1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi ini masih terus berlangsung saat ini bahkan sampai masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian juga menjadi penyumbang bahan baku untuk sektor perdagangan dan sektor industri. Sumberdaya lahan pertanian memberikan manfaat yang sangat luas bagi sektor ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu hilangnya lahan pertanian akibat dikonversi ke penggunaan non pertanian akan berdampak negatif terhadap berbagai bidang pembangunan. Tingkat kebutuhan pangan dari tahun ke tahun cenderung meningkat, namun tidak didukung dengan produktifitas pertanian yang cenderung terus mengalami penurunan. Penurunan produktifitas pertanian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain laju konversi lahan pertanian yang terus meningkat setiap tahunnya, faktor perubahan iklim yang berpengaruh pada pola tanam dan pasca panen, bencana alam dan penyebaran hama dan penyakit yang semakin sulit dikendalikan.konversi lahan pertanian ke non pertanian umumnya terjadi di wilayah perkotaan. Hal ini sebagai konsekuensi perluasan kota yang didorong oleh perbedaan pertumbuhan ekonomi yang sangat besar antara wilayah perkotaan dan perdesaan 1
2 Pertumbuhan ekonomi wilayah perkotaan yang berbasis pada sektor non pertanian jauh melebihi pertumbuhan wilayah perdesaan yang berbasis ekonomi pada sektor pertanian. Terkait dengan konversi lahan pertanian secara nasional data Badan Pusat Statistik mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 100.000 ha lahan pertanian mengalami konversi ke lahan non pertanian. Konversi lahan yang terjadi di Pulau Jawa jauh lebih besar dan menghawatirkan dari pada konversi yang terjadi di luar Pulau Jawa. Berdasarkan sensus lahan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), lahan sawah pada tahun 2010 susut menjadi 3,5 juta hektar dari 4,1 juta hektar pada tahun 2007. Konversi lahan dalam rentang waktu 3 tahun telah mencapai 600.000 hektar (Apriyana, 2011). Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat terutama di Pulau Jawa menyebabkan banyak lahan-lahan pertanian yang subur telah beralih fungsi menjadi penggunaan non pertanian untuk bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, lokasi industri dan prasarana transportasi jalan dan jembatan. Kondisi ini dijumpai pada wilayah Kabupaten Madiun yang sejak lama dikenal sebagai lumbung pangan Propinsi Jawa Timur bagian Barat, dengan luas areal tanam mencapai 63.620 Ha yang menghasilkan produksi beras sebesar 364.716,56 ton pertahun. Produksi yang dihasilkan tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan surplus produksi hingga lebih dari 150.000 ton pertahun. (Agrobisnis online, 2011). Selain mengalami peningkatan produksi pada saat yang bersamaan juga terjadi konversi lahan yang semakin intensif di wilayah Kabupaten Madiun. Konversi lahan yang terjadi di wilayah ini dari tahun ke tahun menunjukkan adanya 2
3 peningkatan. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun, mencatat selama tahun 2012 sebanyak 21 hektar lahan pertanian telah beralih fungsi pemanfaatannya untuk bangunan. Lahan pertanian yang berkurang sejak tiga tahun sebelumnya mencapai lebih dari 22 hektar dari jumlah total lahan yang ada sekitar 32.000 hektar (antarajatim.com, 2012) Sejalan dengan otonomi daerah dan pemekaran wilayah, Kabupaten Madiun telah menetapkan pembangunan ibukota kabupaten baru yang sebelumnya berada di wilayah administrasi Kota Madiun. Pemindahan ibukota kabupaten ini telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 52 tahun 2010. Penetapan Kecamatan Mejayan sebagai ibukota kabupaten perlu ditunjang dengan penyediaan berbagai infrastruktur, baik sarana prasarana pemerintahan dan fasilitas pelayanan masyarakat. Penyediaan permukiman baru di wilayah ini terus berkembang, ditandai dengan meningkat kebutuhan lahan permukiman baru di wilayah Kecamatan Mejayan. Kondisi ini mendorong konversi lahan pertanian terus meningkat sejalan dengan penetapan Kecamatan Mejayan sebagai ibukota Kabupaten Madiun. Salah satu faktor pendorong konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah kebutuhan penyediaan lahan bagi perumahan. Perkembangan pembangunan perumahan yang sangat pesat mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Konversi lahan pertanian menimbulkan berbagai implikasi yang berdampak pada kehidupan masyarakat petani yang sangat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
4 1.2 Permasalahan Penelitian Konversi lahan pertanian di satu sisi meningkatkan nilai lahan yang memberikan keuntungan secara ekonomis bagi sektor non agraris. Namun pada sisi lain konversi lahan yang terus berlangsung berakibat secara langsung pada sektor pertanian antara lain berkurangnya luas panen, produktivitas menurun, menyempitnya kepemilikan lahan pertanian serta hilangnya kesempatan kerja dan peluang berusaha di sektor pertanian. Kecamatan Mejayan sebagai pusat Percepatan pembangunan yang terjadi di ibukota Kabupaten Madiun di satu sisi meningkatan perkembangan kota dan pertumbuhan ekonomi namun di sisi lain berimbas pada laju konversi lahan pertanian yang semakin meningkat di wilayah ini. Kondisi ini secara tidak langsung akan berdampak pada kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani yang menggantungkan hidup dari kegiatan usaha pertanian. Sebagian besar petani yang terdapat di Kecamatan Mejayan merupakan petani tradisional yang sangat menggantungkan hidup dari kegiatan usaha pertanian. Semakin berkurangnya kesempatan kerja dan peluang usaha di sektor pertanian akibat konversi lahan menjadi permasalahan yang tersendiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga petani. Konversi lahan juga mengakibatkan perubahan lingkungan fisik, biotik dan sosial. Perubahan lingkungan fisik ditandai dengan berubahnya pola pemanfaatan lahan dari pertanian ke non pertanian yang mengakibatkan bertambahnya kepadatan bangunan, namun di sisilain semakin berkurangnya lahan pertanian. Perubahan lingkungan biotik antara lain perubahan ekosistem sawah yang menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian menyebabkan perubahan
5 struktur mata pencaharian penduduk dari agraris ke non agraris yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat petani. Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik, biotik maupun lingkungan sosial menyebabkan petani berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya yang terus mengalami perubahan akibat konversi lahan. Untuk itu diperlukan strategi adaptasi petani yang sesuai dengan kondisi dan keadaan masyarakat di wilayah Kecamatan Mejayan. Guna mengkaji lebih dalam terkait fenomena konversi lahan pertanian di wilayah ini dan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan serta bagaimana strategi adapasi petani dalam menghadapi permasalahan konvonversi lahan pertanian perlu dilakukan penelitian lebih mendalam di wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut 1. Bagaimanakah dampak konversi lahan pertanian terhadap perubahan lingkungan di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun 2. Strategi adaptasi apakah yang dilakukan petani dalam mengatasi perubahan lingkungan akibat konversi lahan yang terjadi di wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. 3. Faktor apakah yang mempengaruhi petani dalam melakukan strategi adaptasi terhadap perubahan lingkungan akibat konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun
6 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang adaptasi petani sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya, penelitian ini lebih menekankan pada strategi adaptasi petani terhadap perubahan lingkungan akibat dampak dari konversi lahan. Mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan terdapat beberapa perbedaan yang cukup menonjol jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di ataranya perbedaan dalam hal lokasi penelitian, tujuan maupun metode yang digunakan. Penelitian yang penulis lakukan berlokasi di wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dengan karakteristik wilayah yang berbeda dengan lokasi penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini berbeda dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, serta penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dikombinasikan dengan analisis deskriptif kuantitatif. Adapun tujuan, metode dan hasil dari penelitian-penelitian tersebut disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
7 Tabel. 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Maulana Suryian K. Kusuma (1999) Su Ritohardoyo (2000) Munawaroh (2003) Tri Astuti Nuraini (2005) Strategi Adaptasi Petani menghadapi penyusutan Lahan pertanian (Studi Kasus di Kawasan Industri Driyorejo Desa Krikilan Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik) Strategi peningkatan Pendapatan Penduduk perdesan sekitar hutan di daerah Yogyakarta Adaptasi masyarakat lokal terhadap konversi lahan perkebunan karet menjadi lahan permukiman di di kecamatan Minjen Kota Semarang Adaptasi Petani Dalam Menanggulangi akibat banjir pada lahan pertanian di Kecamatan Kretek kabupaten bantul Mengkaji dampak perkembangan industri pada lingkungan mikro dengan melihat makna tindakan yang dipilih petani. Penelitian ini juga mengungkap sisi lain dari dampak pembangunan yang berorientasi industri. Mengungkap keragaman strategi yang diterapkan rumahtangga dalam meningkatkan pendapatan serta keberhasilan strategi tersebut. Mengetahui persepsi, sikap dan tindakan buruh karet terhadap gejala hilangnya sumber penghasilan akibat dari konversi lahan perkebunan karet menjadi lahan permukiman Mengetahui akibat banjir pada lahan pertanian, mengkaji bentuk adaptasi petani dalam menangulangi akibat banjir, dan mengaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat adaptasi petani Metode penelitian kualitatif dengan mendasarkan pada analisis editing Analisis statistik varians, metode pengumpulan data dengan teknik wawancara Metode survey dengan teknik stratified proportional random sampling. Analisis statistik menggunakan multiple regression Mengunakan metode survey dengan kuisioner Terdapat empat pola strategi adaptasi petani lokal yaitu : 1) susbsisten absolut; 2) komersial relatif; 3) ekonomi non pertanian; 4) komersialisasi pertanian. Faktor resiko dan keamanan menjadi dasar pertimbangan petani dalam menentukan strategi yang digunakan Semakin rendah status sosial ekonomi rumah tangga semakin besar jumlah dan ragam strategi yang diterapkan dalam usaha peningkatan pendapatan rumah tangga. Keberhasilan stretegi rumah tangga ditunjukan dari besarnya peningkatan pendapatan. Persepsi buruh karet terhadap gejala hilangnya sumber penghasilan sangat tinggi, Tingkat pendidikan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi persepsi buruh terhadap gejala hilangnya sumber penghasilan. Faktor dominan yang mempengaruhi tindakan dalam menghadapi hilangnya sumber penghasilan adalah buruh tani adalah sikap Ada hunbungan antara faktor sosial ekonomi dengan dengan tingkat adaptasi petani dalam menanggulangi banjir.
8 Emi Dwi Suryani (2010) Agus Eko Raharjo Pepekai. (2014) Strategi Adaptasi Ekologis Masyarakat di Kawasan Karst Gunungsewu Dalam Mengatasi Bencana kekeringan Dampak Konversi Lahan terhadap Lingkungan lahan pertanian dan strategi adaptasi petani di Wilayah Kecwmatan Mejayan Kabupaten Madiun (1).mengidentifikasi karakteristik wilayah, sumberdaya alam, dan masyarakat di kawasan karst Gunungsewu, (2) mengidentifikasi dampak kekeringan terhadap penghidupan masyarakat, dan (3) menetukan strategi adaptasi ekologis masyarakat di sekitar kawasan karts Gunungsewu dalam mengatasi bencana kekeringan. 1. Mengakaji dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi lingkungan lahan pertanian dan kondisi sosial ekonomi petani di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun 2. Mengkaji bentuk strategi adaptasi yang digunakan petani dalam menghadapi konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan. 3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi strategi adaptasi petani terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun Merupakan penelitaian kualitatif dengan pendekatan ekologis, pengumpulan data melalui observasi, indepth interview, diskusi kelompok terarah (FGD), dan penelaah data Sekunder. Pendekatan mengunakan analisis Deskriptif Kuantitatif dengan metode survey dengan teknik pengambilan sampel secara proporsional random sampling Tiga pola strategi adaptasi ekologis yang dilakukan masyarakat : (1) Pola pengelolaan sumberdaya alam dengan pengelolaan sumberdaya air yang berdasarkan pada nilainilaia budaya dan kearifan lingkungan serta pengelolaan lahan pertaniana dengan pola tanam tumpang sari, (2)Pola Pemanfaatan air dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan ternak, dengan melakukan penghematan penggunaan air, (3)Strategi masyarakat dalam pemenuhan ekonomi rumahtangga dilakukan dengan pembagian pekerjaan rumahtangga pada musim kemarau, sistem penyimpanan dana, dan melakukan pengembangan di luar sektor pertanian. 1. Konversi lahan pertanian di wilayah Kecamatan Mejayan berdampak negatif pada lahan pertanian sawah dan tegalan. di antaranya semakin berkurangnya lahan usahatani, kerusakan saluran irigasi, serta menurunnya kesuburan tahan akibat sampah rumahtangga. 2. Terdapat perbedaan bentuk strategi adaptasi dari masing-masing rumahtangga petani diantaranya 56,5 % pemilik lahan menerapkan strategi akumulasi, 87,1 % petani pengarap menerapkan strategi konsolidasi dan 84,2% dari buruh tani menerapkan strategi survival. 3. Faktor kondisi sosial ekonomi dan kepemilikan aset rumahtangga petani berpengaruh secara nyata dalam menentukan bentuk strategi adaptasi, hal ini ditandai dengan besarnya nilai koefisien kontigensi kondisi sosial ekonomi (0,557) dan nilai koefisien kontigensi kepemilikan aset (0,462) diantara kedua faktor tersebut status kondisi sosial ekonomi rumahtangga petani lebih kuat pengaruhnya terhadap bentuk strategi adaptasi petani di wilayah Kecamatan Mejayan.
9 Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan tersebut terdapat beberapa perbedaan yang cukup menonjol jika dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan di ataranya : 1. Perbedaan fokus : penelitian ini mengambil fokus strategi adaptasi petani terhadap perubahan lingkungan akibat konversi lahan. Hal ini dijabarkan dengan rumusan tujuan yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Perbedaan lokasi : perbedaan pada lokasi penelitian, penelitian yang peneliti lakukan berlokasi di wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dengan karakteristik wilayah yang berbeda dengan lokasi penelitian sebelumnya, dan sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian sejenis pada wilayah ini. 3. Perbedaan metode : penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode analisa kuantitatif dengan analisa deskriptis kuntitatif dan analisa statistik. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengkaji dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi lingkungan lahan pertanian dan kondisi sosial ekonomi petani di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun
10 2. Mengkaji bentuk strategi adaptasi yang digunakan petani dalam menghadapi konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. 3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi strategi adaptasi petani terhadap konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan terutama dalam mengetahui bentuk konversi lahan pertanian dan faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, serta strategi adaptasi petani dalam menghadapi konversi lahan yang merupakan salah satu bentuk kajian dalam bidang ekologi manusia. 1.5.2 Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pengampu kebijakan dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Madiun melalui dinas terkait dalam penanganan masalah konversi lahan pertanian yang berdampak bagi kehidupan petani di Kecamatan Mejaya.