BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

Galih Wangi, Hernawan. Abstract

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reiza Kusumowardhany, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran biologi SMA yang tercantum dalam Peraturan Menteri

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang membangun, mempertimbangkan informasi-informasi baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) a. Definisi Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB II KAJIAN TEORITIK

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 12 No. 1 (2017) 51 61

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model pembelajaran Menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2010: 131) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar, kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Menurut Wenger dalam Miftahul Huda, (2014: 2), pembelajaran bukan lah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan dengan tujuan tertentu dan akan menghasilkan perubahan tertentu. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran menurut Degeng dalam Hamzah B. Uno (2011: 2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi 11 dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Oemar Hamalik (2011: 57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas bahwa pembelajaran adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang, untuk mengerti suatu hal yang sebenarnya tidak diketahui. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan seperti dari tidak tahu menjadi tahu serta dari tidak mengerti menjadi mengerti. 2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Model menurut Sagala (2010) adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Sunal dan Hans dalam Basrowi (2002) menyatakan bahwa model cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran. 3. Pengertian Listening Team Menurut Wina Sanjaya (2007: 145) Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Yang mana diawali dengan pemaparan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Kegiatan ini merupakan sebuah cara membantu siswa agar tetap terfokus dan siap siaga selama pelajaran yang diberikan. Silberman (2009: 106-107) menjelaskan tentang prosedur Listening team yaitu: 1. Bagilah siswa menjadi empat tim, dan berilah tim-tim ini tugastugas ini : a) Tim 1 (penanya), tugasnya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, paling tidak menanyakan dua pertanyaan mengenai materi yang disampaikan.

b) Tim 2 (orang yang setuju) tugasnya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana yang mereka sepakati(atau membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. c) Tim 3 (orang yang tidak setuju) tugasnya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, mengomentari tentang poin-poin mana yang tidak mereka setujui dan menjelaskan mengapa demikian. d) Tim 4 (pemberi contoh) tugasnya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, memberi contoh-contoh kasus atau aplikasi materi. 2. Sampaikan pelajaran anda yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah tim beberapa saat untuk mengomentari tugastugas mereka. 3. Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya. Adapun kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran cooperative learning tipe listening team : 1. Kelebihan a. Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. b. Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya. c. Listening Team melatih siswa agar mampu berfikir kritis.

d. Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri. e. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan. f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. g. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. 2. Kelemahan a. Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset. b. Dalam pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting. c. Waktu yang dihabiskan cukup panjang. d. Dengan keleluasaan pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai. e. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya. f. Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.

4. Kemampuan Berpikir Kreatif a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir kreatif sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2004: 25). Menurut Munandar (2004: 192) empat aspek kemampuan berpikir kreatif meliputi fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Fluency merupakan kemampuan menghasilkan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah maupun pertanyaan. Flexibility merupakan kemampuan yang menghasilkan 19 gagasan bervariasi dari informasi yang telah didapatkan. Originality merupakan kemampuan menghasilkan gagasan atau ide yang berbeda dari sebelumnya. Elaboration merupakan kemampuan mengembangkan maupun menambahakan gagasan secara detail sehingga lebih menarik.

Menurut Munandar (2004: 96) ada tiga aspek yang secara umum menandai orang- orang kreatif, yaitu : 1. Kemampuan kognitif: termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif. 2. Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal. 3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi- kovensi. Berpikir kreatif merupakan ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif dan adanya ciri-ciri seperti mampu mengarahkan diri pada objek tertentu, mampu memperinci suatu gagasan, mampu menganalisis ide-ide dan kualitas karya pribadi, mampu menciptakan suatu gagasan baru dalam pemecahan masalah. (Munandar, 2004: 45). Berdasarkan uraian di atas berpikir kreatif merupakan kemampuan memberikan gagasan baru, memecahkan masalah dengan ide-idenya. Siswa harus

mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, yang mana nantinya akan bermanfaat dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. b. Komponen Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan, Presseinsen (Hartono, 2009). Ia juga mengemukakan bahwa proses berpikir terkait dengan jenis perilaku lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hal penting dari berpikir di samping pemikiran dapat pula berupa terbangunnya pengetahuan, penalaran, dan proses yang lebih tinggi seperti mempertimbangkan. Sedangkan dalam kaitannyadengan berpikir kreatif didefinisikan dengan cara pandang yang berbeda antara lain Jonhson (dalam Siswono, 2004: 2) mengatakan bahwa berpikir kreatif yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian melibatkan aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas,

menerapkan imajinasi pada setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi. Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macammacam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain. Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004: 177) dijelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kemampuan kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif adalah sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif Schank

(dalam Sternberg, 2007). Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg mengemukakan bahwa dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ada beberapa strategi yang digunakan antara lain: 1. Mendefinisikan kembali masalah 2. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi 3. Menjual ide-ide kreatif 4. Membangkitkan ide-ide 5. Mengenali dua sisi pengetahuan 6. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan 7. Mengambil resiko-resiko dengan bijak 8. Menoleransi ambiguitas (kemenduan) 9. Membangun kecakapan diri 10. Menemukan minat sejati 11. Menunda kepuasan 12. Membuat model kreativitas. Dari uraian di atas, beberapa strategi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif antara lain: siswa diperlukan dengan membangkitkan ide-ide baru, mendefinisikan kembali masalah, mengidentifikasi dan mengatasi masalah, membangun kecakapan diri, minat belajar matematika dan membuat model kreativitas. Pada

bagaian berikut diuraikan beberapa strategi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut: a) Mendefinisikan kembali suatu masalah dapat diartikan mengatakan dengan cara lain, mengubah pandangan, menyusun kembali, meninjau kembali dengan kata lain mencari duduk permasalahan mulai dari awal. Contohnya guru mendorong siswa untuk menemukan suatu pertanyaan yang berbeda dalam menanyakan masalah matematika yang dihadapinya. b) Mempertanyakan dan analisis asumsi-asumsi atau anggapan orang kreatif mempertanyakan asumsi-asumsi tersebut dan akhirnya mengakibatkan orang lain ikut mempertanyakan juga. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari berpikir analitis yang tercakup dalam kreativitas. c) Kemampuan melahirkan ide-ide, menciptakan, menghasilkan, menemukan gagasan kadang kala suatu gagasan datang pada saat yang tak terduga. Kadang kala juga datang membutuhkan waktu panjang untuk mengembangkan suatu gagasan. Contohnya guru dapat meminta kepada siswa membuat soal matematika dalam bentuk cerita.

d) Kemampuan membangun kecakapan diri yaitu percaya pada kemampuan sendiri, menjamin pelaksanaan tugas, melakukan apa yang perlu untuk dilakukan, bekerja dengan efektif. Contohnya guru dapat mendorong siswa meluangkan waktu untuk memecahkan soal trigonometri yang cukup sulit. e) Kemampuan mengenali minat sejati, dalam hal ini kemampuan tentang menemukan diri sendiri, menemukan semangat diri, mengetahui apa yang yang perlu dilakukan dan kemana harus melangkah.

B. Hasil Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian Tabel 1 Hasil Penelitian Terdahulu No Nama/tahun lulus Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Martauli Pengaruh active learning tipe Eksperimen Ada pengaruh Sama di variabel Beda di variabel aritonang/2016 listening terhadap penerapan model independen (X) yaitu dependen (Y) metode kemampuan berpikir kreatif pembelajaran active model pembelajaran penelitiannya dan siswa mata pelajaran geografi learning tipe listening kooperatif tipe subjek penelitiannya kelas X di SMAN 1 pagar team terhadap Listening team berbeda dewa kabupaten tlang bawang kemampuan berpikir barat kreatif siswa pada mata pelajaran geografi kelas X di SMAN 1 pagar dewa.

2 Ida Mafika Sari/ Penggunan model listening Eksperimen Berdasarkan data Sama di variabel Beda di variabel (Y), 2015 team sebagai saran pengamatan independen (X) yaitu metode penelitiannya meningkatkan kemampuan kemampuan bertanya model pembelajaran dan subjek bertanya pada pembelajaran siswa menunjukan kooperatif teknik penelitiannya berbeda. IPA siswa kelas X SMK YP bahwa kemampuan listening team 17-2 Madiun bertanya mengalamai peningkatan dan lebih merata terhadap hampir semua siswa meskipun belum optimal

C. Kerangka Pemikiran Pelajaran ekonomi bukan hanya pelajaran yang membutuhkan hafalan, namun juga membutuhkan pengaplikasian konsep-konsep. Seperti pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Jadi dalam pembelajaran geografi tidak hanya suatu proses pemindahan pengetahuan dari seorang guru kepada siswa. Guru yang berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus mampu menyajikan pelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikirnya. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Salah satunya guru dapat menggunakan model pembelajaran active learning. Dengan penerapan model active learning maka siswa di ajak untuk belajar secara aktif, dengan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih percaya diri dalam memahami materi yang diajarkan, dan siswa akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah veriabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu pengaruh penggunaan model pembelajaran active learning, dan variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pengaruh antara variabel tersebut di gambarkan dalam diagram berikut : X TERHADAP Y Keterangan : Gambar 1 Kerangka Pemikiran X Y = Model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Listening team = Kemampuan Berpikir Kreatif = Pengaruh

D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Dalam penelitian ini perlu adanya asumsi. Asumsi memegang peranan penting dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2008) asumsi adalah hal hal yang dipakai untuk tempat untuk berpijak untuk melaksanakan penelitian. Peneliti merumuskan sebagai berikut : a. Model pembelajaran cooperative learning termasuk teknik Listening Team dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan berpikir kreatif dan sikap secara aktif. b. Pembelajaran efektif dapat berlangsung melalui model pembelajaran cooperative learning. 2. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel bebas atau independen terhadap variabel terikat atau dependen. Adapun perumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) adalah sebagai berikut: 1. H O : ρ yx = 0 tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik listening team terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran Ekonomi kelas X IIS 2 di SMAN 16 Bandung. 2. H 1 : ρ yx 0 terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik listening team terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran Ekonomi kelas X IIS 2 di SMAN 16 Bandung.