SISTEM INTEGRASI TANAMAN JAGUNG SAPI POTONG DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TANGGAPAN PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN NIRLIMBAH BERBASIS KOMODITAS JAGUNG DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN INTEGRASI USAHATERNAK SAPI POTONG DALAM SISTEM USAHA PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

Sistem Integrasi Padi-Sapi Potong di Lahan Sawah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

KAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

MATERI DAN METODA A. Fermentasi Jerami Padi Dengan Bio Starter 1. Proses pembuatan larutan bio starter Larutan Bio Starter adalah, larutan yang akan d

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHATANI DALAM INTEGRASI SAPI POTONG PADI DI KOYA BARAT KOTA JAYAPURA. Usman, B.M.W. Tiro dan Afrizal Malik

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

PEMANFAATAN PUCUK TEBU SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

Transkripsi:

SISTEM INTEGRASI TANAMAN JAGUNG SAPI POTONG DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN (System Integrate Crop Maize Beef Cattle in Sub-Province of Takalar, South Sulawesi) MATHEUS SARIUBANG dan DANIEL PASAMBE Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar ABSTRACT A research of system integrate crop of maize at lowland dry farming have been done in Sub-Province of Takalar, South Sulawesi, since January up to December 004 have been done in order to know exploiting of maize crop for beef cattle s feed and at the same time to study influence of exploiting of beef cattle livestock dirt which is fermented for organic manure at maize crop. Results of research indicated that of old age maize crop production 60 70 day after planting (fruit and bar) was 40.600 kg/ha and maize hay (fruit and bar) was 1.900 kg/ha crop dry. For the beef cattle of pedet (heavy early + 00 kg/tail) what isn't it show heavy accretion of ADG and consumption. It were T1 (control) 0,367 kg/tail/day and 3 kg/tail/day, T (Silage) 0 kg/tail/day and kg/tail/day, T3 ( Fermented Hay) 9 kg/tail/day dan 5,85 kg/tail/day. While Analysis of financial was 6.834.7 rupiah/ha/year with B/C ratio c 1.8. It is concluded farming system integrate maize-beef cattle is the potential model to be developed at lowland dry farming. Key Words: Integration, Crop Maize, Beef Cattle ABSTRAK Suatu penelitian/pengkajian sistem integrasi tanaman jaging-sapi potong pada lahan kering dataran rendah telah dilakukan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sejak Januari sampai dengan Desember 004 untuk mengetahui pemanfaatan tanaman jagung sebagai pakan sapi potong dan sekaligus melihat pengaruh pemanfaatan kotoran ternak sapi potong yang difermentasi (dikomposkan) sebagai pupuk organik pada tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tanaman jagung umur 60 70 hari sesudah tanam (batang dan buah) adalah 40.600 kg/ha dan jerami jagung (brangkasan dan buah) adalah 1.900 kg/ha kering panen.untuk sapi bakalan (bobot awal ± 00 kg/ekor) yang digemukkan menunjukkan pertambahan bobot hidup dan konsumsi pakan masing-masing adalah T1 (kontrol) 0,367 kg/ekor/hari dan 3 kg/ekor/hari, T (Silase) 0 kg/kor/hari dan kg/ekor/hari, T3 (Fermentasi Jerami) 9 kg/ekor/hari dan 5,85 kg/ekor/hari. Sedangkan analisis finansial masing-masing usahatani penggemukan sapi potong adalah rata-rata Rp 6.834.7/ha/tahun dengan B/C ratio 1,8. Disimpulkan usahatani integrasi jagung-sapi potong merupakan usahatani yang potensial untuk dikembangkan pada lahan kering dataran rendah. Kata Kunci: Integrasi, Tanaman Jagung, Sapi Potong PENDAHULUAN Hijauan pakan ternak dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memadai merupakan syarat mutlak dalam usahatani sapi potong. Keadaan yang demikian sudah tidak dapat dipertahankan lagi untuk pengembangan sapi potong di Sulawesi Selatan, khususnya di lokasi penelitian/pengkajian karena sumber hijauan pakan yang biasa dimanfaatkan adalah rumput yang berasal dari lapangan, kebun, tegalan, pematang, pinggir jalan dan sebagainya. Semakin terbatas bahkan pada musim kemarau sangat sulit mendapatkannya. Untuk keluar dari masalah ini maka potensi pakan lainnya seperti limbah pertanian, limbah industri dan sebagainya perlu dimanfaatkan untuk pemeliharaan sapi potong. Sulawesi Selatan merupakan penghasil jagung ke-6 terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara dan NTT. Umumnya tanaman jagung 85

dapat diusahakan pada agroekosistem lahan kering (65 75%), lahan sawah irigasi (10 15%) dan lahan sawah tadah hujan (0 30%). Pengembangan tanaman jagung pada lahan sawah tadah hujan umumnya dilakukan dengan pola: padi jagung, padi jagung jagung, padi padi jagung, padi jagung/palawija. Di Sulawesi Selatan luas panen tanaman jagung pada lahan non intensif, khususnya pada lahan sawah tadah hujan adalah 30.589 ha, masingmasing tersebar di kabupaten, antara lain: Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng, Takalar dan Gowa. Luas panen jagung di Sulawesi Selatan pada 001 tercatat 191.593 Ha dengan total produksi 534.78 ton, atau rata-rata produksi,79 ton/ha. Kemudian pada 00 luas panen jagung meningkat menjadi 07.048 ha dengan total produksi yang dicapai sebesar 591.08 ton. Dari segi pengembangan ternak sapi potong, Sulawesi Selatan dikenal sebagai gudang ternak, karena menjadi penghasil utama sapi potong di Indonesia setelah Jawa Timur. Jenis sapi potong yang banyak dipelihara di Sulawesi Selatan adalah sapi Bali. Dalam perkembangannya sangat akrab dengan petani dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap kondisi alam (agroekologi) Sulawesi Selatan. Jumlah ternak sapi potong pada 00 sebesar 73.638 ekor Kedua komoditas tersebut (jagung dan ternak sapi potong) sangat strategis untuk disinergiskan dalam suatu usahatani terintegrasi, sehingga peluangnya sangat besar untuk diadopsi petani, khususnya pada kawasan sawah semi intensif yang sesuai dengan pengembangan tanaman jagung. Di Indonesia pertanaman jagung di tegalan memiliki proporsi terbesar yaitu 79% dan di lahan sawah tadah hujan sebesar 11% (SUBANDI et al., 1988). Tipologi lahan kering di bagi ke dalam dua kelompok yaitu (1) lahan kering berproduktivitas rendah dan () lahan kering berproduktivitas tinggi. Penanaman jagung yang terdapat pada lahan kering berproduktivitas tinggi sebesar 30% atau sekitar 1 juta ha (MINK dalam MARSUM et al.,1993) Potensi lahan kering di luar kawasan hutan Sulawesi Selatan tercatat.533.76 ha yang terdiri atas lahan pekarangan 176.030 ha, tegalan/kebun 511.11 ha, ladang/hutan 156.91 ha, dan lain-lain 571.796 ha (KANWIL PERTANIAN SULSEL, 1996). Dengan demikian usahatani jagung pada lahan kering khususnya dataran rendah perlu ditangani secara hati-hati dengan mempertimbangkan usahatani konservasi yang berwawasan ramah lingkungan. Komoditi jagung dan sapi potong di Sulawesi Selatan merupakan dua komoditi yang memiliki peluang bisnis bagi petani dalam upaya peningkatan pendapatan melalui usahatani integrasi tanaman jagung dan sapi potong melalui pemanfaatan limbah jagung menjadi silase maupun fermentasinya dengan probiotik, sebagai pakan basal sapi dan kotoran sapi difermentasi dengan probiotik untuk menghasilkan pupuk organik yang berkualitas untuk tanaman jagung, maupun tanaman lainnya dan tambak. Permintaan jagung di negara-negara berkembang menjelang tahun 000 diperkirakan melebihi beras dan terigu. Permintaan jagung dunia diprediksi meningkat dari 55,8 juta ton pada tahun 1995 menjadi 83,7 juta ton pada tahun 00 (PINGALI, 001). MATERI DAN METODE Penelitian/pengkajian ini telah dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Desember 004 pada kelompok tani Maminasae di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Adapun materi yang digunakan adalah 10 ekor sapi bakalan yang berumur kurang lebih tahun milik petani dibagi secara purposive berdasarkan petani koperator sebagai ulangan kedalam 3 sub kelompok masing 6 koperator yaitu T1 (kontrol), T (silase) dan T3 (fermentasi dengan probiotik). Untuk sapi penggemukan, diberikan konsentrat 1% dari bobot hidup dan tambahan mineral mix berupa pikuten 5 g/ekor/hari. Adapun campuran konsentarat adalah sebagai berikut: dedak 60%, bungkil kelapa 30% dan tepung ikan 10%. Pemeliharaan sapi bakalan dalam kandang kelompok pada suatu tempat seluas ± 5000 m dan dikelolah secara individu maupun secara berkelompok. Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot hidup harian (PBHH), konsumsi pakan. Analisis data berdasarkan statistik sederhana (RAL) dan analisis finansial berdasarkan R/C ratio cost, gross margin. 86

Metode analisis Untuk menghitung pertambahan bobot hidup digunakan rumus: ADG = W W 1 t t 1 Dimana: W = Bobot hidup akhir W 1 = Bobot hidup awal t = Waktu penimbangan akhir t 1 = waktu penimbangan awal Sumber: COLE, 1966 menumbuhkan probiotik maka dipercikkan air sampai kelembaban 60%, yang diindikasikan dengan tangan yang meremas-remas jerami jagung dan apabila dilihat di telapak tangan air seakan-akan sudah mau menetes tetapi belum menetes artinya airnya sudah cukup. Tahapan tadi diulangi lagi dengan tumpukan 0 30 cm sampai ketinggian 1,5 meter. Dibiarkan selama 1 hari pada tempat yang terlindung hujan dan sinar matahari langsung. Diperoleh jerami jagung hasil fermentasi yang siap diberikan kepada ternak atau disimpan dalam gudang. Sedangkan analisis usahatani menggunakan rumus: π=(p x Q) (X x Z) dimana: π = Keuntungan usahatani P = Harga jual produksi Q = Jumlah produksi X = Jumlah input yang digunakan Y = Harga input yang digunakan Sumber: SUDARYANTO dan ILHAM, 001 Prosedur pembuatan silase Jerami jagung segar panen dipotong-potong 5 cm dengan mesin pemotong (copper). Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara, lalu diinjak-injak (dipadatkan) ditutup dengan rapat. Dibiarkan selama 0 hari sampai phnya menjadi 4 3,8, dan apabila dibuka sudah mengeluarkan bau harum dan agak asam sedikit berarti proses sudah selesai dan siap untuk diberikan kepada ternak. Prosedure pembuatan fermentasi jerami jagung Jerami jagung kering panen dipotongpotong 5 cm dibiarkan sampai kadar airnya mencapai 60%. Kemudian ditumpuk 0-30 cm dari tanah, lalu diinjak-injak sampai padat. Ditaburi dengan probiotik (SB) dan urea dengan perbandingan masing masing 6 kg untuk setiap ton jerami jagung. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum Kabupaten Takalar dilihat dari segi geografisnya yakni pada sebelah barat adalah pesisir pantai Selat Makassar, sebelah utara sampai ke selatan terdiri dari dataran rendah dan sebelah timur tanahnya berbukit-bukit dengan demikian di Kabupaten Takalar termasuk daerah pengembangan pertanian. Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah 566.51 km² atau 56 651 ha terdiri dari ; (a) kawasan lautan 8.54.00 ha (b) sawah 16.436. ha (c) tambak 4.33.0 ha (d) perkebunan PTP XXXII 5.333,45 ha (e) tegalan 3.639.00 ha (f) kebun campuran 8.93.11 ha (g) pekarangan 1.99,90 ha (h) lain-lain 7.89. ha (BPS,003) Menurut jenis tanah di Kabupaten Takalar dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu Alufial, Mediteran, dan Latosal. Demikian juga dengan musim dikenal dua yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pada tahun 003 jatuh pada bulan November, Desember dan Januari, Februari, Maret 004, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan kemarau jatuh pada bulan Juli, Agustus, September, dimana bulan terkering pada bulan Agustus. Demikian juga curah hujan tahun 000 di Kabupaten Takalar (Tabel 1). Pengawetan jerami jagung sebagai pakan sapi potong Peningkatan produksi jagung akan selalu berkorelasi positif dengan tersedianya limbah jagung, baik berupa jerami, tongkol, maupun 87

dedak jagung. Penggunaan jerami jagung sebagai silase dan fementasi dengan probiotik ternyata cukup menggembirakan (Tabel ), dilahan kering yang rumputnya sedikit. Petani biasanya memanfaatkan dan menyimpan jerami jagung untuk dipakai sebagai pakan, dan ternak dipakai mengolah lahan pertanian (SUBANDI et al., 1988). Tabel 1. Rata-rata jumlah curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Takalar tahun 000 Bulan Hari hujan Curah hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: BPS (000) 3 16 14 11 10-3 6 17 15 843 605 310 133 57 108 77-14 96 81 384 Tabel menunjukkan kandungan protein kasar masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengamatan DARMINTO (1993) dan SUBANDI et al. (1988) yaitu masing-masing 1 16% dan 11 15%. Hal ini mungkin disebabkan umur panen panen jagung dan varietas jagung yang digunakan. Penggemukan sapi potong Konsumsi pakan Pemberian pakan basal silase jerami jagung dan jerami jagung fermentasi pada penggemukan sapi potong bakalan dengan bobot hidup awal ± 197,4 kg/ekor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05), (Tabel 3). Hal ini mungkin disebabkan pakan pada perlakuan kontrol terdiri dari bahan pakan campuran seperti rumput gajah, rumput alam, jerami padi segar, jerami jagung segar yang cukup disukai sapi sedangkan silase jagung dan fermentasi jerami jagung baunya agak harum dan dipotong-potong 5 cm sehingga juga disukai sapi. Pada Tabel 3 terlihat rata-rata konsumsi silase kg/ekor/hari dan kontrol 3 kg/ekor/hari menunjukkan bahwa palatalibitas sapi akan jerami segar dan silase jerami jagung tidak ada perbedaan nyata (P< 0,05). Hal ini kemungkinan kedua jenis perlakuan palatabel untuk sapi potong seperti sapi Bali tetapi tidak untuk jenis sapi yang lain (TALIB et al., 1994). Demikian juga dikemukakan WAHYONO et al. (003) bahwa palatabilitas berkaitan erat dengan faktor kebiasaan ternak dalam mengkonsumsi pakan, baik dalam keadaan kering, segar dan comboran. Tabel 4. Konsumsi bahan kering (BK) pakan/ekor/ hari pada penggemukan sapi bakalan Ulangan (T 1 ) Kontrol Perlakuan (kg/ekor/hari) (T ) Silase (T 3 ) Fermentasi dengan probiotik 1 3 4 5 6 7 8 9 10 6,3 6,4 6,0 5,4 5,8 5,4 6,0 5,7 5,5 5,4 5,7 Total 59,3 59, 58,5 Ratarata 3 5,85 Tabel. Kandungan gizi jerami jagung Jerami jagung Silase Fermentasi probiotik Bahan Kering (%) Protein kasar Lemak kasar SK Abu BETN P Ca 8,5 9,5 Sumber: LABORATORIUM MAROS (003) 3,0 4,0 4,0 4,9 9,45 11,10 47,6 4,76 0,18 0,0 0,16 0,37 88

Pertambahan bobot hidup Pertambahan bobot hidup adalah aktifitas fisiologi yang dapat dinyatakan dengan kenaikan bobot hidup rata-rata persatuan waktu. Kecepatan pertambahan bobot hidup ini diantaranya dipengaruhi oleh jumlah konsumsi yakni makanan yang dihabiskan (TILMAN et al.,1983). Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) dan perlakuan dengan pemberian pakan basal silase jerami jagung dan fermentasi jerami jagung tidak menujukkan perbedaan nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot hidup. Namun secara angka sudah mulai kelihatan peningkatan bobot hidup antara yang mendapat perlakuan dibandingkan dengan kontrol (kebiasaan petani). Tabel 4. Rataan pertambahan bobot hidup harian penggemukan sapi bali bakalan Ulangan T 1 (kontrol) 1 3 4 5 6 7 8 9 10 0,30 0,37 0,34 0,38 0,41 0,38 0,3 0,35 0,37 0,36 Perlakuan (kg/ekor) T (silase) 0,44 0,41 0,43 T 3 (fermentasi dengan probiotik) 0,44 0,48 0,44 Jumlah/ 3,67 4,50 4,59 total Rata-rata 0,367 0 9 Dalam kegiatan ini melibatkan partisipasi petani ternak (anggota kelompok) yang secara bergantian setiap 0 hari memberikan pakan, membersihkan kandang, disamping petugas lapangan dari BPTP Sul-Sel, dan Dinas Pertanian Kabupaten Takalar yang ikut mendampingi sehingga pemberian pakan ada kalanya tidak berdasarkan rekomendasi perlakuan yang seharusnya diterapkan. Hasil pengkajian yang belum menunjukkan perbedaan peningkatan bobot hidup secara angka yaitu 0,367 kg/ekor/hari dan 0 kg/ekor/hari sudah dapat memberikan indikasi kalau dengan gizi silase jerami jagung (T ) lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Antara perlakuan silase jagung (T ) dan fermentasi jerami jagung tidak menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) karena kedua perlakuan-perlakuan ini mengandalkan adanya proses fermentasi untuk meningkatkan nilai gizi jerami jagung. Ada perbedaan angka antara silase jagung dan fermentase dengan probiotik jerami jagung yaitu pertambahan bobot hidup antara 0 dan 9 kg/ekor/hari. Mungkin disebabkan adanya mikroorganisme (bakteri) yang bekerja pada fermentasi dengan probiotik sehingga nilai gizinya lebih meningkat. Analisis usahatani Hasil analisis keuntungan penggemukan sapi potong pada kelompok tani-ternak Maminasae disajikan pada Tabel 5. Terlihat bahwa marging costnya masih sangat rendah karena usahatani dilakukan secara berkelompok, sehingga alokasi waktu dan biaya pakan sangat efisien. Demikian juga suku bunga modal dan pajak usaha belum dikenakan, karena dana (modal) yang digunakan adalah uang Pemda Kabupaten Takalar (dana bergulir). Pada Tabel 5, juga terlihat bahwa keuntungan yang diperoleh per ekor per bulan adalah kontrol Rp 101.635, silase Rp 18.383 dan fermentasi dengan probiotik Rp 134.910. Hal tersebut lebih disebabkan karena biaya tenaga kerja dan bunga modal yang tidak dimasukkan, namun tambahan pendapatan lainnya dapat diperoleh dari pengomposan kotoran ternak sapi. Menurut hasil penelitian SARIUBANG et al., (003) menunjukkan bahwa seekor sapi dapat menghasilkan kotoran 5 kg/ekor/hari menjadi 3 kg/ekor/hari dengan harga Rp 400/kg. Jadi untuk seekor sapi dapat menghasilkan kompos kotoran sapi sebanyak 90 kg/bulan atau Rp 36.000/bulan. 89

Tabel 5. Analisis keuntungan penggemukan sapi Bali bakalan selama 3 bulan Uraian Kontrol (Rp) Silase (Rp) Fermentasi (Rp) Input dedak 450.000 450.000 450.000 pikuten 76.000 76.000 76.000 probiotik - - 70.000 urea - - 57.600 Transpor pakan 36.000 60.000 60.000 obat-obatan 100.000 100.000 100.000 chopper 50.000 100.000 100.000 Penyusutan kandang 75.000 75.000 75.000 Total 787.000 861.000 1.638.600 Output Pertambahan 3.836.050 4.71.500 5.685.900 bobot hidup Keuntungan total 3.049.050 3.851.500 4.047.300 Keuntungan/ekor/ bulan 101.635 18.383 134.910 KESIMPULAN Penggemukan sapi Bali sangat efisien menggunakan silase dan fermentasi dengan probiotik jerami jagung sebagai pakan basal disamping dedak padi halus 1% dari bobot hidup dan tambahan mineral mix (pikuten) 5 g/ekor/hari. Integrasi tanaman jagung dan sapi potong dapat dilakukan secara fleksibel dimana kalau banyak rumput berkualitas tersedia maka rumput itu yang diberikan sapi dan kalau tidak ada rumput berkualitas maka silase atau fermentasi jerami jagung dengan probiotik yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA BPS. 003. Kabupaten Takalar dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar. COLE, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production nd Ed. W.H. Foreman and Company, San Fransisco. DARMIANTO. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kreman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. DIREKTORAT SEREALIA. 001. Hasil Pengumpulan Data Base Tanaman Jagung. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. IRIANTO, G., H. SOSIAWAN dan S. KARAMA. 1998. Strategi pembangunan pertanian lahan kering untuk mengantisipasi persaingan global. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. hlm. 1 1. KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PERTANIAN SULAWESI SELATAN. 1999. Statistik Pertanian Sulawesi Selatan. MARSUM, D., SUDARYANTO dan MUDJIONO. 1993. Produktivitas dan Prospek Varietas Jagung Hibrida. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. OLDMAN, L.R. 1975. Agroclimatic Map of Java. Contr. Centr-Res. Ins. For Agriculture. Bogor. Indonesia PINGALI, P. 001. CMYTY 1999/000. Word Maize Facts and Trends. Mution Word Maize Needs Technology Oppurtunities and Prioritis For The Public. SUDARYANTO, T. dan N. ILHAM. 001. Upaya peningkatan efisiensi usaha ternak ditinjau dari aspek agribisnis yang berdaya saing. Apresiasi Teknis Program Litkaji Sistem Usahatani Tanaman Ternak (Crop animal system), Puslitbangnak, Bogor. THALIB, A., H. HAMID dan D. SUHERMAN. 1995. Pembuatan silase jerami padi dengan penambahan cairan rumen. Seminar Nasional Agribisnis Peternakan dan Perikanan pada Pelita VI. Edisi Khusus. Media Majalah Pengembangan Ilmu-ilmu Peternakan dan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. hlm. 31 37. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUM DAN S. LEBDOSOEKOJO. 1989. Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 90

DISKUSI Pertanyaan: 1. Apakah dengan pemberian jerami jagung, silase dan jerami jagung fermentasi penggunaan dalam pakan sampai 100% sudah mencukupi kebutuhan untuk sapi penggemukan?. Bagaimana sistem pemberian perlakuan? Jawaban: 1. Untuk mencukupi kekurangan zat-zat gizi pada jerami jagung, silase dan jerami jagung fermentasi perlu tambahan konsentrat sebanyak 1% dari bobot hidup dan pemberian pikuten untuk mencukupi kebutuhan mineral.. Pertama-tama ternak diberikan pembiasaan (preliminary) terhadap formulasi pakan selama dua minggu, baru tahap pengambilan data setiap periode ( minggu) selama tiga bulan, sistem pemberian terlebih dahulu pemberian konsentrat setelah habis baru diberi pakan berupa jerami jagung, silase, jerami fermentasi (tergantung dari jenis perlakuan). 91