BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0010/Pdt.P/2015/PA.Pkc

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV. Analisis Terhadap Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN

P E N E T A P A N Nomor 0014/Pdt.P/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0053/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

P E N E T A P A N Nomor XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PENETAPAN Nomor : 005/Pdt.P/2013/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

P E N E T A P A N Nomor XXXX/Pdt.P/PA-Ktbm/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB III. IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN NO.1821/Pdt.G/2013/Pa.SDA

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PERMOHONAN DISPENSASI USIA PERKAWINAN KARYA ILMIAH. Disusun Oleh: REEZKY TIMBUL MARPAUNG NIM.

P E N E T A P A N Nomor : 0007/Pdt.P/2012/PA.Dmk.

PUTUSAN Nomor 21/Pdt.G/2016/PTA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PENETAPAN. Nomor : 270/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0156/Pdt.P/2015/PA.Sit B ISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

PENETAPAN Nomor : 39/Pdt.P/2011/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 16/Pdt.P/2011/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0243/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PENETAPAN. Nomor: 005/Pdt.P/2012/PA. Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

P U T U S A N Nomor 0655/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

TENTANG DUDUK PERKARANYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

TENTANG DUDUK PERKARA

SALINAN PENETAPAN Nomor ; 373/Pdt.P/2010/PA. Tse BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

PUTUSAN. Nomor: 0767/Pdt.G/2012/PA.Dum DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. tertera di bawah ini dalam perkara cerai talak antara:

Nomor: 0217/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

bismillahirrahmanirrahim

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diperbaharui dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU

PENETAPAN Nomor 0001/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 006/Pdt.P/2012/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2014/PA.Pkc.

P U T U S A N. Nomor:0230/Pdt.G/2007/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 5667/PDT.G/2013/PA. Kab Mlg TENTANG PENAMBAHAN NAFKAH ANAK SETIAP PERGANTIAN TAHUN

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P E N E T A P A N Nomor 0124/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor :81/Pdt.G/2012/PA. Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. perkawinannya di Indonesia ada 2 (dua), yaitu : nikah pasangan beda agama. dispensasi perkawinan beda agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

SALINAN PENETAPAN Nomor : 461/Pdt.P/2010/PA.TSe. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 6/Pdt.G/2013/PTA. Plk. Bismillahir Rahmanir Rahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

P U T U S A N Nomor 90/Pdt.G/2014/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan tentang Perkawinan. 1. Pengertian Perkawinan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

P U T U S A N Nomor : 0052/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 0044/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul Dalam Pasal 7 ayat (1) UUP disebutkan bahwa perkawinan hanya dapat diberikan izin kepada pria yang telah berusia 19 (sembilan belas) tahun dan wanita telah berusia 16 (enam belas) tahun. Dalam hal terjadinya pelanggaran dalam ayat (1) Pasal 7 dapat dimintai dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain ditunjuk oleh kedua orang tua calon mempelai pria dan calon mempelai wanita, sebagaimana dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) UUP. Perkawinan anak dibawah dari usia yang ditentukan peraturan perundang-undangan tidak dapat dilangsungkan atau diperbolehkan kecuali perkawinan itu dimintai persetujuan atau dispensasi oleh pihak atau pejabat yang berwenang yaitu Pengadilan Agama. Adapun Pengadilan Agama Bantul tersebut memberikan syarat-syarat untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah, yaitu : 1. KTP orang tua yang mengajukan untuk melihat kebijakan relatif yaitu di Pengadilan Agama mana harus mengajukan permohonan tersebut. Dimana orang tua yang dianggap sudah cakap hukum dapat mengajukan permohonan dispensasi yang dapat diajukan oleh ayah. Namun seorang ibu dapat melakukan permohonan dispensasi nikah sebagai pengganti seorang ayah yang tidak dapat melakukan permohonan dispensasi nikah karena suatu halangan misalnya, sudah meninggal dunia atau sedang ditempat yang jauh. 2. Buku nikah orang tua yang bersangkutan yang merupakan orang tua kandung dari anak yang akan melakukan perkawinan.

3. Akte kelahiran yang merupakan suatu bukti bahwa anak tersebut merupakan anak sah dari orang tua yang mengajukan permohonan dispensasi nikah tersebut. 4. Surat penolakan dari KUA (Kantor Urusan Agama) untuk menikahkan anak yang bersangkutan. 5. Surat keterangan hamil dari dokter jika anak tersebut sudah hamil, namun ini tidak absolut tergantung majelis yang menangani perkara. Permohonan dispensasi nikah tersebut biasanya diajukan dengan alasan-alasan tertentu, diantaranya yang terjadi di Pengadilan Agama Bantul, yaitu : 1. Sudah lama pacaran yang menjadikan orang tua khawatir kepada hubungan anaknya tersebut, ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Sudah melakukan hubungan suami/isteri tanpa adanya ikatan perkawinan. 3. Tertangkap sedang melakukan hubungan atau hal-hal yang tidak baik atau menyimpang. 4. Karena sudah hamil yang membuat orang tua ingin segera menikahkan anaknya. Dalam memutus suatu perkara seorang hakim tidak langsung memutus suatu perkara tersebut dengan mudah. Hakim juga perlu menimbang-nimbang apakah keputusan tersebut tidak mendatangkan kemudharatan atau akan mendapatkan suatu kemuslahatan. Berdasarkan yang terjadi dalam suatu perkara dispensasi di Pengadilan Agama Bantul hakim tersebut mendapatkan kendala-kendala dalam memutuskan perkara tersebut diantaranya : 1. Dalam memutuskan perkara hakim dilema karena anak yang akan menikah tersebut masih dibawah umur namun disisi lain anak tersebut sudah hamil diluar nikah.

2. Dalam memutuskan perkara dimana anak tersebut sudah melakukan hubungan suami/isteri tanpa adanya ikatan perkawinan namun anak tersebu belum cukup umur untuk melakukan perkawinan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tugas utama seorang hakim merupakan untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadannya. Sebagai penerima perkara dapat diartikan bahwa Hakim mempunyai sifat yang pasif atau menunggu adanya perkara. Hakim mempunyai tugas pokok dalam menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya sebagaimana pada Pengadilan Agama Bantul sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang berdasarkan pancasila agar terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia (Pasal 1 dan 2 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009) guna untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hakim dalam peradilan sebagai pelaksana kekuasaan, menerima, memeriksa dan memutuskan perkara mempunyai tugas penting, yakni tugas yustisial merupakan tugas pokok. Adapun yang menjadi tugas yustisial hakim Pengadilan Agama adalah untuk me menjalankan hukum perdata Islam yang menjadi wewenangnya sesuai ketentuan diatur dalam hukum acara Peradilan Agama. Realisasi dalam pelaksanaan tugasnya dalam bentuk mengadili apabila terjadi sengketa, pelanggaran hukum atau perbedaan kepentingan antara sesama warga masyarakat. Rumusannya dijelaskan di dalam Pasal 1 dan 18 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009. Yaitu : 1) Pasal 1 : Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan Negara merdeka untuk menyelengarakan suatu peradilan guna untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, supaya terselengaranya Negara Hukum Republik Indonesia. 2) Pasal 18 :

Kekuasaan kehakiman hanya dijalankan sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan terdapat di bawahnya di dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan peradilan Tata Usaha Negara, dan Mahkamah Konstitusi. Adapun penjelasan lain, yaitu ketentuan di dalam Pasal 49 dan Pasal 50 Undang- Undang No 7 Tahun 1989 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama juga merumuskan Pengadilan Agama hanya bertugas serta berwenang dalam memeriksa dan memutus, serta menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang orang yang ber Agama Islam dibidang : 1) Perkawinan; 2) Kewarisan, wasiat dan hibah dilakukan berdasarkan hukum Islam; 3) Wakaf, Zakat, Infak dan Shadaqah; 4) Ekonomi Syari ah. Adapun yang menjadi tugas hakim saat memeriksa dan mengadili setiap perkara adalah sebagai berikut : 1) Konstatiring, yang artinya melihat, mengakui dan membenarkan telah terjadinya peristiwa diajukan tersebut atau membuktikan bahwa benar adanya atau tidaknya peristiwa/fakta yang diajukan para pihak tersebut melalui alat-alat bukti yang sah menurut hukum pembuktian yang telah diuraikan dalam duduk perkara dan berita acara. Konstatiring yang meliputi : a. Pemeriksaan identitas para pihak. b. Memeriksapihak kuasa hukum para pihak (jika ada). c. Mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa. d. Memeriksa semua fakta / peristiwa yang dikemukakan para pihak. e. Memeriksa alat-alat bukti para pihak sengketa sesuai tata cara pembuktian. f. Memeriksa jawaban, sangkalan, keberatan dan bukti-bukti dari pihak lawan. g. Menetapkan prosedur pemeriksaan sesuai hukum acara yang berlaku.

2) Kwalifisir, yakni menilai persengketaan itu termasuk hubungan hukum apa atau yang mana, serta menemukan hukumnya bagi peristiwa sesudah dikonstatiring itu kemudian dituangkan dalam pertimbangan hukum. Yang meliputi : a. Merumuskan dalam pokok-pokok perkara. b. Mempertimbangan beban pembuktian. c. Mempertimbangkan keabsahan peristiwa / fakta sebagai suatu peristiwa atau fakta hukum. d. Mempertimbangkan sengketa tersebut secara logis, kronologis, dan yuridis faktafakta hukum menurut hukum pembuktian. e. Mempertimbangkan jawaban, keberatan, dan sangkalan-sangkalan serta buktibukti lawan sesuai hukum pembuktian. f. Menemukan hubungan hokum antara peristiwa / fakta yang terbukti dengan petitum. g. Menemukan hukumnya baik secara tertulis maupun yang tidak tertulis dengan menyebutkan sumber-sumbernya. h. Mempertimbangkan pada biaya perkara. 3) Konstituiring yaitu penjelasan penetapan hukumnya kemudian dituangkan dengan amar putusan (diktum), konstituiring antara lain : a. Menetapkan hukumnya terlebih dahulu dan kemudia dituangkan dalam amar putusan. b. Mengadili seluruh bagian petitum. c. Mengadili tidak boleh lebih dari petitum, kecuali di dalam undang-undang menentukan lain. d. Menetapkan pada biaya perkara.

Seorang hakim haruslah mempunyai sebuah landasan dalam memutuskan perkara, supaya setiap putusan tersebut dihasilkan dengan penuh pertanggungjawaban, baik itu kepada para pihak yang berperkara, masyarakat, negara maupun Allah swt. Di Indonesia, seorang hakim tersebut dalam memutuskan suatu perkara yang diajukan ke pengadilan, haruslah memenuhi landasan hukum materiil dan landasan hukum formilnya. Landasan hukum materiil adalah hukum yang memuat sebuah peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud suatu perintah dan larangan. Sedangkan landasan hukum formil juga disebut hukum acara, menurut Sudikno Mertokusumo, yaitu suatu peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya agar menjamin terlaksananya atau ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim atau peraturan hukum yang dengan perantara Hakim untuk menetukan bagaimana caranya menjamin pelaksaan hukum perdata materiil. Atau dalam pengertian lain, Sudikno Mertokusumo mengatakan : bahwa untuk melaksakan hukum materiil perdata terutama dalam hal pelanggaran atau untuk mempertahankan berlangsungnya hukum materiil perdata dalam hal ada tuntutan hak diperlukan rangkaian peraturan-peraturan hukum lain disamping hukum materiil itu sendiri. Peraturan-peraturan inilah yang disebut hukum perdata formal atau hukum acara perdata. Dan menurut Mukti Arto, hukum acara perdata Agama adalah tercantum semua kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata Agama sebagaimana yang telah diatur dalam hukum perdata materiil yang berlaku pada lingkungan peradilan Agama. Adapun Sumbersumber hukum acara peradilan Agama tersebut antara lain meliputi : a. HIR / R.Bg. b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.

c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970. d. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985. e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947. g. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam). h. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia. i. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia j. Peraturan Menteri Agama. k. Keputuan Menteri Agama. l. Kitab-Kitab Fiqh Islam dan Sumber Hukum Tidak Tertulis lainnya. m. Yurisprudensi Mahkamah Agung. Kemudian yang dituangkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 maka Hakim dan hakim konstitusi wajib untuk menggali dan mengikuti serta mengetahui nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian bidang hukum acara di Pengadilan Agama, hakim wajib untuk menggali, mengikuti dan mengetahui nilai-nilai hukum acara yang bersumberkan dari Syari ah Islam. Hal ini selain mengisi kekosongan-kekosongan dalam hukum acara juga agar putusan yang dihasilkan mendekati kebenaran dan keadilan yang diridhoi Allah SWT karena diproses dengan acara yang diridhoi pula. Dengan demikian, maka putusanputusan hakim akan lebih memberikan rasa keadilan yang memuaskan para pencari keadilan yang beragama Islam tersebut. Untuk memberikan suatu putusan merupakan tugas hakim. Putusan tersebut dituntut suatu keadilan dan untuk itu hakim melakukan konstatering peristiwa yang dihadapi, mengkualifikasi dan mengkonstitusinya. Jadi bagi hakim dalam mengadili

suatu perkara yang dipentingkan adalah suatu fakta atau peristiwanya dan bukan hukumnya. Peraturan hukumnya adalah alat, sedangkan yang bersifat menentukan adalah peristiwanya. Maka di dalam putusan hakim tersebut yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan hukumnya, sehingga siapapun dapat menilai apakah putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut mempunyai alasan yang objektif atau tidak. Selain itu pertimbangan hakim adalah penting dalam pembuatan memori banding dan memori kasasi. Pertimbangan atau considerans merupakan dasar dari pada putusan. Pertimbangan dalam putusan dibagi dua yaitu pertimbangan duduk perkara atau peristiwanya dan pertimbangan akan hukumnya. Pertimbangan peristiwa tersebut harus dikemukakan oleh pihak berkepentingan, sedangkan pertimbangan hukumnya merupakan urusan hakim. Pertimbangan dari putusan itu merupakan alasan-alasan hakim sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat mengapa hakim sampai mengambil putusan demikian itu (objektif). Oleh karenanya pengadilan Agama Bantul harus dapat menyelesaikan untuk setiap perkara yang diajukan kepadanya meskipun banyak kendala yang ada dalam penyelesaiannya agar terciptanya suatu keadilan bagi semua masyarakat Indonesia. Ada beberapa pertimbangan oleh hakim di Pengadilan Agama Bantul dalam perkara Dispensasi Nikah ini yaitu : 1) Kemanfaatan untuk menghindari diri si anak dari kemudharatan. 2) Menghindari dari perbuatan zinah atau hal-hal yang dilarang oleh Agama. 3) Bagi anak yang sudah hamil supaya anak dalam kandungan nya tersebut mendapatkan perlindungan secara hukum agar lahir dalam suatu ikatan perkawinan yang sah.

Berdasarkan pertimbangan hakim tersebut dapat diketahui bahwa Majelis Hakim di Pengadilan Agama Bantul tersebut dalam memutuskan permohonan dispensasi perkawinan berdasarkan pertimbangan kemaslahatan bagi kedua calon mempelai dan melihat alasan-alasan yang diajukan pemohon serta fakta dalam persidangan. Meskipun fakta dilapangan menunjukkan bertambah banyak permohonan dispensasi perkawinan. Disisi lain hakim juga tidak mempunyai wewenang untuk mencegah semakin banyaknya permohonan dispensasi perkawinan karena secara yuridis UUP memberikan peluang untuk melaksanakan perkawinan dibawah umur.