BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Transkripsi

1 BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Belanja pemerintah daerah sektor pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 2. Belanja pemerintah daerah sektor kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 5.2 Implikasi Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka ada beberapa implikasi atau rekomendasi yang dapat diberikan. Implikasi dan rekomendasinya adalah sebagai berikut. 1. Mengingat belanja pemerintah daerah sektor pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap IPM, maka pemerintah daerah dapat menambah jumlah belanjanya sektor tersebut dalam rangka meningkatkan IPM di wilayahnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 Ayat (1) mengamanatkan pemerintah pusat dan daerah untuk mengalokasikan anggaran pendidikan minimal sebesar 20 persen dari 72

2 anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah. Sebagian besar pemerintah daerah di Jawa Tengah sudah mengalokasikan lebih besar dari batas minimal 20 persen tersebut. Selain itu, terdapat program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat yang sangat membantu operasional sekolah tingkat dasar dan menengah pertama. Selanjutnya, pemerintah daerah dapat meningkatkan sinergi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan anggaran belanja sektor pendidikannya agar hasil yang didapat lebih maksimal. Selain hal tersebut, pemerintah daerah direkomendasikan untuk mengimplementasikan konsep PBB dan LM. Implementasi konsep PBB dan LM dapat meningkatkan kualitas perencanaan anggaran pemerintah daerah. 2. Mengingat belanja pemerintah daerah sektor kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM, maka dalam rangka meningkatkan pembangunan manusia di Jawa Tengah, pemerintah daerah dapat meningkatkan kualitas belanja sektor kesehatannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 171 Ayat (2) menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah dialokasikan minimal 10 persen dari APBD. Sebagian besar kabupaten dan kota di Jawa Tengah baru sekedar menjalankan kewajiban minimal tersebut. Akan tetapi hasil maksimal masih dapat dicapai apabila semenjak proses perencanaan sudah menerapkan konsep logic model yang dapat menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dalam mencapai hasil/keluaran yang ditargetkan. Selain perbaikan perencanaan, kualitas pelaksanaan belanja pemerintah daerah dalam hal efisiensi dan efektivitas juga perlu ditingkatkan. 73

3 Hal yang perlu diperhatikan terkait dengan peningkatan derajat kesehatan IPM adalah sinergi perencanaan anggaran belanja sektor kesehatan pemerintah daerah dengan program Jaminan Kesehatan Nasional yang baru mulai berjalan tahun Alokasi anggaran belanja sektor kesehatan pemerintah daerah bisa lebih diarahkan untuk peningkatan sarana pada fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti pusat kesehatan masyarakat. Sinergi yang baik antar program pemerintah pusat dan daerah di sektor kesehatan dapat mensukseskan program JKN, selanjutnya derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. 3. Mengingat Produk Domestik Regional Bruto memiliki pengaruh postif dan signifikan terhadap IPM, maka dalam rangka meningkatkan pembangunan manusia di Jawa Tengah, pemerintah daerah dapat terus mendorong peningkatan PDRB tersebut. Kebijakan yang dapat dilakukan dari sisi fiskal adalah mengoptimalkan serapan APBD. Selain program pendidikan dan kesehatan, belanja pemerintah daerah lainnya juga harus efektif dan efisien agar dapat berpengaruh positif terhadap PDRB. Selanjutnya program sosial dari pemerintah daerah diharapkan dapat membuat pendapatan semakin merata sehingga kualitas pembangunan manusia dapat semakin meningkat. 5.3 Keterbatasan Terlepas dari hal-hal tersebut di atas, penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan. Di antara keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut. 74

4 1. Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini hanya lima tahun dari 2010 sampai dengan tahun Besaran belanja pemerintah daerah pada dua sektor yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 3. Data belanja pemerintah daerah yang digunakan adalah data total belanja dalam satu fungsi/urusan bukan berdasarkan jenis belanja seperti belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. 4. Pada hakikatnya penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel bebas saja berupa pengeluaran pemerintah daerah walaupun dijabarkan lagi ke dalam 2 sektor ditambah PDRB. 5. Objek penelitian hanya kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya variasi kondisi antar daerah di Indonesia, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada provinsi lain di Indonesia 5.4 Saran Berdasarkan keterbatasan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, maka terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan untuk peneliti selanjutnya yang memiliki topik sejenis dengan penelitian ini. Di antara saran-saran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Menambah periode waktu penelitian. Penambahan periode waktu penelitian diharapkan akan menghasilkan keluaran yang lebih baik dalam rangka pengambilan keputusan. 2. Penggunaan data realisasi belanja. 75

5 Penggunaan data realisasi belanja akan dapat semakin meningkatkan kualitas data yang digunakan dalam penelitian, sehingga semakin dekat dengan situasi yang sebenarnya 3. Penggunaan data per jenis belanja. Dalam pelaksanaan operasional sehari-hari pemerintah daerah level Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), terdapat 3 jenis belanja yang dapat digunakan. Jenis belanja tersebut adalah belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Penggunaan data per jenis belanja tersebut untuk penelitian dapat meningkatkan kualitas analisis, mengingat perbedaan karakteristik dari 3 jenis belanja tersebut. 4. Menambah variabel bebas. Penambahan variabel bebas lainnya dimungkinkan akan mendapatkan basil yang lebih mencerminkan faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Di antara variabel bebas yang dapat diusulkan yaitu nilai investasi swasta, program amal dari swasta untuk sektor pendidikan dan swasta mungkin dapat berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia. Selain itu, program Jaminan Kesehatan Nasional yang baru mulai diluncurkan pada tahun 2014 dapat digunakan sebagai variabel dummy untuk melihat efektivitas program tersebut dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 5. Menambah jumlah objek penelitian Dengan memperluas cakupan objek penelitian dapat meningkatkan kualitas penelitian dan dapat dijadikan generalisasi untuk seluruh daerah Indonesia. 76