PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tahun (1982:331) laba perusahaan adalah merupakan selisih antara

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

Gerson Philipi Rianto F


LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

AKUNTANSI UNTUK LEASING

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2001 : 209), sumber pembiayaan modal ditinjau dari. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II AKUNTANSI SEWA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCIAL LEASE) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITTF INDONESIA

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

Oleh: AHMAD KHAIRUL FATHA NIM: C

BAB 8 JENIS JENIS MODAL

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. sedikit dari masyarakat Indonesia yang dapat dikategorikan termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RUSDI / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

PERLINDUNGAN HUKUM LESSOR TERHADAP OBJEK LEASING APABILA LESSEE WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Sewa Guna Usaha ( Leasing)

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN,

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI ELEKTRONIK, MESIN, DAN FURNITURE ( STUDI PADA UD. KARMA RAHAYU MANDIRI KLUNGKUNG )

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak krisis melanda Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN PERJANJIAN LEASING PADA PT. BINTANG MANDIRI

Transkripsi:

PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA (THE DIFFERENCE BETWEEN LEASING AND RENT-PURCHASE IN THE CONCEPT OF INDONESIAN CIVIL LAW ) I Wayan Wahyu Wira Udytama Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Jl. Kamboja No. 11A Dangin Puri Kangin, Denpasar ABSTRAK Dalam Lingkungan Hukum Perdata dikenal beberapa model pembiayaan ada yang dikenal dengan nama leasing dan pembiayaan sewa beli, dalam pembiayaan leasing memiliki kemiripan dengan pembiayaan sewa beli dalam pelaksanaanya dalam masyarakat sebagai tempat diaplikasikanya hukum. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahuibagaimanaperbedaan antara pembiayaan leasing dengan pembiayaan sewa beli. Metode dalam penulisan ini berupa metode penulisan hukum normatif, dimana metode yang menggunakan ketentuan hukum dan norma positif untuk membedah permasalahan hukum dalam masyarakat (law on the book). Hasilpenulisan ini adalahpembiayaan Leasing dan Pembiayaan sewa beli memiliki perbedaan konseptual yang bersifat fundamental, dalam pembiayaan leasing, lessor biasanya pihak yang menyediakan dana dan membiayai pembelian barang tersebut seluruhnya dan bertindak sebagai lembaga keuangan, sedangkan pada perjanjian sewa beli penjual adalah produsen atau pedagang yang berusaha menjual barangnya antara pembiayaan leasing dengan pembiayaan secara sewa beli karena dalam pelaksanaan keduanya terlihat sepintas sama, sama sama terlihat seperti mengangsur kepada lembaga pembiayaan, baik perusahaan leasing atau perusahaan finance. Kata kunci: Hukum Perdata, Leasing, Sewa Beli ABSTRACT There are several models of financing in Civil Law, some are known by the name of leasing and rentpurchase, leasing has similarity as the rent-purchase financing in its practice in society where the law is applicable. This study is to find out the difference between leasing and rent-purchase financing. The methods applied in this study are normative legal writing, by using legal rules and positive norms to analyze legal issues in a society (law on the book). The result of this study is that leasing and rent-purchase financing has fundamental conceptual difference, where in leasing, the lessor is usually the party providing the fund and finance the purchase of property wholly and acting as the financial institution, whereas in the rentpurchase agreement the seller is a producer or a trader trying to sell his properties. In practice, leasing and rentpurchase financing seem similar, both pay in installment to financial institutions, either leasing companies or finance companies. Keywords: Civil Law, Leasing, Rent-Purchase PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap perusahaan khususnya yang bersifat profit taking berkeinginan untuk mendapatkan laba yang semakin besar. Salah satu usaha untuk meningkatkan laba adalah dengan jalan melakukan ekspansi. Tujuan utama dari ekspansi adalah untuk memperoleh laba yang lebih tinggi. Tetapi usaha ekspansi ini dapat dilaksanakan apabila permintaan konsumen terhadap barang yang diproduksinya semakin bertambah besar. Adanya keinginan dari pengusaha atau konsumen untuk mendapatkan barang, baik barang produksi bagi pengusaha maupun barang konsumsi untuk konsumen sendiri yang terkendala dibidang permodalan saat ini dikenal sistem pembiayaan dengan sistem Leasing yaitu setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau 44

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. Leasing memiliki berbagai bentuk, ada tiga yang paling populer adalah ; (a) Sale and Lease back, (b) Operating Leases, (c) Financial atau Capital Leases Bentuk yang pertama adalah sale and lease back di mana perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah, bangunan dan peralatan pabrik menjual aktiva tersebut kepada perusahaan lain dan sekaligus menyewa kembali aktiva tersebut untuk periode tertentu. Betuk kedua operating leases yang sering di sebut dengan service leases atau direct leases. Jenis kedua ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Dan bentuk ketiga adalah financial atau capital leasing, pada bentuk ketiga ini lessor tidak menanggung biaya perawatan, tidak dapat dibatalkan (not cancelable), dan diamortisasikan secar penuh (full amortized). Pada prinsipnya sistem Leasing hanya diperuntukan bagi pengusaha pengusaha yang ingin menambah barang modal dengan jalan pilihan sistem pembiayaan yang disebut Leasing, misalnya sebuah perusahaan ingin menambah barang produksinya, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki cukup uang untuk melakukan penambahan barang modal tersebut, maka perusahaan tersebut dapat melakukan perjanjian dengan perusahaan pembiayaan Leasing untuk mendapatkan barang modal tersebut, sehingga perusahaan Leasing membantu perusahaan tadi dalam hal pengadaan barang modal tersebut. Dalam perkembangan saat ini masyarakat sering kali menyalah artikan makna Leasing, Leasing yang pada prinsipnya adalah pembiayaan terhadap sebuah perusahaan untuk pengadaan barang modal, namun dalam masyarakat sering kali kita temukan bahwa makna Leasing itu telah bergeser menjadi sistem pembiayaan sewa beli, sebagai contoh nyata pada perjanjian jual beli sepeda motor dengan cara angsuran, dimana dalam perjanjian tersebut beralihnya kepemilikan dari obyek pembiayaan tersebut jika nasabah sudah melunasi seluruh nilai pembiayaan sesuai dengan jangka waktu yang sudah diperjanjikan sebelumnya. Jika melihat dari segi perjanjianya, perjanjian tersebut bukanlah perjanjian Leasing melainkan perjanjian sewa beli. Dari Latar Belakang Masalah diatas maka saya tertarik untuk membahas mengapa masyarakat sering menyalah artikan makna pembiayaan Leasing dengan pembiayaan sewa beli. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan dalam penelitian. 1. Bagaimana perbedaan antara pembiayaan leasing dengan sewa beli? 2. Apa penyebab masyarakat keliru dalam mengartikan pembiayaan Leasing jika disandingkan dengan pembiyaan sewa beli? METODE PENELITIAN Penelitian dengan judul Perbedaan Leasing Dengan Sewa Beli Dalam Konsep Hukum Keperdataan Di Indonesia. merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normative, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis yang menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain itu konsep ini juga memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup namun tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. (Ronny Hanitijo Soemitro,1988:11). Spesifikasi penenelitian ini menggunakan tipe Deskriptif analitis yaitu penelitian yang disamping memberikan gambaran, menuliskan dan melaporkan suatu obyek atau suatu peristiwa juga akan mengambil kesimpulan umum dari masalah yang dibahas. PEMBAHASAN Pengertian Leasing Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur 45

setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (http:// rivaldiligia.wordpress.com) Bergman Usen juga memberikan definisi tentang Leasing yaitu yang dimaksud dengan leasing adalah sekumpulan transaksi yang memberi hak pakai alat perusahaan dengan berbagai cara menggunakan benda sampai batas waktu tertentu. (Siti Ismijati Jenie) Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK/2002/2006 memberikan pengertian leasing sebagai berikut sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu. Leasing sejenis dengan sewa menyewa, namun memiliki perbedaan, perbedaan tersebut terletak pada cirinya yaitu: 1. Dalam sewa benda yang jadi obyek sewa tidak ditentukan oleh pemiliknya, sedangkan dalam leasing benda yang jadi obyek tersebut harus benda milik perusahaan. 2. Mengenai jangka waktu, leasing menggunakan kontrak yang berkaitan dengan umur ekonomis, sedangkan sewa, kontraknya tidak berkaitan dengan umur ekonomis atau tidak terikat dengan umur ekonomis. Pengertian Sewa Beli Menurut Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : 34/ KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase), Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting) menyatakan bahwa : Sewa beli adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Sewa beli merupakan suatu persetujuan antara pihak penjual barang dengan penyewa dimana penyewa berhak menggunakan barang yang bersangkutan untuk suatu jangka waktu yang disepakati bersama dengan pembiayaan secara berkala yang ditetapkan oleh penjual barang. Hak milik secara mutlak beralih kepenyewa pada akhir perjanjian ketika semua pembayaran telah dibayar lunas.(http:// ekonomi.kabo.biz/2012/03/perbedaan-leasingdengan-sewa-beli.html) Pihak Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing Dalam leasing ada beberapa pihak yang terlibat, yaitu pemilik / penyedia barang modal dan pemakai barang modal, di antaranya: 1. Lessor, yaitu perusahaan sewa guna atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak Lessee dalam bentuk penyediaan barang modal 2. Lessee, yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari pihak Lessor 3. Supplier, yaitu perusahaan yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada Lessee dengan pembayaran secara tunai oleh Lessor 4. Kreditur, Pihak kreditur dalam transaksi sewa guna biasanya adalah bank yang memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Kreditur atau pihak bank juga dapat memberikan kredit kepada pihak supplier untuk pembelian barangbarang modal yang kemudian akan dijual sebagai objek sewa guna kepada Lessee atau Lessor. Jenis-jenis Transaksi Leasing 1. Finansial lease (Siti Ismijati Jenie) Finance lease adalah suatu bentuk pembiayaan dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Lease berkewajiban untuk menanggung biaya pemeliharaan barang modal tersebut. b. Lease berkewajiban untuk memelihara barang modal, jika perlu perbaikan dan menyimpan sedemikian rupa seolah benda milik sendiri. c. Jika terjadi kerusakan obyek lease, kontrak dihentikan sebelum berakhir, lessor berhak untuk menuntut pembayaran sesuai dengan nilai buku benda tersebut serta biaya biaya yang sudah dikeluarkan. d. Resiko ekonomis oleh obyek lease ditanggung lease melalui financial lease, 46

lease dapat hak untuk memakai benda dengan sekaligus harus menanggung harus menanggung resiko ekonomis benda tersebut. 2. Operating lease (Siti Ismijati Jenie) Operating lease adalah suatu bentuk pembiayaan dengan ciri-ciri yaitu : a. Resiko ekonomis barang modal sepenuhnya ditanggung lessor b. Jangka waktu kontrak lebih singkat dari umur ekonomis obyeknya c. Kontrak hanya digunakan untuk alat produksi yang mudah laku sebab perkembangan nilai semacam itu dapat diperkirakan. d. Biasanya ditawarkan untuk pabrikan atau distributor saja sebab mereka punya keahlian untuk merawat benda tersebut. Perbedaan Dengan Sistem Pembiayaan Sewa Beli Sewa-beli adalah suatu lembaga yang timbul dalam praktek yang sudah diakui sah oleh yurisprudensi. Oleh karena itu belum ada suatu definisi yuridis untuk pengertian ini. Hal ini memang dimungkinkan asal saja setiap persetujuan itu memenuhi persyaratan pasal 1320 KUH Perdata dan lagipula sebagaimana diketahui hukum perjanjian kita menganut Asas Kebebasan Berkontrak yang terkandung dalam pasal 1338 KUH Perdata. Dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor: 34/Kp/ll/80, tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase), Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Renting), tertanggal 1 Februari 1980, kita menemukan definisinya sebagai berikut: Sewa beli (hire purchase) adalah: Jual beli barang di mana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual, (http://belajarbisnisbriliant.blogspot.com) Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaan antara perjanjian leasing dengan perjanjian sewa beli, yakni: a. Pada perjanjian leasing, lessor biasanya pihak yang menyediakan dana dan membiayai pembelian barang tersebut seluruhnya dan bertindak sebagai lembaga keuangan, sedangkan pada perjanjian sewa beli penjual adalah produsen atau pedagang yang berusaha menjual barangnya b. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan umur kegunaan barang yang diperkirakan dan angsuran imbalan jasa disesuaikan dengan hasil usaha lessee yang diperkirakan oleh lessor, sedangkan tidak selalu demikian halnya dengan sewa-beli, dimana masa pembayaran angsuran ditetapkan atas dasar kemampuan pembeli. c. Dalam sewa beli si pembeli bermaksud untuk memiliki barang tersebut, sedangkan dalam hal leasing sama sekali tidak ada tujuan tersebut pada lessee. Jadi dapat dikatakan bahwa pada akhir masa sewa beli, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih kepada pembeli. Sedangkan pada leasing, lessee memutuskan apakah akan mempergunakan hak opsinya untuk membeli, memperpanjang ataupun mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor dan hanya setelah pembayaran harga pembelian hak milik atas barang tersebut beralih kepada lessee. Penyebab Masyarakat Sering Keliru Mengartikan Leasing Masyarakat sering kali keliru dalam menggunakan peristilahan pembiayaan leasing dengan sewa beli, hal tersebut terjadi karena antara pembiayaan leasing dengan pembiayaan secara sewa beli karena dalam pelaksanaan keduanya terlihat sepintas sama, sama sama terlihat seperti mengangsur kepada lembaga pembiayaan, baik perusahaan leasing atau perusahaan finance, sehingga masyarakat sering keliru dalam penyebutan sistem kreditnya, leasing hanya digunakan oleh pengusaha untuk mendapatkan barang modal melalui perusahaan pembiayaan ketika perusahaan yang memerlukan barang modal tersebut tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang modal secara tunai. Faktor penyebab keliru dalam mengartikan pembiayaan dalam leasing dan sewa beli disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri. faktor internal yang mempengaruhi masyarakat keliru dalam menafsirkan makna pembiayaan leasing dengan sewa beli adalah karena dari dalam individu itu sendiri yang dipengaruhi oleh Kebutuhan : Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan, tuntutan dan cita-cita Kesiapan mental : Kesanggupan 47

penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil Suasana emosional : Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kelirunya masyarakat mengintepretasikan antara leasing dengan sewa beli adalah faktor yang berada diluar diri individu itu sendiri, faktor faktor tersebut antara lain Latar belakang budaya merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya. SIMPULAN Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaan antara perjanjian leasing dengan perjanjian sewa beli, yakni: a. Pada perjanjian leasing, lessor biasanya pihak yang menyediakan dana dan membiayai pembelian barang tersebut seluruhnya dan bertindak sebagai lembaga keuangan, sedangkan pada perjanjian sewa beli penjual adalah produsen atau pedagang yang berusaha menjual barangnya b. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan umur kegunaan barang yang diperkirakan dan angsuran imbalan jasa disesuaikan dengan hasil usaha lessee yang diperkirakan oleh lessor, sedangkan tidak selalu demikian halnya dengan sewa-beli, dimana masa pembayaran angsuran ditetapkan atas dasar kemampuan pembeli. c. Dalam sewa beli si pembeli bermaksud untuk memiliki barang tersebut, sedangkan dalam hal leasing sama sekali tidak ada tujuan tersebut pada lessee. Jadi dapat dikatakan bahwa pada akhir masa sewa beli, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih kepada pembeli. Sedangkan pada leasing, lessee memutuskan apakah akan mempergunakan hak opsinya untuk membeli, memperpanjang ataupun mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor dan hanya setelah pembayaran harga pembelian hak milik atas barang tersebut beralih kepada lessee. Masyarakat sering kali salah kaprah dalam peristilahan pembiayaan leasing dengan sewa beli, hal tersebut terjadi karena antara pembiayaan leasing dengan pembiayaan secara sewa beli karena dalam pelaksanaan keduanya terlihat sepintas sama, sama sama terlihat seperti mengangsur kepada lembaga pembiayaan, baik perusahaan leasing atau perusahaan finance, sehingga masyarakat sering keliru dalam penyebutan sistem kreditnya, leasing hanya digunakan oleh pengusaha untuk mendapatkan barang modal melalui perusahaan pembiayaan ketika perusahaan yang memerlukan barang modal tersebut tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang modal secara tunai sedangkan pada pembiayaan sewa beli, perusahaan finance memberikan bantuan kepada masyarakat secara personal untuk mendapatkan barang konsumsi seperti pembiayaan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh finance. Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis bermaksud memberikan saran berupa: untuk meluruskan pandangan masyarakat yang sering kali keliru mengartikan makna leasing dengan sewa beli maka menurut penulis perlu diadakan penegasan antara konsep pembiayaan leasing dan konsep pembiayaan sewa beli, penegasan konsep tersebut merupakan aplikasi dari studi hukum dimana perguruan tinggi hukum memiliki andil untuk memberikan pemahaman tentang hukum kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Jenie Siti Ismijati, hukum pembiayaan Sebuah Catatan. Yogjakarta : UGM Press. Soemitro Ronny Hanitijo, 1988. Metode Penelitian Hukum dan jurimetri. Jakarta : Ghalia Indonesia. http://rivaldiligia.wordpress.com/2012/03/30/ pengertian-leasing/ diakses tanggal 19 juni 2012 jam 17.00 WIB. 48