklamasi lahan untuk HTI A. crassicarpa dalam jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif terhadap perubahan karakteristik tanah gambutnya. Menurut Hardjowigeno (1986) bahwa perbaikan drainase sangat erat hubungannya dengan sifat fisik gambut seperti tingkat dekomposisi tanah gambut, bobot isi (bulk density), irreversible (kering 3

4 tidak balik), kadar air dan subsiden. Selanjutnya sifat fisik tersebut akan berpengaruh terhadap sifat kimia dan biologi tanahnya. Walaupun telah banyak diketahui adanya perubahan sifat tanah gambut akibat perbaikan drainase (pengeringan lahan) untuk kegiatan budidaya, tetapi sifat-sifat tanah yang berubah secara vertikal pada tanah gambut yang didrainase untuk HTI A. crassicarpa belum diketahui secara pasti. Sifat-sifat tersebut adalah penting karena menentukan kelestarian gambut secara keseluruhan dalam mendukung produktivitas lahan untuk keberlangsungan pasokan bahan baku pulp dan kertas. B. Perumusan Masalah Ekosistem gambut mempunyai peranan yang penting dalam hal penyediaan bahan baku industri kehutanan salah satunya adalah untuk tujuan bahan baku pulp dan kertas. Sampai saat ini hasil tegakan HTI pulp dan kertas belum sesuai dengan produktivitas hasil yang diharapkan, rata-rata setiap tahunnya masih mengandalkan 50% pasokan bahan baku dari hutan alam. Belum tercapainya produktivitas hasil yang diharapkan dalam pengusahaan tanaman A. crassicarpa di lahan gambut adalah rendahnya tingkat survival tanaman tersebut. Laporan PT. Arara Abadi (2012) bahwa pada akhir daur tebang (umur 4,5-5 tahun), persen survival tanaman A. crassicarpa sebesar 46,3%. Rendahnya persen survival tanaman disebabkan oleh beberapa hal seperti: (1) Bibit yang digunakan sebagian besar berasal dari materi bibit stek yang mempunyai sistem perakaran kurang kokoh sehingga rentan terhadap kerobohan, (2) Jenis tanaman yang dikembangkan adalah termasuk jenis cepat tumbuh, pada akhir daur rata-rata tinggi pohon 22 m dengan diameter pohon 19 cm, sehingga menyebabkan 4

5 kurangnya keseimbangan antara bobot biomassa dan kekokohan sistem perakaran. Sifat perakaran berhubungan dengan sifat fisik tanah gambut yang mempunyai nilai bobot isi rendah (0,05-0,56 g/cm 3 ), bersifat seperti spon menyebabkan cengkraman akar kurang kompak sehingga pohon rentan roboh apabila dipicu tiupan angin. Hutan Tanaman Industri A. crassicarpa di lahan gambut PT. Arara Abadi telah memasuki rotasi ke-4. Dalam beberapa periode rotasi mendatang lahan gambut tersebut diperkirakan akan menjadi semakin terdegradasi, hal ini dikarenakan selalu ada proses penebangan diakhir daur, pengangkutan hasil, penyiapan lahan untuk periode penanaman berikutnya, pemupukan dan pemberian herbisida. Adanya usikan selama pengelolaan HTI tersebut merupakan faktorfaktor yang dapat mempercepat degradasi gambut. Alur penanaman A. crassicarpa di lahan gambut disajikan pada Gambar 1. Degradasi lahan gambut akan memengaruhi daya dukung lahan gambut tersebut. Daya dukung lahan gambut secara tidak langsung akan menentukan keberadaan industri pulp dan kertas, yaitu yang berkenaan dengan suplai bahan baku dari lahan HTI pulp. Menurut Nambiar dan Brown (1997) bahwa keberlangsungan penyediaan suplai bahan baku dari lahan HTI pulp sangat ditentukan oleh kemampuan kondisi ekologis, kualitas tempat tumbuh, intensitas manajemen termasuk perlakuan silvikultur yang dilaksanakan, dampak pada tanah di bawahnya dan nilai lingkungan serta manfaat sosial ekonomi yang didapat. Beberapa permasalahan berkenaan dengan pemanfaatan lahan gambut untuk HTI adalah di samping jenis yang dikembangkan tumbuh kurang baik, persentase hidup tanaman pada akhir daur rendah, pada musim hujan lahan 5

6 tergenang air dan terlalu kering saat musim kemarau, kebakaran, pelepasan karbon dioksida, serta penurunan permukaan tanah (subsiden). Hutan/ Replanting dari Hutan Tanaman Persiapan Lahan Pembersihan Lahan Pengaturan Kedalaman Muka Air Tanah Gambut berdasarkan Umur Tanaman: < 6 bulan : cm 6 12 bulan : cm > 12 bulan : cm Kanal Primer, Sekunder, dan Tersier Penyemprotan Pra Tanam dengan Menggunakan Herbisida Tanam Pupuk Perawatan Penyulaman Weeding Singling Pupuk Susulan Pengendalian HPT Gambar 1. Alur penanaman A. crassicarpa di lahan gambut (PT.Arara Abadi, 2008). 6

7 Pengembangan lahan gambut untuk HTI dengan menurunkan kedalaman muka air tanah telah mengubah keseimbangan ekosistem di daerah tersebut. Ritzema dan Wosten (2002) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam keseimbangan air di wilayah tersebut, terutama dampak dari drainase, akan memiliki efek tidak dapat kembali seperti fungsi ekosistem semula. Hampir tidak mungkin untuk kembali ke kondisi alami lahan gambut, namun usaha yang dapat dilakukan hanyalah memperkecil dampak lingkungan yang ditimbulkan. Salah satu cara dengan meminimalkan pengeringan lahan yaitu mengatur kedalaman muka air tanah. Beberapa penelitian pengelolaan tata air di lahan HTI A. crassicarpa telah dilakukan (Hooijer, et al, 2012; Kunarso, 2012; dan Yuniati, 2013). Namun dampak pengembangan tanaman A. crassicarpa terhadap perubahan karakteristik tanahnya secara vertikal belum dilakukan. Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan informasi terkait karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah gambut yang didrainase sehingga dapat diketahui sejauh mana perubahannya secara vertikal, bagaimana pengaruhnya terhadap kelestarian gambut dalam mendukung produktivitas lahan HTI A. crassicarpa untuk rotasi berikutnya. Dengan dilakukannya drainase maka dapat menyebabkan hilangnya gambut karena proses oksidasi yang dipercepat. Apabila tanah mineral di bawah lapisan gambut tersebut merupakan tanah yang tidak atau kurang subur maka produktivitas lahan akan menurun seiring dengan habisnya gambut. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah dampak pengelolaan lahan gambut akibat penanaman A. crassicarpa terhadap karakteristik tanah gambutnya, laju penurunan permukaan gambut dan kesuburan lapisan substratum di bawahnya serta melihat hubungan kedekatan ekologis antara 7

8 fauna tanah gambut dengan karakteristik tanahnya yang dapat digunakan sebagai penciri kondisi ekologis lahannya. Kerangka berpikir untuk mengkaji permasalahan tersebut dituangkan dalam bentuk tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kajian karakteristik tanah gambut yang didrainase untuk hutan tanaman A. crassicarpa, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik (fisik, kimia dan biologi) tanah gambut setelah dilakukan drainase untuk HTI A. crassicarpa rotasi ke tiga. Secara rinci, tujuan penelitian adalah untuk: (1). Mengetahui karakteristik fisik tanah gambut ditinjau dari nilai bobot isi, tingkat kematangan dan kadar air berdasarkan kedalaman gambut, serta laju penurunan permukaan tanah gambut; (2) Mengetahui karakteristik kimia tanah gambut ditinjau dari distribusi hara makro, kadar abu, basa-basa yang dapat ditukar serta ph secara vertikal berdasarkan kedalaman gambut; (3) Mengetahui karakteristik biologi tanah gambut ditinjau dari kelimpahan fauna tanah. (4) Mengetahui hubungan kedekatan ekologis antara kelimpahan fauna tanah dengan karakteristik tanah gambut yang didrainase. 8

9 Permasalahan lingkungan pada pengembangan hutan tanaman A. crassicarpa untuk produksi pulp dan kertas Permasalahan pengelolaan tata air Permasalahan dampak pengelolaan terhadap tanahnya Permasalahan emisi Studi model pengelolaan tata air di lahan gambut : Hooijer, et al, 2012 Kunarso, 2012 Yuniati, 2013 Kajian Karakteristik Tanah Gambut yang Didrainase untuk HTI A. crassicarpa Penghitungan emisi karbon : Hooijer, et al, 2012 Perubahan sifat fisik tanah gambut secara vertikal Perubahan sifat kimia tanah gambut secara vertikal Perubahan sifat biologi tanah gambut dilihat dari kelimpahan fauna tanahnya Penghitungan laju subsidensi : Hooijer, et al, 2012 Yunita Lisnawati (penerapan model laju subsiden dari Hooijer, et al, 2012) Pengukuran kandungan hara makro, kadar abu, ph dan basa-basa tertukar di lahan HTI dan hutan gambut alami Pengukuran bobot isi, tingkat kematangan, Kadar Air di lahan HTI dan hutan gambut Pengukuran kelimpahan fauna tanah di lahan HTI dan hutan Analisis karakteristik fisik tanah gambut setelah didrainase Analisis hubungan kedekatan ekologis antara kelimpahan fauna tanah dengan karakteristik fisik tanah gambut setelah di drainase Analisis karakteristik kimia tanah gambut setelah didrainase Gambar 2. Bagan alur kerangka penelitian. 9

10 D. Manfaat Penelitian Penelitian kajian karakteristik tanah gambut yang didrainase untuk HTI A. crassicarpa mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Kajian sifat fisik dan kimia tanah secara vertikal pada tanah gambut yang didrainase dan dibandingkan dengan kondisi pada hutan gambut alami, diharapkan dapat dipergunakan sebagai justifikasi/pertimbangan ilmiah terhadap PP No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut mengenai (a) batasan kriteria baku kerusakan gambut dengan menggunakan batasan kedalaman muka air tanah 0,4 m; (b) gambut maksimal 3 meter yang boleh dikelola, dan ditetapkan sebagai fungsi lindung jika memiliki ketebalan lebih dari 3 m. 2. Kajian distribusi hara makro, kadar abu, basa-basa yang dapat ditukar serta ph secara vertikal berdasarkan kedalaman gambut serta laju penurunan gambut (subsidensi) diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan masukan kepada pihak manajemen PT. Arara Abadi berkenaan dengan status kesuburan tanahnya seiring dengan laju penurunan permukaan tanah gambut. 3. Kajian hubungan kedekatan ekologis antara kelimpahan fauna tanah dengan karakteristik tanah gambut yang didrainase diharapkan dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap pengelolaan lahan HTI A. crassicarpa. E. Keaslian dan Kebaharuan Penelitian Tinjauan terhadap penelitian yang terkait dengan dampak lahan gambut yang didrainase untuk tanaman tahunan dan untuk HTI A.crassicarpa sudah 10

11 pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilampirkan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap terhadap bagian-bagian dari persoalan yang sudah diteliti dan menggunakan hasil-hasil penelitian sebelumnya ini sebagai dasar untuk mendukung dan memperkuat pemahaman, pengetahuan, informasi, dan aspek penelitian yang dilakukan pada penelitian ini. Selain itu, tinjauan penelitian sebelumnya ini dimaksudkan juga untuk melihat perbedaan antara materi dan aspek yang sudah pernah diteliti dengan topik penelitian yang dilakukan pada penelitian ini. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat keaslian dan kebaharuan penelitian yang dilakukan. Perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada fokus studinya seperti terlihat pada matrik yang disajikan pada Tabel 1. Keaslian dan kebaharuan dari penelitian ini adalah: 1. Belum pernah ada penelitian yang membandingkan karakteristik fisik dan kimia tanah gambut yang dilakukan secara vertikal sampai kedalaman tanah mineral pada lahan gambut yang dikonversi untuk HTI Acacia crassicarpa dengan lahan gambut pada areal konservasi. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya dilakukan pada lapisan atas. 2. Diketahuinya karakteristik fisik tanah gambut di lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa pada ketebalan gambut di atas 4 m, profil tengah didominasi oleh tingkat kematangan fibrik, yang mana pada kondisi tersebut mempunyai stabilitas yang rendah, airnya jenuh total sepanjang tahun, dan daya dukung bebannya rendah yang ditunjukkan dengan nilai bobot isi yang sangat rendah. Informasi ini dapat dijadikan justifikasi ilmiah dalam mendukung usaha pemerintah untuk melindungi ekosistem gambut dimana 11

12 gambut yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m ditetapkan sebagai fungsi lindung. 2.a. Ditemukannya famili Entomobryidae yang berpotensi sebagai bioindikator lahan gambut yang masih mempunyai kelembaban tanah yang tinggi dan belum mengalami dekomposisi lebih lanjut. Kelembaban tanah yang tinggi dicirikan dengan kandungan kadar air yang tinggi dan biasanya terdapat pada lahan gambut yang mempunyai kedalaman muka air tanah yang dangkal. b. Ditemukannya famili Formicidae yang berpotensi sebagai bioindikator lahan gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi yang telah lanjut dan kadar air yang rendah. Kondisi tersebut terdapat pada lahan gambut yang mempunyai kedalaman muka air tanah yang dalam. 12

13 Tabel 1. Kedudukan Penelitian ini Terhadap Penelitian Sebelumnya Peneliti Judul Tahun Lokasi Penelitian Fokus Penelitian Riwandi Kajian Stabilitas Gambut 2001 Gambut alami di Jambi Tropika Indonesia dan Kalimantan Berdasarkan Analisis Tengah. Kehilangan Karbon Organik, Sifat Fisiko Kimia, dan Komposisi Bahan Gambut. Disertasi. IPB. Maswar Kajian Cadangan Karbon 2011 Nangro Aceh pada Lahan Gambut Darussalam Bagian Tropika yang Didrainase Barat, pada lahan untuk Tanaman Tahunan. gambut yang didrainase Disertasi. IPB. untuk penggunaan lahan hutan, semak, kebun karet dan kebun sawit. 1. Mengkaji kehilangan karbon organik gambut melalui proses reduksi & oksidasi. 2. Mengkaji sifat fisiko-kimia gambut dalam hubungannya dengan proses kering tidak balik. 3. Mengkaji komposisi kimia gambut dalam hubungannya dengan reaktivitas asam-asam organik. 1. Mengevaluasi metode dan alat penentuan karbon gambut tropika. 2. Mengevaluasi karakteristik gambut yang didrainase. 3. Menghitung cadangan karbon tersimpan. 4. Mengevaluasi kehilangan karbon pada gambut yang didrainase. Rovanty Frizdew Adi Kunarso Variasi Kadar Karbon Organik Berdasarkan Perbedaan Kedalaman Muka Air pada Lahan Gambut yang Diusahakan untuk Komoditas Perkebunan. Thesis. IPB. Improvement of Water Management at Field Level for Acacia Plantation in Tidal Lowlands (Case study in Sembilang Area, South Sumatera. Thesis Bengkalis, Riau. Jenis tanaman : karet, kelapa sawit dan nenas Daerah Aliran Sungai Sembilang, HPH HTI PT. Sumber Hijau Permai, Sumatera Selatan. Jenis tanaman Acacia crassicarpa. 1. Mengevaluasi pengaruh jarak dari saluran drainase terhadap kedalaman muka air tanah, 2. Mengevaluasi pengaruh kedalaman muka air tanah terhadap C- organik. 3. Mengevaluasi hubungan antara kadar C-organik dengan berbagai karakteristik lahan gambut berdasarkan umur penggunaan lahan untuk komoditas perkebunan. 1. Mengidentifikasi kondisi eksisting sistem pengelolaan air yang berkaitan dengan tingkat subsidence dan kedalaman muka air. 2. Menganalisis neraca air. 3. Menentukan tingkat air yang optimal dalam saluran tersier untuk mempertahankan kedalaman muka air tanah di lapangan. 13

14 Rini Yuniati Desti Hertanti Yunita Lisnawati UNESCO-IHE (Institute for Water Education & Sriwijaya University). Integrating Development and Conservation through Water Management of Timber Plantation in Peat Lowlands (Case Study : Tanjung Jabung Timur District, Jambi). MSc Thesis WSE-HELWD Keterkaitan Sifat Tanah Gambut Terhadap konsentrasi Hara dan Keragaman Mikrob Serta Makrofauna Tanah di Areal Penanaman Sagu. Thesis. IPB. Kajian Karakteristik Tanah Gambut yang Didrainase untuk HTI Acacia crassicarpa 2013 HPH HTI PT. Wira Karya Sakti, Jambi. Jenis tanaman Acacia crassicarpa Riau. Jenis tanaman sagu HPH HTI PT. Arara Abadi, Riau. Jenis tanaman Acacia crassicarpa. 1. Menganalisis sistem pengelolaan air yang ada di wilayah studi. 2. Mensimulasikan praktek-praktek pengelolaan air untuk mengoptimalkan pertumbuhan hutan tanaman. 3. Menghitung status risiko kebakaran didasarkan pada kondisi muka air tanah. 4. Menganalisis tingkat penurunan tanah berdasarkan kondisi muka air tanah. Menganalisis hubungan anatara karakteristik tanah gambut terkait dengan ketesediaan hara tanaman dan keragaman mikrob dan makrofauna di beberapa areal penanaman sagu. 1. Mengkaji karakteristik fisik tanah gambut yang didrainase untuk HTI A. crassicarpa yang ditinjau dari nilai bobot isi, tingkat kematangan, kadar air, secara vertikal berdasarkan kedalaman gambut. dan laju subsiden yang dihitung berdasarkan kedalaman muka air tanah gambut. 2. Mengkaji pengaruh lahan gambut yang didrainase terhadap distribusi hara makro, kadar abu, ph dan basa-basa tertukar berdasarkan kedalaman gambut. 3. Menganalisis kelimpahan fauna tanah pada lahan gambut yang didrainase. 4. Menilai kedekatan ekologis antara fauna tanah dengan karakteristik fisik tanah gambut yang berpotensi sebagai bioindikator pengelolaan lahannya. 14

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil

The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia Crassicarpa Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest

Lebih terperinci

Pengelolaan lahan gambut

Pengelolaan lahan gambut Pengelolaan lahan gambut Kurniatun Hairiah Sifat dan potensi lahan gambut untuk pertanian Sumber: I.G.M. Subiksa, Fahmuddin Agus dan Wahyunto BBSLDP, Bogor Bacaan Sanchez P A, 1976. Properties and Management

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebaran luas lahan gambut di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 20,6 juta hektar, yang berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut 2.1.1 Pengertian Tanah Gambut Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa asing, antara lain peat, bog, moor, mire, atau fen. Gambut diartikan sebagai material

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai 30-45 juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas lahan gambut di dunia (Rieley et al., 2008). Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Dr. Muhammad Syakir, MS Kepala Kongres Nasional VII Perkumpulan Masyarakat Gambut Indonesia (HGI) dan Seminar Pengelolaan Lahan Sub-optimal Secara

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Gambut berperanan penting dalam biosfer karena gambut terlibat dalam siklus biogeokimia, merupakan habitat tanaman dan hewan, sebagai lingkungan hasil dari evolusi, dan referen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map) 19 IV. KONDISI UMUM 4.1 Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) adalah bagian dari Asia Pasific Resources International Holdings Limitied (APRIL) Group, perusahaan

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 ) PEMBAHASAN UMUM Dari kajian pengaruh pupuk N terhadap fluks CO 2 hasil respirasi bahan gambut menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis urea dengan tingkat kematangan gambut. Penambahan dosis urea

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Biofisik Areal Perusahaan HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan pemegang IUPHHK-HTI dalam hutan tanaman No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan

Lebih terperinci

DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL

DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL Dampak Penurunan Daur Tanaman HTI Acacia Suhartati, Yanto Rahmayanto dan Y. Daeng DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL Suhartati 1 *, Yanto Rahmayanto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

Topik C6 Penurunan permukaan lahan gambut

Topik C6 Penurunan permukaan lahan gambut Topik C6 Penurunan permukaan lahan gambut 1 Penurunan permukaan lahan gambut dibahas dari pengelompokan permasalahan. Untuk mempermudah maka digunakan suatu pendekatan pengkelasan dari lahan gambut menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Lahan Gambut Indonesia

Lahan Gambut Indonesia KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT UNTUK MENDUKUNG FUNGSI BUDIDAYA DAN LINDUNG Guru Besar Ekonomi Pedesaan http://almasdi.staff.unri.ac.id LPPM Universitas Riau Lahan Gambut Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Stok Karbon 4.1.1 Panai Jaya Data stok karbon yang digunakan pada kebun Panai Jaya berasal dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2009) dan Situmorang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT Pendahuluan Dewasa ini lahan gambut merupakan lahan alternatif yang digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas di bidang pertanian. Mengingat lahan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3. 1 Luas dan Lokasi Hutan Gambut Merang terletak dalam kawasan Hutan Produksi Lalan di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT. Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor

PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT. Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor Indonesia memiliki lahan rawa yang cukup luas dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di Indonesia. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik turnbuhan maupun hewan yang khas yaitu komunitas

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari 1 I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari luas tersebut merupakan gambut subtropika dan sisanya merupakan gambut tropika (Page et al., 2008;

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU Oksariwan Fahrozi, Besri Nasrul, Idwar (Fakultas Pertanian Universitas Riau) HP : 0852-7179-6699, E-mail :

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di agroekosistem kelapa sawit yang berada pada 2 (dua) lokasi yang berbeda yaitu Kebun Meranti Paham

Lebih terperinci

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA PENYEBAB Kebakaran hutan penebangan kayu (illegal logging, over logging), perambahan hutan, dan konversi lahan Salah

Lebih terperinci

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi Oleh Bastoni dan Tim Peneliti Balai Litbang LHK Palembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau Bahan gambut dari Riau dianalisis berdasarkan karakteristik ekosistem atau fisiografi gambut yaitu gambut marine (coastal peat swamp),

Lebih terperinci

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Bersulfat Masam Dengan Jenis Melaleuca leucadendron Ujicoba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat Oleh Momon Sodik Imanudin Lahan gambut adalah lahan dengan kondisi alami memiliki daya menampung air besar,selalu jenuh air, mengandung bahan serasah

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil

The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil 1 The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil Khusnul Khotimah 1, Wawan 2, and Wardati 2 Khusnulkhotimah_1089@ymail.com Jurusan

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG 133 PROSIDING Workshop Nasional 2006 134 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG PERTAMA KESIMPULAN 1. Ramin dan ekosistemnya saat ini terancam kelestariannya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut UjI COBA TEKNIK BIO REMEDIASI BERBAGAI KONDISI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT TERDEGRADASI DI SUMSEL Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Sulfat Masam dengan Jenis Melaleuca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu komoditi sektor non-migas andalan yang berperan penting dalam menunjang pembangunan Indonesia. Produksi minyak sawit

Lebih terperinci

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE YUNITA LISNAWATI PUSAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN Latar Belakang Pengembangan HTI diawali dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Lahan Gambut II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Lahan Gambut Gambut adalah material organik (mati) yang terbentuk dari bahan -bahan organik, seperti dedaunan, batang dan cabang serta akar tumbuhan, yang terakumulasi dalam kondisi

Lebih terperinci

LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH

LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 22, No.2, Juli 2015: 179-186 DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENUTUP. Status terkini lahan gambut

PENUTUP. Status terkini lahan gambut PENUTUP 1 Markus Anda dan 2 Fahmuddin Agus 1 2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114. 2 Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut berasal dari pelapukan vegetasi yang tumbuh di sekitarnya. Proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut berasal dari pelapukan vegetasi yang tumbuh di sekitarnya. Proses II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Lahan gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu yang lama. Bahan organik tersebut berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang pertanian, sebab tanah merupakan media tumbuh dan penyedia unsur hara bagi tanaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut Tanah gambut adalah tanah yang berbahan induk organik atau berasal dari sisa-sisa tanaman masa lampau dan berdasarkan kriteria USDA (2006) digolongkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia pada tahun 1960 melakukan modernisasi pertanian melalui program bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Gambut Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang : a. bahwa gambut merupakan tipe ekosistem lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan (wildfire/forest fire) merupakan kondisi dimana keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kayu Pohon sebagai tumbuhan membutuhkan air untuk proses metabolisme. Air diserap oleh akar bersama unsur hara yang dibutuhkan. Air yang dikandung dalam kayu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Konservasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Konservasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Konservasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, menjelaskan bahwa hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti tanah yang tergenang akibat pasang surut laut, kadar garam yang tinggi, dan tanah yang kurang stabil memberikan kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci