BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

Just in time dalam Manajemen Logistik

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB III LANDASAN TEORI

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

Prepared by Yuli Kurniawati

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan material adalah salah satu proses kunci dalam sebuah rantai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Addr : : Contact No :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X

Strategi Peningkatan Produktivita s

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI Oleh : Putu Sulastri

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran Kinerja SCM

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Akuntansi Biaya. Just In Time and Backflushing. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

BAB III LANDASAN TEORI

INVENTORY MANAGEMENT (MANAJEMEN PERSEDIAAN)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku) serta pelanggan hanya membeli produk pada saat dibutuhkan dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang diinginkan, strategi pasar tepat waktu (Just In Time) lebih tepat dibandingkan strategi produksi konvensional. Sistem produksi tepat waktu (Just In Time Production System) pada awalnya dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation di Jepang, sehingga sering disebut juga sebagai sistem produksi Toyota. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan Jepang, terutama setelah krisis minyak dunia pada tahun 1973. Tujuan utama dari sistem produksi tepat waktu ini adalah mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produkstivitas total industri secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pemborosan (waste) secara terus menerus. Perkembangan sistem JIT di Jepang berkaitan dengan keadaan negaranya yang memiliki sumber daya alam yang terbatas, ketergantungan pada energi dan material impor, dan keadaan 5

geografisnya yang kurang menguntungkan. Maka itu Jepang mengembangkan suatu keengganan terhadap pemborosan. 6 Menurut Siswanto (2005 : 202) pemborosan-pemborosan yang dapat dikurangi atau dihilangkan dengan penerapan sistem JIT adalah sebagai berikut : 1. Pemborosan Produksi Berlebih Produksi berlebih merupakan dampak dari mentalitas superisor, yang selalu khawatir terhadap berbagai masalah yang dihadapi seperti gangguan mesin, cacat produksi atau ketidakhadiran karyawan sehingga mereka memaksakan diri untuk berproduksi lebih banyak agar selalu berada disisi yang aman. Pemborosan jenis ini merupakan akibat dari upaya mendahului jadwal produksi. Bila proses ini melibatkan mesin yang mahal harganya, seringkali terjadi pengabaian terhadap jumlah produk yang dibutuhkan, mesin harus berproduksi terus menerus agar pemanfaatannya efisien. Berproduksi lebih daripada yang dibutuhkan berdampak pada pemborosan yang sangat besar, seperti konsumsi material sebelum dibutuhkan, input yang dihamburkan berupa tenaga kerja dan energi utilitas, penambahan mesin tanpa dasar yang jelas, peningkatan beban bunga modal, penambahan ruang guna penyimpanan persediaan, tambahan kegiatan transportasi maupun administrasi. 2. Pemborosan Persediaan Dengan kelebihan barang-barang persediaan yang tinggal diam tidak ada nilai tambah yang tercipta. Tingkat kualitasnya justru menurun dengan bertambahnya waktu. Lebih buruk lagi nilainya dapat sirna karena kebakaran atau kebanjiran serta berbagai musibah lainnya. 3. Pemborosan Pengerjaan Ulang Karena Gagal atau Cacat Hasil produksi yang cacat mengganggu produksi dan membutuhkan pengerjaan ulang yang mahal. Seringkali produk cacat harus dimusnahkan, suatu pemborosan sumber daya maupun upaya yang telah ditanamkan. Pada lingkungan produksi massal modern, suatu gangguan pada mesin otomatis berkecepatan tinggi

7 dapat berakibat pada produk gagal atau cacat dalam jumlah yang sangat besar sebelum masalahnya dapat diisolasi. 4. Pemborosan Gerak Kerja Gerak kerja dari seorang yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah adalah tidak produktif. Pemborosan waktu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk memberi nilai tambah harus dihilangkan sedapat mungkin. 5. Pemborosan Pemrosesan Pemborosan pada pemrosesan, pada banyak kasus umumnya diakibatkan karena kegagalan melakukan sinkronisasi proses. Kadang-kadang teknologi yang kurang tepat atau rancangan produk yang kurang baik berakibat pada pemborosan yang teradi pada pemrosesan. 6. Pemborosan Waktu Tunggu atau Penundaan Pemborosan waktu tunggu terjadi bila tangan operator kedapatan menganggur atau saat operator menunda kerja sebagai teknik mengatasi berbagai keadaan, seperti jalur kerja yang tidak seimbang, komponen yang belum tersedia atau gangguan mesin. Jenis pemborosan ini mudah dikenali. Kita dapat pula mengamati operator jaga yang hanya berfungsi mengawasi mesin selagi mesin bekerja menghasilkan nilai tambah, ini juga termasuk pemborosan waktu tunggu. 7. Pemborosan Transportasi Transport adalah kegiatan penting dalam operasi, namun sesungguhnya memindahkan material maupun benda kerja sama sekali tidak menciptakan nilai tambah pada barang tersebut. Lebih buruk lagi, kerusakan bahkan dapat terjadi dalam transport. Sebagai contoh bahan produksi yang diterima disimpan terlebih dahulu didalam gudang sebelum diproses, cara ini ternyata menimbulkan beban berupa penanganan khusus untuk persediaan tersebut. Strategi produksi JIT diterapkan pada seluruh sistem industri modern sejak proses rekayasa (engineering), pemesanan material dari pemasok (suppliers), manajemen material dalam industri, proses pabrikasi industri, sampai distribusi produk industri kepada pelanggan. Tampak bahwa sistem industri modern berorientasi pada kepuasan

8 pelanggan dengan jalan mengintegrasikan ketiga komponen utama, yaitu : pemasok material (input), proses pabrikasi (factory process), dan pelanggan (customers) sebagai satu sistem yang utuh. (Vincent Gaspersz : 2005). 1. Pengertian Just In Time Sistem JIT dikenal sebagai salah satu sistem dimana setiap komponen dalam lini produksi akan diproduksi segera pada saat diperlukan oleh langkah berikutnya. Strategi JIT dalam proses produksi tersebut mempunyai penekanan pada usaha perbaikan tahap-tahap dalam produksi dengan sasaran membuat semua kegiatan pada tahap produksi berlangsung tepat waktu. Pengertian JIT menurut Garrison dan Noreen (2006 : 38) adalah : sistem pengendalian persediaan dan produksi yang menghendaki bahan baku dibeli, dan unit yang diproduksi hanya sebatas kebutuhan dari pelanggan. Menurut Irton (2009:200) Just In Time adalah filosofi manajemen untuk mencapai dan mengeliminasi sumber-sumber pemborosan perusahaan dan biaya dengan menghasilkan barang pada tempat dan waktu yang tepat. Menurut Carter dan Usry (2006:323) menyatakan bahwa sistem Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.

yaitu : Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time, 9 a. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber daya yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk dan jasa. b. Komitmen terhadap kualitas prima. c. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. d. Memberikan penekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan fisibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah. Dalam JIT departemen-departemen produksi direstrukturisasi kedalam sel-sel, setiap sel terdiri dari berbagai mesin-mesin. Penekanan JIT adalah pada mutu tinggi dan pengurangan persediaan. Penekanan kinerja berubah dari maksimumisasi kapasitas tetap ke pemenuhan permintaan jangka pendek dan kualitas. Pendekatan sistem JIT merupakan teknik pengendalian terbaik untuk meningkatkan produktivitas, hal itu disebabkan dalam sistem ini mengijinkan kegiatan produksi dan pembelian dilaksanakan dalam jumlah kecil dan pemesanan dilakukan sebelum material masuk proses produksi. Menurut Holy Icun

Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 119) faktor-faktor yang menunjang keberhasilan sistem JIT, antara lain : 10 a. Pemasok yang berkualitas tinggi. Pemesan harus menerima bahan dengan kualitas baik dari pemasok. Hubungan pembeli-penjual harus dibangun dan dipelihara terhadap pemasok yang berkualitas tinggi. b. Jaringan hubungan manajer dan pemasok. Perusahaan memiliki sejumlah minimal pemasok. c. Terkonsentrasi pada lokasi geografis tertentu. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh antara lokasi pemasok dan lokasi konsumen. d. Transportasi yang efisien serta material handling. Transportasi antara pemasok dan konsumen harus realibel. Perlengkapan harus diangkut sedekat mungkin dengan pengguna. e. Komitmen kuat manajemen. Manajemen harus mengambil tindakan dan membuta fasilitas yang dibutuhkan untuk memperlancar proses produksi. 2. Prinsip Prinsip dan Tujuan Just In Time Menurut Marc J. Schiniederjans yang dikutip oleh Siwanto (2005 : 200) terdapat delapan prinsip kunci Just In Time, yaitu : a. Memproduksi sesuai dengan pesanan b. Menyatukan produksi c. Mengeliminasi pemborosan d. Memproduksi secara terus menerus sampai dengan perbaikan e. Menyempurnakan kualitas produk f. Perhatian terhadap orang g. Mengeliminasi kemungkinan yang terjadi h. Pemeliharaan jangka panjang

11 Menurut Vincent Gasperz (2005 : 38) Tujuan utama JIT adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan terus menerus (continuous improvement). Dibawah filosofi JIT, segala sesuatu baik material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal, informasi, manajerial, proses dan lain-lain yang tidak memberikan nilai tambah pada produk disebut pemborosan. Nilai tambah produk merupakan kata kunci dalam JIT. Nilai tambah produk diperoleh hanya melalui aktivitas aktual yang dilakukan langsung pada produk dan tidak melalui : pemindahan, penyimpanan, perhitungan, dan penyortiran produk. Pemindahan, penyimpanan, perhitungan, dan penyortiran produk, tidak menambah nilai produk itu, tetapi merupakan biaya, dan biaya yang dikeluarkan tanpa memberikan nilai tambah pada produk merupakan pemborosan. Menurut Vincent Gasperz (2005 : 38), pada dasarnya sistem produksi JIT mempunyai enam tujuan dasar sebagai berikut : 1. Mengintegrasikan dan mengoptimalkan setiap langkah dalam proses manufacturing. 2. Menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pelanggan. 3. Menurunkan ongkos manufacturing secara terus menerus. 4. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan. 5. Mengembangkan fleksibilitas manufacturing.

6. Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerja sama dengan pemasok dan pelanggan. 3. Elemen Elemen Dasar Just In Time 12 Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 117) untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem JIT ini dibutuhkan adanya kerjasama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut : a. Resource yang fleksibel Berkaitan dengan tenaga kerja mesin yang digunakan. Dalam hal fleksibilitas tenaga kerja, tenaga kerja dilatih agar multi fungsi, artinya satu tenaga kerja biasa menjalankan beberapa mesin sekaligus. b. Cellular layout Bentuk layout sangat mempengaruhi produktivitas, oleh karena itu letak mesin-mesin harus diperhatikan sehingga operator mesin dan material hanya bergerak sedikit mungkin. c. Sistem tarik Secara garis besar sistem dorong berdasar pada rencana yang sudah dibuat sebelumnya, sedang sistem tarik berdasar pada permintaan customer. Penerapan sistem tarik dalam produksi menggunakan alat bantu yang disebut kanban. d. Kontrol kanban Kanban adalah metode Just In Time yang memakai ukuran lot atau container standar, dengan sebuah kartu menyertainya. e. Produksi dengan lot kecil Dengan produksi lot kecil akan didapat inventory level yang rendah. Oleh karena itu, produksi dengan lot kecil harus didukung dengan perbaikan yang terus menerus, terutama untuk waktu setup ketika terjadi penggantian barang yang diproduksi harus sekecil mungkin.

13 f. Waktu setup mesin dengan cepat Setup time dilakukan jika terjadi penggantian barang yang diproduksi pada suatu mesin. Dibeberapa perusahaan setup time sering menjadi bottleneck, padahal setup time merupakan elemen yang sangat penting dalam Just In Time. g. Kualitas yang tinggi Agar sistem just in time bekerja dengan baik, maka kualitas harus sangat tinggi karena tidak ada inventory tambahan yang digunakan sebagai buffer barang yang rusak, inventory tambahan disediakan sebagai buffer perubahan demand. h. Perbaikan yang terus menerus Perbaikan yang terus menerus sering disebut dengan continuous improvement atau dalam bahasa Jepang disebut dengan kaizen. Perbaikan yang terus menerus dilakukan untuk mengeliminasi waste dan juga membuat kegaitan operasi menjadi lebih baik. i. Keterlibatan total pekerja Keterlibatan pekerja secara total adalah sebuah sistem yang mendorong partisipasi setiap pekerja dari semua tingkat jabatan untuk melakukan perbaikan yang terus menerus. j. Total productive maintenance Mesin tidak dapat berjalan terus menerus tanpa adanya pemeliharaan. Ada dua jenis aktivitas pemeliharaan, yaitu breakdown maintenance dan preventive maintenance. Breakdown maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika mesin dalam keadaan berhenti bekerja, perbaikan dilakukan agar mesin kembali pada kondisi semula sehingga dapat beroperasi kembali. Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berkala untuk mencegah terjadinya break down. k. Jaringan supplier Dalam JIT dilakukan pemilihan supplier dalam jumlah sedikit dan kemudian dikembangkan hubungan jangka panjang yang kuat dengan supplier-supplier tersebut. l. Jaringan Customer Selain jaringan supplier, dalam JIT juga dikembangkan hubungan dengan customer utama untuk mengeliminasi

waste, mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan customer service. m. Pengurangan waste Penerapan elemen-elemen diatas secara langsung atau tidak langsung akan mengurangi waste, sehingga perusahaan akan mengurangi biaya dan menambah nilai dengan mengeliminasi waste dari sistem produksi dan distribusi. n. Pengurangan inventory Dengan penerapan produksi dengan lot kecil maka akan dicapai inventory produksi yang rendah. 4. Manfaat Just In Time 14 Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 130) Penerapan Sistem Just In Time akan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut : a. Inventory akan berkurang sehingga investasi dalam inventory berkurang dan berakibat kepada membaiknya kinerja perusahaan. b. Barang yang kadaluwarsa lebih sedikit c. Kualitas meningkat d. Mengurangi proses inspeksi dan pengerjaan kembali e. Deteksi yang cepat jika terjadi cacat produksi f. Biaya akan menjadi lebih rendah sehingga margin meningkat atau harga jual dapat dikurangi g. Kebutuhan ruangan / gudang berkurang sehingga investasi ruangan / gudang dapat dieliminasi. h. Lead time yang lebih pendek i. Produktivitas meningkat j. Fleksibilitas lebih besar k. Hubungan yang lebih baik dengan supplier

15 l. Aktivitas penjadwalan dan kontrol yang lebih sederhana m. Kapasitas meningkat n. Pemakaian sumber daya manusia yang lebih baik o. Lebih banyak variasi produk p. Kepuasan pelanggan yang lebih besar q. Respons yang lebih cepat terhadap pesanan pelanggan r. Mengurangi jumlah supplier sehingga ada supplier yang benar-benar dapat diandalkan dan terbina hubungan jangka panjang. B. Just In Time Purchasing Pembelian JIT adalah pembelian barang yang tepat waktu dan jumlah, sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk segera digunakan, dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol. Penggunaan sistem JIT purchasing ini sudah lama diterapkan pada industri-industri yang produknya cepat rusak, seperti dalam industri pembuatan makanan, bunga segar, dan ikan segar. Namun sekarang pembelian JIT tidak hanya digunakan dalam industri yang produknya cepat rusak karena pembelian yang tidak sesuai dengan permintaan pabrik kemungkinan dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya pesanan atau mungkin persediaan terlalu besar. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 15), bila Just In Time dijalankan dengan tepat, maka akan meningkatkan beberapa hal :

16 1. Mengurangi biaya 2. Meningkatkan output 3. Mengurangi penundaan pelayanan kepada pelanggan. 4. Meningkatkan laba Karakteristik sistem JIT Purchasing menurut Garrison dan Noreen (2006 : 17) antara lain : 1. Barang dikirim sesegera mungkin sebelum permintaan atau penggunaan. Adanya peningkatan jumlah pengiriman dan adanya penurunan jumlah barang pengiriman. 2. Pengurangan jumlah pemasok untuk setiap jenis barang dan adanya pengurangan dalam biaya dan waktu perundingan dan pemrosesan data pembelian. Dimana, sedikit pemasok yang dipilih itu adalah pemasok yang mampu memenuhi kebutuhan akan pengiriman yang sering dalam jumlah yang sedikit, yang dapat diandalkan dalam mutu, harga dan ketetapan waktu pengiriman. 3. Penggunaan kontrak jangka panjang dengan pemasok yang meliputi jadwal pengiriman kualitas barang dan harga yang harus dibayar dengan pekerjaan tulis menulis untuk setiap transaksi hanya melibatkan satu hubungan telepon atau satu entri komputer. 4. Tidak adanya pengecekan oleh pembeli atas kualitas barangbarang yang dikirim. Pada perundingan awal para pemasok disadarkan tentang premi yang diberikan untuk penyerahan barang-barang yang bermutu tinggi dengan kuantitas tertentu yang dipesan jadi no defect, no inspection, no sorting, dan no repacking. 5. Pembayaran kepada pemasok dilakukan untuk tumpukan penyerahan bukan untuk setiap pengiriman. Karakteristik JIT Purchasing menurut Herzer dan Render (2005 : 564) sebagai berikut : 1. Pemasok (Supplier) a. Membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok yang sedikit yang telah diseleksi dan tetap bersaing dalam harga.

b. Lokasi pemasok yang dekat dengan perusahaan dan pengelompokkan pemasok yang jauh. c. Penawaran kompetitif hanya dibatasi untuk sejumlah bahan baku yang baru. d. Kesadaran pihak pembeli untuk tidak melakukan integrasi ertikal agar tidak mematikan usaha pemasok. e. Pemasok juga disarankan untuk menetapkan JIT Purchasing pada sistem pembeliannya sendiri. 2. Kuantitas 17 a. Penggunaan kertas-kertas kerja yang minimal b. Tingkat output yang stabil c. Pemasok harus mengepak barang dalam jumlah yang tepat dan diharapkan untuk mengurangi ukuran lot produksinya. d. Adanya perjanjian kontrak jangka panjang, dimana dalam setiap pengiriman jumlah barang yang diserahkan dapat berubah-ubah, tetapi tetap untuk keseluruhan kontrak. 3. Kualitas a. Menjamin hubungan yang erat antara tenaga pengendalian kualitas pembeli dengan pemasok. b. Menurut syarat kualitas yang standar (ada spesifikasi produk yang minimum yang diharapkan dari pemasok). Dan membantu pemasok untuk memenuhi persyaratan mutu. c. Pemasok disarankan untuk menggunakan pengendalian proses daripada pemeriksaan proses. 4. Pengiriman a. Membuat jadwal pengiriman masuk. Barang dikirim segera sebelum permintaan atau penggunaan. b. Pengendalan proses pengiriman barang dengan menggunakan alat angkut dan gudang milik sendiri atau yang dikontrak dan trailer untuk konsolidasi muatan atau penyimpanan bukan dengan angkutan umum.

adalah : Tujuan JIT Purchasing menurut Heizer dan Render (2005 : 566) 18 1. Menghilangkan persediaan dalam pabrik (in plant inventory). Persediaan bahan baku tidak diperlukan apabila bahan baku yang memenuhi standar kualitas dikirim ketempat dan waktu yang tepat pada saat dibutuhkan jika pemasok tidak dapat diandalkan. 2. Menghilangkan persediaan dalam perjalanan (in transit inventory). Departemen pembelian dapat mengurangi persediaan dalam perjalanan dengan menganjurkan pemasok dan calon-calon pemasok untuk memilih lokasi yang berdekatan dengan pabrik pembeli. Bila hal itu tidak memungkinkan departemen dapat memilih sistem konsinyasi atas persediaan, dimana hak atas barang tetap berada di tangan pemasok, semakin pendek arus barang semakin sedikit pula persediaan. 3. Menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added activities). Meminimalkan kegiatan yang tidak memberikan manfaat yang berguna bagi perusahaan, misalkan kegiatan penerimaan dan kegiatan koperasi penerimaan barang. 4. Meningkatkan kualitas dan tingkat keandalan Untuk meningkatkan mutu bahan baku, maka komitmen jangka panjang dengan pemasok akan mengurangi biaya administrasi atas permintaan penerimaan barang dan biaya negosiasi atas harga. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 20), manfaat Just In Time Purchasing antara lain : 1. Dengan jumlah pemasok yang kecil dan kontrak jangka panjang dengan pemasok akan mengurangi biaya administrasi atas permintaan penerimaan barang dan biaya negosiasi atas harga. 2. Pembelian pengendalian produksi, pengendalian persediaan dan pengawasan menjadi berkurang karena rework, inspeksi, penundaan pengiriman dan ketidakcocokan barang dapat berkurang dan barang yang akan dibeli dapat lebih dipercaya oleh pihak lain.

19 3. Biaya penyimpanan persediaan menjadi lebih rendah. 4. Biaya perbaikan barang rendah, karena ukuran lot yang kecil dan adanya pengiriman dengan frekuensi yang tinggi, disertai kontrak dengan pemasok yang menjamin kualoitas barang yang dikirim. 5. Identifikasi barang yang dekat dan hubungan telepin yang mudah bdan jurah dengan pemasok. Karena JIT Purchasing cenderung bekerjasama dengan pemasok yang letaknya tidak terlalu jauh. C. Just In Time Production Menurut George dan William (2006 : 400) Produksi Just In Time adalah membeli dan memproduksi dalam kuantitas yang paling kecil dan tepat waktu untuk pemakaian. Just In Time Production merupakan suatu sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya, dimana permintaan terhadap output terakhir dari produksi merupakan permintaan dari pelanggan. Mutu merupakan hal yang penting di dalam sistem Just In Time. Cacat tidak hanya menimbulkan pemborosan, tetapi juga bisa menyebabkan proses produksi terhenti. Karena tidak ada persediaan untuk mengganti kesalahan, maka mutu yang sempurna dituntut di dalam sistem JIT. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 15) berhubungan dengan mutu dalam tiga hal : 1. Just In Time mengurangi biaya pemerolehan mutu yang baik. Hal ini terjadi karena biaya produk sisa, produk yang memerlukan pengerjaan ulang, investasi persediaan dan biaya kerusakan

terkandung dalam persediaan. JIT menurunkan persediaan, sehingga lebih sedikit unit cacat yang diproduksi dan lebih sedikit unit yang perlu dikerjakan ulang. 2. Just In Time meningkatkan mutu. Selain mengurangi antrian dan waktu antar, JIT juga menjaga agar bukti kesalahan tetap diingat dan membatasi jumlah sumber kesalahan potensial. JIT menciptakan sistem peringatan awal untuk masalah-masalah mutu sehingga lebih sedikit unit produk yang diproduksi cacat dan umpan balik didapat secara tepat. 3. Mutu yang lebih baik berarti diperlukan lebih sedikit cadangan, sehingga dapat tersedia sistem JIT yang lebih mudah diterapkan. Seringkali tujuan penyimpanan persediaan adalah untuk melindungi dari kinerja produksi yang buruk yang ditimbulkan oleh mutu yang tidak dapat diandalkan. Bila ada mutu yang konsisten, JIT memungkinkan kita untuk mengurangi semua biaya yang berkaitan dengan persediaan. Menurut Heizer dan Render (2005 : 568), Just In Time Production dapat mengurangi waktu dan biaya produksi yang akan dikeluarkan suatu perusahaan dalam melakukan suatu kegiatan operasionalnya dengan cara-cara sebagai berikut : 20 1. Demand pull system. Maksudnya proses produksi berjalan sesuai dengan jumlah permintaan dari proses berikutnya sehingga mengurangi atau meniadakan barang dalam proses (persediaan penyangga) dalam setiap pusat kerja. 2. One piece production. Maksudnya semua proses hanya akan diproduksi satu komponen saja dan langsung membawanya ke proses selanjutnya. Dengan pemakaian berarti tidak ada proses yang diijinkan untuk memproduksi dalam jumlah yang besar atau membuat surplus barang diantara proses. 3. Memelihara tingkat persediaan yang minimum. Filosofi Just In Time memusatkan tujuan pada memelihara tingkat persediaan yang minimum. Bahan baku dan komponen dibeli dan diterima hanya apabila dibutuhkan. Dengan demikian dapat mengurangi biaya yang digunakan untuk pemeliharaan gudang dan menghindari terjadinya keusangan persediaan. 4. Secara berkesinambungan berusaha mengurangi biaya set up mesin pada setiap tahapan pengolahan produksi dengan

menerapkan Total Quality Control (TQC) agar no defect, no rework, dan no inspection, serta mengurangi permintaan pembelian sekaligus mengurangi perubahan pesanan pada pemasok. 5. Pendekatan JIT terhadap produksi adalah tidak sekedar meminimalkan tingkat persediaan atau mengurangi waktu produksi. Sistem Just In Time menciptakan suatu produk yang berkualitas tinggi dalam keadaan yang paling efisien. Setiap tindakan dari operator mesin, orang yang melakukan setup, personel perbaikan dan pemeliharaan, dan juga manajemen perusahaan harus dilaksanakan untuk tujuan ini. Setiap karyawan yang melibatkan diri dalam produksi produk harus berusaha keras untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya. 6. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Oleh karena itu beberapa perusahaan yang telah menggunakan JIT Production merestrukturisasi kembali tata letak pabriknya, atau memperlancar aliran bahan baku atau produk diantara pusat kerja secara berurutan. 21 D. Just In Time Transportation and Deliver Sistem JIT yang diterapkan perusahaan manufacturing memiliki hubungan yang erat antara jadwal (schedule) pabrik dan jadwal pengiriman barang dari para pemasok. Sebab dalam hal ini pemasok harus menyediakan barang yang akan dikirm dengan tepat waktu, pada tempat yang diinginkan dan dalam kuantitas yang diminta. Menurut Supriyono (2007 : 16), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada JIT Transportation and Delivery, yaitu : 1. Model angkutan dan perubahan jasa angkutan Pemasok diharuskan mengirim barang dalam ukuran lot kecil dan frekuensi yang cukup sering. JIT Transportation dan Delivery menghendaki penggunaan alat angkut yang berukuran kecil seperti truk kecil untuk mendukung pengirman yang lebih sering dan dalam ukuran lot kecil.

2. Berbagai informasi (information sharing) dan penggunaan micro computer Perusahaan dan pemasok harus saling berhubungan untuk dapat bertukar informasi. Informasi ini dapat berupa jadwal produksi, tanggal pengiriman maupun hal lain, sehingga pemasok dapat mengkoordinasikan proses perencanaan produksi agar sejalan dengan kebutuhan pembeli. Untuk itu digunakan Electronic Data Interchange (EDI) yang menghubungkan informasi antar perusahaan. Melalui EDI ini, semua transaksi dan dokumen dapat langsung dikirim tanpa harus ada orang yang mengantarkannya. Semua dokumen akan dikirmkan dan akan diterima secara elektronik. Hal ini tentu akan mengurangi biaya dalam persiapan dan pengiriman dokumen dari perusahaan pembeli ke pemasok, maupun sebaliknya. 22