UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI PENELITIAN

memanfaatkan tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Hal ini terlihat dari bentuk bubu itu sendiri yang menyerupai batang kayu berlubang

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Letak Geografis Letak Geografis Kecamatan senayang merupakan bagian dari wilayah Kepulauan Riau, berada pada

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi.

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

Keputusan Kepala Badpedal No. 47 Tahun 2001 Tentang : Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

UJI COBA PERANGKAP UDANG DENGAN BENTUK YANG BERBEDA (EXPERIMENTAL FISHING WITH TRAP PRAWN DIFFERENT FORM) 1) Irhamsyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu pengajaran Pagi (1) Siang (2) Sore (3) Malam (4)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Jalan Tombak No.49A Medan,

PENGARUH MODIFIKASI KABAM (TRAP) TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN SELUANG (Rasbora sp)

PENGARUH WAKTU OPERASIONAL TERHADAP HASIL TANGKAPAN BUBU TIANG DASAR DI PERAIRAN BAGAN SIAPI-SIAPI KABUPATEN ROKAN HILIR, PROPINSI RIAU.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

III. Metode Penelitian

PENGARUH WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :

Outline. Uji rata-rata sesudah ANAVA Kontras Ortogonal Pengujian Rata-rata Sesudah Eksperimen Uji Rentang Newman-Keuls Uji Scheffé

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

3. METODE PENELITIAN

Erwin Tanjaya ABSTRAK

: PENDIDIKAN NASIONAL : UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

Jaring Angkat

Draft Komik. Tema : Perubahan Iklim dan REDD. Judul :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

III. BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang sangat mempengaruhi, seperti arus pasang dan arus surut. Demikian juga SUDIRMAN et al (2000) mwnyatakan bahwa ikan terbang bermigrasi menuju pantai (inshore)mulai dari sore hari hingga malam hari dan sebaliknya akan beruaya menuju lepas pantai mulai dari subuh hingga siang hari. Ikan-ikan ini pada pagi hari akan tertangkap oleh trapnet. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa baik kekuatan maupun arah arus memberikan konstribusi terhadap hasil tangkapan dari suatu alat tangkap. HLMETODOLOGIPENELITIAN. 3.1. Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di perairan Kecamatan Senayang Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau, (Lampiran 1). Penelitian ini dilaksanakan bertepatan pada musim Barat (1 s/d 20 September 2003). 3.2 Bahan dan alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 unit alat tangkap bubu karang, 4 unit rumpon, 2 unit sampan, 3 buah kaca mata selam dan alat untuk mengukur paramater lingkungan serta alat bantu lainnya. 10

3.2.1. Bubu Karang Bubu karang merupakan alat tangkap yang bersifat statis, tergolong ke dalam alat penangkapan fishing with traps, berbentuk empat persegi, pada bagian belakang agak lancip, bagian depannya ada mulut (injab) yang dibuat sedemikian rupa sehingga ikan yang sudah masuk tidak bisa keluar lagi. Bubu karang yang dibuat dan menjadi unit percobaan adalah berukuran 1,5 m, lebar 0,8 m dan tinggi 0,5 m. Bahan pembuat kerangka utama bubu adalah rotan dan kayu yang kemudian dilapisi dengan kawat ayam dengan ukuran mata 4 cm. Bagian-bagian bubu yang paling penting ada 3 macam, yaitu : {!) Pintu masuk (injab), yang terletak pada bagian depan bubu, berbentuk agak melengkung kebawah sehingga ikan lebih mudah masuk ke dalamnya dan mempersulit untuk keluar, (2) Tubiih bubu, yang merupakan bagian pembentuk bubu dan pada setiap sudut dan sisi bubu tersebut dipasang rotan atau kayu untuk memperkuat tubuh bubu, dan (3) Pintu tempat pengambilan hasil perangkap, posisi pintu ini berada pada bagian atas tepat ditengah-tengah tubuh bubu (lampiran 3). 3.2.2. Fish Aggregating Devices (FAD) Rumpon (FAD) yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan daun kelapa segar (Coconut sp). Rumpon tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menutupi bagian atas alat penangkapan yang menjadi obyek penelitian. 3.2.3 Sampan Pengoperasian alat tangkap bubu menggunakan 2 unit sampan dayung ber ukuran panjang 5,0 m, lebar 1,25 m dan dalam 0,85 m, terbuat dari kayu meranti dilengkapi dua buah dayung. Nama lokal sampan ini adalah lopek.

3.2.4. Peralatan Alat-alat yang digunakan untuk peiaksanaan penelitian ini terdiri dari :1) Peta Laut, 2) Meteran kecil, panjang 5 m dengan tingkat ketelitian 0,01 m 3) Thermometer perairan, 4) Refraktometer 5) Stopwatch 6) Timbangan duduk dengan tingkat ketelitian 0.1 kg ;7) Kamera, 8) Pinggan Secchi,9) GPS dan 10)Teropong. 3.3 Metoda Penelitian 3.3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan, seluruh percobaan dilaksanakan di lapangan. Data yang diambil adalah berat dan jumlah ekor ikan yang tertangkap pada alat tangkap bubu karang dengan menggunakan bentuk dan ukuran rumpon yang berbeda. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali (lima kali pengulangan) dengan sekali operasi selama dua hari pengoperasian bubu di perairan. Penentuan lokasi percobaan mengacu kepada lokasi penangkapan yang biasa dijadikan areal penangkapan oleh nelayan bubu karang setempat. Pemasangan dan pengangkatan alat tangkap bubu dilakukan pada waktu air mulai bergerak surut, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti secara teknis dalam pemasangan dan pengangkatan bubu karang tersebut, karena tindakan pemasangan dilakukan dengan cara menyelam dan meletakkan bubu karang tersebut di lantai perairan. 12

3.3.2. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Blok Acak Lengkap dengan satu faktor (SUDJANA,1991), yang menjadi perlakuan adalah posisi mulut bubu mengadap ke arah terumbu karang, kedua menghadap ke laut dan yang ketiga searah dengan garis pantai. Penempatan kombinasi perlakuan (rumpon) pada satuan percobaan untuk setiap kali pengamatan dilakukan secara acak atau pengacakan dilakukan di dalam hari pengamatan yang menjadi blok. Percobaan dilakukan selama 5 kali pengamatan atau selama 10 hari operasi penangkapan bubu karang. Satuan percobaan adalah lima unit bubu karang yang memiliki bentuk, ukuran, ukuran mata dan lubang injab yang sama. Model matematis yang digunakan dalam rancangan faktorial acak lengkap ini adalah sebagai barikut: Yijk ^fi+pi+ttj Yij i = 1,2, j = 1,2, + eij = Variabel yang diukur fi = efek rata-rata (umum) pi = efek blok ke-/. TTj = efek perlakuan ke-j, a (banyak blok), b (banyak perlakuan) e,j = efek sebenamya dari unit eksperimen ke-/ karena perlakuan ke-j Data yang diukur adalah dalam jumlah berat (kg) dan individu ikan (ekor) selama 5 kali pengamatan. 13

3.3.3. Prosedur Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, langkah awal yang dilakukan adalah membuat 4 (empat ) unit bubu karang dengan ukuran dan bentuk mulut yang sama. Penempatan posisi mulut bubu sesuai perlakukan dilakukan setelah survai awal dilkukan terhadap tingkah laku pasang surut serta setelah melakukan pengamatan terhadap arah-arah arus pada daerah di depan terumbu karang yang ditandai dan dicatat data koordinatnya dengan menggunakan instrumen Global Positioning system (GPS) agar memudahkan untuk menemukan kembali lokasi pemasangan bubu tersebut pada waktu akan melakukan setting dan hauling bubu. Penempatan unit-unit percobaan dilakukan secara acak dan jarak antar stasiun ± 50 meter. Penetapan lokasi penelitian didasarkan kepada tempat-tempat yang biasanya dikunjungi oleh nelayan setempat. Lokasi yang dipilih adalah ruangdiantara tumpukan-tumpukan terumbu karang yaitu berupa alur-alur yang menyerupai parit-parit dan terdapat massa pasir pada dasamya. Kebiasaannya alur-alaur ini merupakan rute ruaya ikan-ikan baik pada saat pasang dan surut. Kedalaman perairan pada waktu surut 2,7-5,8 m sedangkan pada waktu pasang 6,4-8,3 m. Peletakan alat tangkap bubu dilakukan dengan bantun peralatan selam. Penempatan posisi mulut bubu-bubu dilakukan secara sengaja dengan posisi sebagai berikut : 1 (satu) unit bubu karang ditempatkan menghadap pantai (HP), 1 14

(satu) lagi mulutnya menghadap laut (HL) sedangkan 2 (dua) unit bubu karang lainnya diletakkan sejajar garis pantai dengan arah posisi mulutnya berlawanan arah. 3.4. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan bubu karang setiap kali pengamatan baik jumlah berat (kg.) maupun jumlah individu (ekor). Pengukuran parameter lingkungan (suhu, sahnitas, kecepatan arus dan kecerahan) dilakukan sebelum penurunan penurunan alat dan sebelum hasil tangkapan diambil. 3.5. Analisis Data Data hasil tangkapan bubu dengan perlakuan posisi mulut bubu terhadap terumbu karang ini adalah berupa ragam jenis ikan karang yang diperoleh selama 5 kali pengamatan dinyatakan dalam berat (kg) dan individu (ekor) dicatat dan selanjutnya ditabulasikan. Untuk pemeriksaan asumsi terlebih dahulu data mengalami uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya dilakukan analisis variansi (ANAVA). Dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut yaitu uji Rentang Newman Keuls. Sedangkan data hasil pengukuran parameter lingkungan d;ibahas secara deskriptif. 3.^ Asumsi Mengingat banyaknya faktor yang mungkin ikut berkontribusi terhadap hasil tangkapan bubu karang dengan posisi pemasangan arah mulut yang berbeda terhdap terumbu karang, maka dalam penelitian ini diajukan beberapa asumsi, yaitu : (1)

Penyebaran ikan di perairan dianggap merata dan memiliki kesempatan yang sama untuk tertangkap, (2) Kemampuan nelayan pembantu dan keterampilan peneliti dalam mengoperasikan alat tangkap dianggap sama, (3) Kondisi tempat pemasangan alat tangkap dianggap sama dan (5) Faktor-faktor lingkungan yang tidak diukur dianggap mempunyai pengaruh yang sama terhadap hasil tangkapan.