INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Paskalis Th. Fernandez dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Masalah yang sering ditemui dalam pengembangan usaha peternakan ruminansia besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah antara lain kurangnya usaha pengembangan tanaman pakan ternak berkualitas. Pakan yang cukup dan mempunyai nilai nutrisi tinggi merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan produktifitas ternak. Legum sebagai indikator kesuburan tanah padang rumput, karena mempunyai kemampuan untuk memfiksasi nitrogen bebas dari udara ke dalam tanah. Dengan bantuan bakteri rhyzobium yang berkoloni dalam nodul akar tanaman legum maka nitrogen dapat difiksasi di dalam tanah. Hasil uji adaptasi beberapa jenis leguminosa herba di Desa Tobu diperoleh bahwa hanya jenis legum sentrosema pascuorum, clitoria ternatea dan makroptilium bracteatum menunjukkan penampilan yang bagus dengan jumlah tanaman per 1 meter masing masing adalah 40; 15 dan 14 dan tinggi tanaman (cm) 9,93; 12,3 dan 4,6 cm pada umur ± 2 bulan. Dari 7 jenis yang dicobakan untuk ditanam di Desa Tobu ternyata hanya 3 jenis yang memberikan performan terbaik untuk tiga lokasi kelompok tani. Kata kunci : Centrosema pascuorum, Clitoria ternatea, Macroptilium bracteatum, Tobu, Prima Tani PENDAHULUAN Pola pemeliharaan ternak di Desa Tobu adalah, pola lepas, pola ikat dan pindah, dan pola ikat dan dikandangkan. Kebiasaan petani melepas ternaknya di padang penggembalaan untuk mencari rumput sendiri adalah cara yang umum bagi masyarakat setempat. Namun demikian tidak semua petani dapat melakukan hal itu, karena pola ini hanya dapat diterapkan oleh pemilik ternak yang banyak ternak piaraannya. Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan sendiri dapat digolongkan ke dalam sumber protein, sumber energi dan sumber serat kasar. Hijauan pakan ternak (HPT) merupakan sumber serat kasar utama. Di dalam sistem pemeliharaan ternak tradisional di Indonesia, HPT merupakan bagian terbesar dari seluruh pakan yang diberikan, dengan demikian HPT yang pada umumnya terdiri atas rumput dan leguminosa merupakan bagian yang sangat penting di dalam usahatani ternak. Usaha ternak sapi di Desa Tobu tidak seperti di daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana hijauan pakan ternak relatif tersedia sepanjang musim. Petani peternak di Desa Tobu telah mengembangkan rumput King grass sebagai sumber pakan. King grass ditanam dan dikembangkan diantara batas lahan, di pinggiran jalan serta dimanfaatkan sebagai tanaman penguat teras. Walaupun pakan tersedia sepanjang tahun, namun jumlah dan jenis pakan masih terbatas, karena petani pada umumnya hanya mengandalkan King grass dan jenis pakan lokal seperti turi, daun beringin, daun kapok dan sebagainya. Sementara jenis leguminosa sangat kurang bahkan cenderung tidak tersedia. Oleh karena itu, melalui program PRIMA TANI telah diintroduksikan jenis-jenis pakan ternak seperti rumput mulato, dan guinea grass, serta jenis leguminosa herba seperti Alysicarpus rhogusus, Macroptilium bracteatum, Clitoria ternatea, Centrosema pascuorum cv Cavalcade dan Dolichos lab-lab dan Aeschynomene americana. Selain sebagai pakan ternak, rumput dan leguminosa juga cocok digunakan sebagai tanaman konservasi tanah, baik sebagai tanaman penguat teras di lahan-lahan miring, maupun sebagai tanaman reklamasi tanah untuk lahan-lahan yang telah gundul akibat pembabatan hutan. Leguminosa juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan-perkebunan. Berdasarkan uraian diatas, maka tulisan ini mengulas serta membahas tentang introduksi pakan ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam kaitannya dengan prospek pengembangan ternak sapi Bali di Desa Tobu, dengan memperhatikan aspek potensi pakan lokal yang tersedia.
Diharapkan tulisan ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam program perbaikan padang penggembalaan dan pengembangan ternak sapi Bali, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survai/monitoring yang dilaksanakan di Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan lokasi kegitan Prima Tani. Persiapan lahan melalui penggemburan yang dilakukan oleh anggota kelompok masing-masing. Lahan yang tersedia untuk ditanami pakan masing-masing kelompok adalah : kelompok tani Monit ± 3 are, kelompok tani Tani Bakti ± 4 are dan kelompok tani Debora ± 3 are. Jenis pakan (rumput dan legum) yang ditanam di setiap lokasi umumnya sama, yaitu Alysicarpus rhogusus, Macroptilium bracteatum, Molato, Guinea, Clitoria ternatea, Centrosema pascuorum cv Cavalcade dan Dolichos lab-lab. Untuk kelompok Monit ditambah Aeschynomene americana. Penanaman dilakukan pada bulan Juli 2007, dimana saat itu masih ada curah hujan, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2007. Responden ditetapkan secara purposive yaitu petani yang merupakan anggota kelompok tani Monit, Tani Bakti dan Debora. Data primer yang dihimpun meliputi, prosentase tumbuh dan tinggi tanaman legum dan rumput, setelah data terkumpul dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Desa Tobu Sebagai Basis Pakan Ternak Desa Tobu membentang dari ketinggian 550-950 meter diatas permukaan laut. Secara umum fisiografi Desa Tobu bergelombang sampai berlereng curam (>25%). Lahan yang dominan adalah seluruhnya berupa lahan kering. Komoditas-komoditas pertanian yang dominan adalah: (1) tanaman pangan (jagung, ubi jalar, kacang merah, ubi kayu), (2) Kemiri, 2.671 ph, (3) pisang 12.161 pohon, (4) pinang 8.695 pohon, 5) kelapa 866 pohon, (6) ternak sapi 434 ekor, (7) babi 932 ekor dan (8) ayam 2.232 ekor. (Baseline survey, 2006). Hijauan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan ternak herbivora umumnya. Kekurangan hijauan dalam arti mutu dan ketersediaan terutama musim kemarau merupakan problem yang selalu akrab dengan petani peternak di NTT. Kondisi ini lebih lanjut mengakibatkan turunnya produktivitas ternak yang diusahakan. Namun dengan kondisi iklim yang ada di Desa Tobu, dimana musim hujan yang relatif panjang yaitu selama 6-7 bulan dalam setahun memungkinkan ketersediaan pakan sepanjang tahun ada hanya jenis pakan yang perlu diperbaiki dan ditambah jumlahnya. Oleh karena isu sentral untuk pengembangan peternakan di Indonesia terutama pada lahan kering di NTT adalah pada musim kemarau panjang terjadi kekurangan HMT dan air sedangkan pada musim hujan terjadi erosi berat oleh karena hujan yang lebat dan tanah yang kurang stabil, maka memperbesar kerusakan tanah. Berikut beberapa jenis hijauan makanan ternak yang telah dibudidayakan di Desa Tobu (Tabel 1). Tabel.1. Beberapa jenis hijauan makanan ternak (hmt) yang telah dibudidayakan di Desa Tobu. No Jenis HMT Jumlah yang dibudidayakan 1. King Grass 200.000 pohon 2. Turi 6.250 pohon 3. Kapuk 1.438 pohon 4. Lamtoro 115.500 pohon 5. Waru 550 pohon 6. Dadap 2.770 pohon 7. Gamal 8.800 pohon 8. Kaliandra 41.500 pohon 9. Beringin 573 pohon
Sumber: Monograf Desa Tobu 2006 Ada beberapa alasan mengapa rumput cocok sebagai tanaman pakan ternak dan sebagai tanaman konservasi tanah di Desa Tobu: (1) rumput mampu membentuk tunas-tunas baru sebagai pengganti batang yang dimakan ternak. Tunas-tunas baru itu tumbuh pada pangkal batang, dekat permukaan tanah, sehingga tidak rusak apabila terjadi pemotongan atau penggembalaan, (2) sebagian besar rumput mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus menerus dan hanya terhenti pada musim kering, (3) banyak rumput yang berkembang biak dengan rimpang atau stolon yang dengan mudah membentuk akar-akar baru sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup, (4) sistem perakarannya mampu mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk jalinan akar (sod). Akar ini mengangkat zat hara yang telah tercuci oleh hujan lebat dari dalam tanah ke permukaan. Leguminosa juga memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak sapi karena kandungan protein yang tinggi didalam daun legum bahkan dapat dikatakan kalau leguminosa berfungsi sebagai bank protein. Penampilan Produksi Legum Dan Rumput Yang Diintroduksi Masalah yang sering ditemui dalam pengembangan usaha peternakan ruminansia besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah antara lain kurangnya usaha pengembangan tanaman pakan ternak baik kuantitas maupun kualitas karena pakan yang cukup dan mempunyai nilai nutrisi tinggi merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan produktifitas ternak. Masyarakat di Desa Tobu sangat familiar bahkan dapat dikatakan fanatik terhadap jenis hijauan pakan ternak king gras, hal ini dapat dilihat dimana semua petani menanam king gras baik dikebun maupun di pekarangan sebagai pagar sekaligus sebagai penahan erosi karena topografi Desa Tobu yang curam dan berlereng terjal. Padahal dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak sapi, pakan memegang peranan penting selain kuantitas juga kualitasnya. Di lain pihak pakan yang ada di Desa Tobu hanya rumput alam dan king grass, sementara leguminosa sangat dibutuhkan untuk mencapai produktivitas yang optimal karena leguminosa berfungsi sebagai bank protein, hal ini yang perlu diperkenalkan di Desa Tobu sehingga mereka juga lebih familiar dengan leguminosa, sama seperti mereka mengenal dan fanatik King grass selama ini. Oleh karena itu melalui kegiatan Prima Tani telah diperkenalkan lima (5) jenis legum herba yaitu Centrosema pascuorum, Dolichos lab lab, Stylosanthes seabrana, Clitoria ternatea, Makroptilium bracteatum, dan dua (2) jenis rumput yaitu Mulato dan Guinea grass, sudah tumbuh pada semua kelompoktani. Penampilan tanaman legum dan rumput untuk masing-masing kelompok tani disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel 2. Penampilan leguminosa herba dan rumput di Kelompok Tani Debora No Jenis HMT Jml tan/ Tinggi Tanaman (cm) Keterangan 1 mtr 1 2 3 4 5 1. Mulato 8 14 15 12 11 10 2. Guinea grass 5 8 7 10 9 10 3 Clitoria t. 21 9 8 8 9 4 4. Centro p. 44 21,5 14 13 7 4 5. Dolichos lab-lab 5 27 18 14 15 24 Daun berlubang 6. Macroptilium b. 15 3 4 3 4 3 7. Alycicarpus rugosus 2 11 4 - - - Pertumbuhan tidak bagus Di kelompok-tani Debora, pertumbuhan tanaman terutama rumput mulato, guinea, alysicarpus dan macroptilium bracteatum penyebaran tanaman dalam baris tidak merata, untuk alysicarpus pertumbuhan tidak bagus, mungkin disebabkan karena kekurangan air saat memerlukan air karena penanaman dilakukan pada bulan Agustus. Penampilan tanaman legum dan rumput yang diintroduksi memberikan hasil yang kurang bagus, hal ini disebabkan karena persiapan lahan yang dilakukan oleh petani belum optimal dimana saat pengolahan tanah, tidak diikuti dengan perataan tanah, sehingga terdapat bongkahan tanah yang keras serta celah diantara bongkahan cukup dalam, sehingga bila langsung ditanami benih maka kemungkinan
tumbuh kecil, kalaupun tumbuh hsilnya kurang bagus. Berikut ditampilkan denah lokasi penanaman di kelompok tani Debora. Debora Macrop Clitoria Molato Dolichos Guinea Cavalcade Alysicarpus Gambar 1. Denah lokasi tempat penanaman rumput dan legum di Kelompok Tani Debora Hasil penelitian Budisantoso et al (2004) tentang uji adaptasi beberapa jenis leguminosa herba di Desa Naibonat, diperoleh bahwa Centrosema pascuorum memberikan pertumbuhan paling cepat dengan tinggi mencapai 177 cm pada 84 hari setelah tanam, diikuti C. Ternatea, A. Americana dan M.bracteatum. Tabel 3. Penampilan leguminosa herba dan rumput di Kelompok Tani Bakti No Jenis HMT Jml tan/ Tinggi Tanaman (cm) Keterangan 1 meter 1 2 3 4 5 1. Mulato 20 21 19 12 13 21 2. Guinea grass 43 20 18 15 13 16 3 Clitoria t. 15 10 11 13 12 7 4. Centro p. 16 14 11 10 13 7 5. Dolichos lab-lab 5 18 16 14 14 19 6. Macroptilium b. 14 8 5 4 6 8 7. Alycicarpus rugosus 1 13 - - - - Pertumbuhan tidak bagus Penampilan rumput mulato dan Guinea grass yang ditanam di kelompok-tani Tani Bakti memberikan performans yang relatif bagus dimana dalam 1 meter tanaman jumlah yang tumbuh sebanyak 20 rumpun (mulato) dan 43 rumpun (Guinea grass). Jenis legum C. Pascuorum memberikan tampilan yang bagus dibanding jenis legum lain seperti C. ternatea dan Dolichos lab lab yang hanya 3-9 tanaman per satu meter, hal ini mungkin disebabkan keadaan tanah di lokasi lebih banyak batu-batuan di bandingkan di kelompok Debora dan Monit yang tanah gembur. Pada Gambar 2. diperlihatkan denah lokasi penanaman di kelompok Tani Bakti. Tani Bakti
to Mola Cavalcade Clitoria Lab-Lab Guine Macroptilium Alysicarpus Gambar 2. Denah lokasi tempat penanaman rumput dan legum di Kelompok Tani Bakti Hasil penelitian Budisantoso et al (2004) diperoleh produksi biomas C. pascuorum tertinggi setelah pertumbuhan kembali dengan interval 45 hari, diikuti C. ternatea, D.pernambucanus, M.bracteatum dan A.americana. Tabel 4. Penampilan leguminosa herba dan rumput di Kelompok Tani Monit No Jenis HMT Jml tan/ Tinggi Tanaman (cm) Keterangan 1 meter 1 2 3 4 5 1. Mulato 2 29 30 - - - 2. Guinea grass 6 15 25 20 22 26 3 Clitoria t. 9 16 15 6 10 11 4. Centro p. 61 18 15 14 11 12 5. Dolichos lab-lab 3 21 26 29 - - 6. Macroptilium b. - - - - - - Tidak ada tanaman yang tumbuh 7. Alycicarpus rugosus 2 29 30 - - - Hasil pertanaman di kelompok tani Monit rata-rata semua jenis tumbuh hanya jenis legum M. Bracteatum yang tidak tumbuh, hal ini mungkin disebabkan karena setelah ditanam, tidak lagi turun hujan sehingga kekurangan air saat tanaman legum tersebut membutuhkan air untuk germinasi. Dan telah dianjurkan melakukan penyiraman selama belum turun hujan, karena hampir setiap lokasi penanaman terdapat sumber air. Pada Gambar 3. disajikan denah lokasi penanaman rumput dan legum di kelompok tani Monit. Monit
Macroptilium Molato Lab-Lab Alysicarpus Cavalcade Aeschynomene Guin ea Clitoria Gambar 3. Denah lokasi tempat penanaman rumput dan legum di Kelompok Tani Monit Hasil penelitian Budisantoso et al (2004) dilaporkan bahwa jenis legum Makroptilium triloba memerlukan air tanah yang cukup banyak atau curah hujan yang tinggi untuk germinasi, bila total 170 mm hujan jatuh tiga hari berturut-turut setelah tanam, yang menghasilkan tingkat germinasi yang baik dan produksi mencapai 1046 kg/ha saat berumur 8 minggu setelah tanam. Hasil monitoring selama kegiatan berjalan, terutama pada saat penanaman legum dan rumput, tingkat partisipasi dari anggota kelompok tani relatif rendah, demikian pula pada saat monitoring setiap bulan terhadap kebersihan kebun HMT, partisipasi anggota kelompok masih rendah pada semua kelompok tani. Oleh karena itu diupayakan memotivasi anggota kelompok melalui ketua/pengurus kelompok. Keadaan seperti ini dapat dipahami karena kelompok tani yang ada di Desa Tobu merupakan kelompok tani yang baru terbentuk, sehingga mereka perlu penyesuaian di dalam anggota sendiri tentang bagaimana cara bekerjasama secara kelompok. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Jenis rumput Mulato dan leguminosa Clitoria ternatea dan Dolichos lab lab dapat tumbuh dan cocok dikembangkan di Desa Tobu karena memperlihatkan pertumbuhan yang bagus. Leguminosa Clitoria ternatea dan Dolichos lab lab, disenangi oleh petani karena dapat menghasilkan benih yang banyak bahkan dapat di panen dua kali namun daunnya belum di cobakan ke ternak karena masih terbatas sebagai sumber benih untuk ditanam pada masing-masing kebun anggota kelompok. Kelebihan Desa Tobu dimana curah hujan yang relatif lebih lama dibandingkan daerah lain di NTT merupakan potensi dalam upaya pengembangan pakan ternak, khususnya jenis leguminosa karena sudah terbukti dapat tumbuh relatif bagus walaupun ditanam pada saat musim kemarau (bulan Juli). Saran Perlu adanya kebun pakan ternak khususnya untuk leguminosa herba, disamping berfungsi sebagai penyedia pakan saat kemarau karena daun legum dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, juga lahan bekas penanaman leguminosa dapat mengembalikan kesuburan tanah. Anonymous, 2006. Monograf Desa Tobu DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Tim PRA PRIMA TANI Kabupaten Timor Tengah Selatan Budisantoso. E., P. Th. Fernandez dan J. Nulik. 2006. Integrating Short Term Legume Leys Into The Maize Cropping Systems in West Timor, Species Adaption Evaluation. Prosiding Seminar Nasional, Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan Dalam Sistem Usahatani lahan Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, 2006.