VI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH Pada bagian ini, penulis menganalisis pola hubungan antara variabel fiskal terutama belanja modal dengan pertumbuhan PDRB, belanja modal dengan kemiskinan, dan belanja modal dengan pengangguran kabupaten kota. Hal ini menarik karena dengan gambaran ini memungkinkan untuk mengetahui posisi masing-masing kabupaten kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping itu juga akan diuraikan dianalisis pola hubungan PDRB dengan kemiskinan dan PDRB dengan pengangguran masing-masing kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Pola hubungan yang dimaksud dibuat dalam dua periode yaitu periode yaitu tahun 0-0 (sebelum diberlakukannya revisi Undang Undang Otonomi Daerah) dan periode tahun 0-09 (setelah diberlakukannya revisi Undang Undang Otonomi Daerah)... Analisis Belanja Modal terhadap Produk Domestik Regional Bruto Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata pertumbuhan produk domestik regional bruto menunjukkan angka positif namun tidak nyata yaitu 0.93 pada periode tahun 0-0 dan 0.0 untuk periode tahun 0-09. Hal tersebut menunjukkan bahwa belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya dapat mendorong pertumbuhan PDRB di daerahnya. Untuk jelasnya pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata pertumbuhan produk domestik regional bruto dapat dilihat pada Gambar 7 dan. Gambar 7 dan menunjukkan bahwa pada periode tahun 0-0 hanya ada empat kabupaten kota yang berada pada kuadran I pada kondisi terbaik, empat berada di kuadran II, tujuh berada di kuadran IV, dan enam berada pada kuadran III kondisi terburuk. Sementara pada periode tahun 0-09 terjadi pergeseran, dimana terdapat kabupaten kota berada pada kuadran I kondisi terbaik, empat di kuadran II, enam pada kuadran IV, dan pada kuadran III kondisi terburuk.
0 70 0 0 0-3 4 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB (persen) 7 Gambar 7. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Tahun 0-0 4 3 3 4 7 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB (persen) 9 Gambar. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Tahun 0-09 Kuadran III, dengan kondisi terburuk meliputi enam kabupaten yaitu,,,, dan Tana Toraja. Jika membandingkan rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan rata-rata pertumbuhan PDRB periode tahun 0-0 dan periode tahun 0-09, maka terdapat dua kabupaten yang konsisten berada pada kuadran III, yaitu Kabupaten dan Tana Toraja, dan tidak satupun kabupaten kota yang konsisten berada pada kondisi terbaik di Kuadran I.
9 Kabupaten Jeponto dan Kabupaten Tana Toraja adalah dua kabupaten dengan tingkat pendapatan perkapita yang relatif kecil dibanding dengan kabupaten lain dengan jumlah penduduk cukup besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua kabupaten tersebut memiliki keterbatasan belanja modal dalam membangun infrastruktur, sehingga investor swasta kurang tertarik, akibatnya membuat pertumbuhan PDRB kedua kabupaten tersebut relatif kecil dibanding dengan kabupaten lainnya. Sementara Kota yang sebelumnya berada pada kuadran I bergeser ke kuadran IV menujukkan bahwa pertumbuhan PDRB di Kota lebih banyak didorong oleh investasi swasta mengingat keberadaan kota makassar, sebagai ibu kota provinsi dengan infrastuktur yang cukup bangus, dibanding daerah lainnya. Pada sisi lain Kabupaten Timur sebagai satu-satunya Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki perusahaan tambang yang cukup besar dimana total PDRB lebih 0 persen disumbangkan oleh sektor pertambangan. bergeser dari kuadran I ke kuadran II. Pergeseran disebabkan karena pertumbuhan PDRB sektor pertambangan relatif tetap... Analisis Belanja Modal terhadap Kemiskinan Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata penduduk miskin menunjukkan angka negatif dan nyata pada periode tahun 0-0 yaitu -0.370, dan negatif tidak nyata pada untuk periode tahun 0-09 yaitu -0.047. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada periode tahun 0-09 turun di banding pada periode tahun 0-0. Dalam arti bahwa belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah pada peride 0-09 kurang berpihak kepada penduduk miskin dibanding periode tahun 0-0. Untuk jelasnya pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata penduduk miskin dapat dilihat pada Gambar 9 dan. Gambar 9 dan menunjukkan bahwa pada periode tahun 0-0, terdapat tujuh kabupaten kota yang berada pada kuadran II, tiga berada di
kuadran I, delapan berada di kuadran IV, dan empat berada di kuadran III. sementara pada periode tahun 0-09 terjadi pergeseran, dimana terdapat sebelas kabupaten kota berada pada kuadran II, tujuh pada I, tiga pada kuadran III, dan hanya dua pada kuadran IV. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam era otonomi daerah dewasa ini, keberpihakan pemerintah daerah terhadap kemiskinan pada masing-masing kabupaten kota, cukup bervariasi, dan cenderung tidak konsisten. 0 70 0 0 0 - Rata-Rata Penduduk Miskin (persen) Gambar 9. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Rata-rata Penduduk Miskin Tahun 0-0 4 3 Rata-Rata Penduduk Miskin (persen) Gambar. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Rata-rata Penduduk Miskin Tahun 0-09
Apabila kita membandingkan persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata penduduk miskin periode tahun 0-0 dan periode tahun 0-09, maka dua kabupaten yaitu, dan konsisten berada pada kuadran IV, sedang lima kabupaten lainnya bergeser yaitu Kabupaten,, Utara, dan Tana Toraja bergeser ke kuadran I, Kabupaten, ke kuadran II. Sementara kabupaten kota yang konsisten berada pada kondisi terbaik pada kuadran II yaitu Kabupaten, Timur,,, dan Kota. Pada periode 0-09 terdapat tujuh kabupaten kota yang berada pada kuadran I yaitu Kabupaten,,, Tana Toraja,, dan Itara. Kondiri pada kuadran I menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan belanja modal yang dikeluarkan oleh kebupaten kota yang bersangkutan cukup tinggi dibanding dengan kabupaten lainnya, namun tingkat kemiskinan di daerah tersebut tetap tinggi. Dengan demikian pola hubungan antara belanja modal dan kemiskinan sangat rendah di daerah ini. Hal tersebut mengindikasikan bahwa belanja modal yang dikeluarkan kurang menyentuh pada kantong-kantong kemiskinan di daerah tersebut, dan sekaligus menunjukkan bahwa keberpihakan pemerintah daerah terhadap penduduk miskinan di daerahnya relatif rendah..3. Analisis Belanja Modal terhadap Pengangguran Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata pengangguran, menunjukkan angka negatif dan tidak nyata pada periode tahun 0-0 yaitu -0.0, dan -0.0 untuk periode tahun 0-09. Hal tersebut menunjukkan bahwa belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kurang dapat menurunkan pengangguran yang ada di daerahnya. Untuk jelasnya pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan belanja modal dengan persentase rata-rata pengangguran dapat dilihat pada Gambar dan. Gambar dan menunjukkan bahwa pada periode tahun 0-0 terdapat lima kabupaten kota yang berada pada kuadran II, lima berada di kuadran
I, tujuh berada di kuadran IV, dan enam berada di kuadran III. Sementara pada periode tahun 0-09 terjadi pergeseran, dimana terdapat delapan kabupaten kota berada pada kuadran II, sepuluh pada I, empat pada kuadran III, dan hanya satu pada kuadran IV. 0 70 0 0 0-4 Rata-rata Tingkat Pengangguran (persen) Gambar. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Rata-rata Pengangguran Tahun 0-0 4 3,0 7,,0,,0 Rata-rata Tingkat Pengangguran (persen) 7, Gambar. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Rata-rata Belanja Modal dengan Rata-rata Pengangguran Tahun 0-09 Kuadran IV, dengan kondisi terburuk yaitu hanya Kota pada periode tahun 0-09, hal ini mungkin disebabkan karena Kota
3 sebagai ibukota provinsi, sehingga tidak sedikit penduduk yang mengadu nasib mencari pekerjaan di Kota, mengakibatkan pengangguran di Kota cukup tinggi. Sementara tiga kabupaten yang konsisten berada pada kondisi terbaik pada kuadran II yaitu Kabupaten,,. Kota,, dan Pare-pare memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa angkatan kerja yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan cenderung mencari pekerjaan di kota. Mengingat ketiga daerah itu adalah merupakan kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara Kabupaten,, dan adalah tiga kabupaten yang berlokasi sangat dekat dengan Kota. Semenatara Kabupaten Timur adalah satu-satunya kabupaten yang memiliki lokasi pertambangan yang cukup besar..4. Analisis Produk Domestik Regional Bruto terhadap Kemiskinan Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin menunjukkan angka negatif dan nyata pada periode tahun 0-0 yaitu -0.39, dan angka negatif tidak nyata untuk periode tahun 0-09 yaitu -0.49. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB kabupaten kota kualitasnya menurun pada peride 0-09 dibanding dengan peride 0-0, dalam arti bahwa pertumbuhan PDRB pada tahun 0-09 kurang berkualitas, dalam arti bahwa pertumbuhan yang ada lebih banyak dinikmati oleh goloangan menengah ke atas. Untuk melihat pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin tahun 0-0 dan 0-09 dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa pada periode tahun 0-0 terdapat enam kabupaten kota yang berada pada kuadran II, lima berada di kuadran I, enam berada di kuadran IV, dan enam berada di kuadran III. Sementara pada periode tahun 0-09 terjadi pergeseran, dimana terdapat delapan kabupaten kota berada pada kuadran II, empat pada I, lima pada kuadran III, dan lima pada kuadran IV.
4 Rata-rata Pertumbuhan PDRB (persen) 7 4 3 Rata-rata Penduduk Miskin (persen) Gambar 3. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Kemiskinan Tahun 0-0. Rata-Rata Pertumbuhan PDRB (persen) 9 7 4 3 Rata-rata Penduduk Miskin (persen) Gambar 4. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Kemiskinan Tahun 0-09 Jika membandingkan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin tahun 0-0 dan periode tahun 0-09, maka tiga kabupaten yaitu, Tana Toraja, dan konsisten berada pada kuadran IV, tiga kabupaten yang sebelumnya berada pada kuadran IV, yaitu Kabupaten,, dan bergeser ke kuadran I, dan dua kabupaten yaitu dan yang sebelumnya berada pada kuadran I bergeser ke kuadran IV. Sementara kabupaten kota yang konsisten berada pada
kondisi terbaik pada kuadran II yaitu Kota,,, serta Kabupaten Sidenreng Rappang. Pada periode tahun 0-09 terdapat empat kabupaten yang berada pada kuandran I yaitu Kabupaten,, dan Utara, hal tersebut menunjukkan bahwa keempat kabupatan tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada empat kabupaten tersebut kurang berkualitas, dalam arti hanya bertumpuh pada golongan menengah keatas. Dikatakan demikian karena kondisi pada kuandran I menunjukkan pertumbuhan PDRB yang relatif tinggi namun tingkat kemiskinan juga cukup tinggi... Analisis Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pengangguran Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata pengangguran menunjukkan angka negatif dan tidak nyata pada periode tahun 0-0 yaitu -0.4 dan -0. pada periode tahun 0-09. Hal tersebut menujukkan bahwa pertumbuhan PDRB kabupaten kota belum sepenuhnya dapat menurunkan angka pengangguran yang ada di daerah tersebut. Untuk jelasnya pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata pengangguran dapat dilihat pada Gambar dan. Rata-Rata Pertumbuhan PDRB (persen) 7 4 3 4 Rata-Rata Tingkat Pengangguran (persen) Gambar. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Pengangguran Tahun 0-0
Gambar dan menunjukkan bahwa pada periode tahun 0-0 terdapat lima kabupaten kota yang berada pada kuadran II, tujuh berada di kuadran I, lima berada di kuadran IV, dan enam berada di kuadran III. Sementara pada periode tahun 0-09 terjadi pergeseran, dimana terdapat enam kabupaten kota berada pada kuadran II, delapan pada I, enam pada kuadran III, dan tiga pada kuadran IV. Rata-rata Pertumbuhan PDRB (persen) 9 7 4 3,0 7,,0,,0 Rata-rata Tingkat Pengangguran (persen) 7, Gambar. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Pengangguran Tahun 0-09 Jika membandingkan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata pengangguran tahun 0-0 dan periode tahun 0-09, maka hanya satu kabupaten yaitu yang konsisten berada pada kuadran IV, empat kabupaten yang sebelumnya berada pada kuadran IV yaitu Kabupaten,, bergeser ke kuadran I, Tana Toraja bergeser ke kuadran ke III, sementara Kabupaten bergeser ke kuadran ke II. Selanjutnya hanya satu kabupaten yang konsisten berada pada kondisi terbaik di kuadran II yaitu Kabupaten. Kota,, dan Pare-pare adalah tiga kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan juga memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di ketiga kota tersebut mendorong para pencari kerja untuk melakukan migrasi ke kota tersebut, untuk mendapatkan
7 penghasilan yang lebih tinggi pada sektor industri di perkotaan. Hal tersebut wajar mengingat secara teoritis, Todaro (09) mengatakan bahwa pada dasarnya sektor industri atau modern di perkotaan memiliki tingkat penghasilan yang lebih tinggi dibanding dengan sektor pertanian di perdesaan, sehingga mendorong para pencari kerja di perdesaan untuk melakukan migrasi ke perkotaan.