PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

Transkripsi

1 PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG (Utilization of Low Cost Ration for Beef Cattle Fattening at Prima Tani Location of Tulang Bawang Regency) ELMA BASRI, RENY D. TAMBUNAN dan Y. PUJIHARTI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1 a, Rajabasa, Bandar Lampung ABSTRACT A study on the utilization of cheap ration for fattening was conducted in farmers group of Tunas Remaja, Pulung Kencana Village, Tulang Bawang Regency, Lampung Province. The total number of PO cattle used in this study was 21 heads, weighted about kg, and age 1 2 years. The research consisted of 3 treatments and 7 replications. Three treatments were: P0 (control = usual feed), P1 = concentrate/cheap ration + premix, and P2 = cheap ration without premix. The concentrate was for 1 % of body weight, while forage and water were provided ad libitum. Cattle were weighed every 2 weeks. Data obtained was analysed by Completely Randomized Design (CRD), while parameters observed were average daily gain (ADG) and economic aspect. Result showed that the utilization of cheap ration that available at Prima Tani location could improve ADG as much as 1.09 (P2) and 0.67 (P1) compared to 0.37 for P0 (control). Key Words: Cheap Ration, Fattening, Beef Cattle ABSTRAK Suatu pengkajian tentang pemanfaatan pakan murah untuk penggemukan sapi potong telah dilakukan di lokasi Prima Tani Kabupaten Tulang Bawang, yaitu pada Kelompok Tani Tunas Remaja, Kampung Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang. Sebanyak 21 ekor sapi PO jantan dengan berat berkisar antara kg umur 1 2 tahun digunakan dalam pengkajian ini, yang terdiri atas 3 perlakuan dan 7 ulangan, perlakuan yang diberikan adalah P0 (kontrol), P1 = pakan murah + premix, dan P2 = pakan murah tanpa premix. Konsentrat pakan murah yang diberikan sebesar 1% dari berat ternak, sedangkan hijauan dan air minum diberikan ad libitum. Ternak sapi ditimbang setiap 2 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sedangkan parameter yang diamati adalah pertambahan bobot hidup harian (PBHH). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemanfaatan pakan murah dapat meningkatkan PBHH sebesar 1,09 kg (P2) dan 0,67 kg (P1) dibandingkan kontrol (0,37 kg). Kata Kunci: Pakan Murah, Penggemukan, Sapi Potong PENDAHULUAN Tulang Bawang dengan luas wilayah ha yang terdiri dari lahan sawah ha, lahan pekarangan ha, tegalan, kebun dan ladang ha, dapat menampung populasi ternak sapi potong sebanyak ekor (BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI LAMPUNG, 2006). Dalam mengoptimalkan usahatani pada lahan tersebut usaha pemanfaatan limbah pertanian sangat potensial untuk sapi potong. MASNGUT (2003) menyatakan bahwa hasil penelitian di lapangan menunjukkan produk-produk industri peternakan dan usaha di sektor peternakan telah menyumbangkan angka pertumbuhan ekonomi sangat mencolok. Melihat peluang strategis ini maka pemerintah daerah perlu mengambil kebijakan dan memberi kesempatan yang luas kepada usaha kecil menengah dan kelompok peternak menjadi industri biologis dimana bahan pakan yang tidak berguna yang dimiliki oleh petani dapat diberikan kepada ternak, kemudian diubah menjadi kotoran sapi 259

2 yang dapat diolah menjadi pupuk organik yang berkualitas. Pengembangan sapi potong perlu mendapat perhatian serius mengingat permintaan daging tidak dapat dipenuhi di dalam negeri. Salah satu kendala yang sering dijumpai adalah rendahnya produktivitas ternak karena kualitas pakan rendah. Di lain pihak, potensi bahan baku pakan lokal seperti limbah pertanian dan perkebunan belum dimanfaatkan. secara optimal (DIDIEK dan HARDIYANTO, 2004). Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, pakan juga merupakan biaya produksi yang cukup besar dalam usaha ternak. Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi bagaimana memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak. Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan berupa konsentrat. Namun konsentrat sulit tersedia dan harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak. Selain itu, bahan baku pakan terbatas jumlahnya dan harganya juga bervariasi sehingga perlu dicari sumber pakan alternatif, berkualitas dan murah. Salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak adalah limbah pertanian yang meliputi limbah hasil budidaya pertanian dan limbah industri yang mengolah hasil pertanian. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak ruminansia ini penting dilakukan karena lebih dari 90 % penghasil bakalan khususnya ternak sapi didalam negeri adalah peternakan rakyat (DIWYANTO, 2002). Penyediaan pakan ternak yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencari substitusi bahan baku yang harganya tinggi dengan bahan baku yang murah dan tersedia dilokasi. Bahan-bahan sebagai pencampur pakan tambahan cukup banyak tersedia di lokasi pengkajian, seperti dedak padi, onggok, molases dan jagung giling. Menurut MARIYONO dan RAMJALI (2007), bahan pakan lokal yang berharga murah, dapat digunakan sebagai pakan basal dan telah terbukti selain dapat menurunkan biaya ransum juga mampu meningkatkan produktivitas ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat/pakan murah terhadap pertambahan berat badan harian sapi potong di lokasi Prima Tani Kabupaten Tulang Bawang. MATERI DAN METODE Pengkajian pakan murah dilakukan di Kelompok Tani Tunas Remaja, Kampung Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang, pada tanggal 11 April Juni 2008, selama ± 2,5 bulan), dengan jumlah ternak PO jantan sebanyak 21 ekor dengan bobot hidup berkisar antara kg dan umur ternak yang diteliti berkisar antara 1 2 tahun. Pelaksanaan manajemen penggemukan dengan cara pemberian hijauan pakan dan konsentrat disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Adapun pemanfaatan ransum murah yang diberikan berupa bahan lokal yang tersedia dilokasi dan harganya relatif murah. Pengkajian dilakukan dengan 3 perlakuan pemberian pakan, sebagai berikut: P0 = biasa dilakukan peternak sebagai kontrol (menggunakan dedak saja) P1 = pakan murah dengan premix/mineral (Tabel 1) P2 = pakan murah tanpa premix/mineral (Tabel 1) Komposisi nutrien konsentrat pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter yang diamati adalah, berat badan, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), dan dilanjutkan dengan pendapatan usaha tani. Pakan murah yang diberikan pada ternak sebanyak 1% dari berat badan hidup, hijauan yang diberikan berupa jerami padi dan rumputrumputan (rumput Gajah, rumput alam). Air minum diberikan secara ad libitum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga macam perlakuan pemberian pakan konsentrat dengan masing-masing 7 ulangan. Penimbangan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 2,5 bulan. Data PBHH dianalisis sidik ragam, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). 260

3 Tabel 1. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg Jenis bahan Harga bahan (Rp/kg) Perlakuan P1* Perlakuan P2** Komposisi (%) Biaya (Rp) Komposisi (%) Biaya (Rp) Dedak padi Onggok giling , Jagung giling Molases Urea Kaptan Garam Premix/mineral Jumlah Harga/kg * = formulasi ransum PRABOWO et al. (2000) ** = formulasi pakan MARIYONO (2007) dengan beberapa modifikasi Tabel 2. Kandungan nutrien pakan yang diberikan pada ternak sapi potong perlakuan* Parameter P1 Perlakuan P2 Air (%) 15,508 14,722 Abu (%) 13,320 10,558 Protein (%) 12,591 8,640 Lemak (%) 2,399 5,118 Serat (%) 16,559 17,699 Karbohidrat (%) 39,622 43,262 *Hasil analisis Proksimat LAB. TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN, POLTEK NEGERI LAMPUNG (2008) HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan karena pakan merupakan bagian terbesar (70%) dari total biaya produksi. Komponen biaya pakan ini terutama untuk pakan tambahan (konsentrat) yang pemberiannya dapat mencapai 60 80% dari jumlah pakan. Untuk menekan biaya adalah dengan pemberian ransum dari bahan pakan yang tersedia secara lokal dan relatif murah harganya. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg, menurut petunjuk PRABOWO et al. (2000) dan MARIYONO (2007), dapat dilihat pada Tabel 1. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) Laju pertambahan bobot hidup seekor ternak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu usaha peternakan yang ditandai dengan laju pertambahan bobot hidup yang meningkat. Usaha perbaikan budidaya diantaranya adalah melalui perbaikan nutrisi konsentrat yang diberikan. Komposisi nutrisi pakan konsentrat dapat diperbaiki dengan cara menyeimbangkan nilai nutrisi yang dikandungnya, antara kandungan protein dengan serat kasar (SUPRIADI dan SOEHARSONO, 2003). Peningkatan bobot hidup sapi potong yang diberikan konsentrat dengan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peningkatan bobot hidup harian (PBHH) sapi potong yang diberi konsentrat dengan bahan penyusun yang berbeda Parameter Pertambahan berat badan harian (kg/ekor/hari) Perlakuan P0 P1 P2 0,37 a 0,67 b 1,09 c a,b,c Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) 261

4 Dari Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa bobot hidup harian ternak sapi potong meningkat nyata (P < 0,05) dengan pemberian pakan konsentrat sebanyak 1% bobot hidup. Peningkatan bobot hidup harian (PBHH) perlakuan P0 (kontrol) rata-rata 0,37 kg/ekor/ hari. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian KUSNADI et al. (1993) yang menggunakan jenis sapi yang sama (PO) pada pemeliharaan kondisi petani di pedesaan di Kabupaten Wonosobo yang mendapatkan pertambahan bobot badan harian 0,49 kg per ekor per hari. Pemberian pakan dilakukan secara tradisional, pakan yang diberikan berupa jerami padi dan rumput-rumputan (rumput Gajah, rumput jagung) sebagai pakan utama dan diberikan pakan tambahan berupa dedak. Rendahnya peningkatan bobot hidup ini disebabkan oleh rendahnya kualitas pakan yang diberikan. Perbaikan pakan konsentrat yang kualitas dan kuantitasnya baik akan menambah baik penampilan ternak. Ternak yang diberikan pakan konsentrat terlihat bobot hidupnya lebih baik, berkisar antara 0,67 1,09 kg/ekor/hari. Komposisi pakan konsentrat yang berbeda berpengaruh nyata pada peningkatan bobot badan seperti yang terlihat pada P1 dan P2. Perbedaan PBHH yang cukup mencolok antara P1 dan P2 mungkin disebabkan karena komposisi dedak padi yang lebih tinggi pada P2 (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak kooperator diperoleh hasil bahwa sapi pengkajian lebih menyukai konsentrat P2 dan makan lebih banyak dibandingkan P1 sehingga PBHHnya lebih tinggi. Selain itu, kadar lemak dan karbohidrat yang lebih tinggi pada P2 (Tabel 2) mungkin menjadi penyebab tingginya PBHH pada P2, meskipun kadar protein kasar P2 lebih rendah dari P1 (8,640 vs 12,591%). Rataan konsumsi pakan untuk P1 adalah 2,9 kg/ekor/hari dan P2 sebesar 3,3 kg/ekor/hari. Pendapatan usaha tani Pendapatan usaha yang diperoleh pada usaha penggemukan sapi potong di Kampung Pulung Kencana dihitung dari peningkatan bobot hidup harian (PBBH) dengan biaya pakan konsentrat yang dikeluarkan. Harga bobot hidup sapi potong pada saat pengkajian adalah Rp /kg, sedangkan harga pakan per kg untuk masing-masing perlakuan P0 (Rp. 650), P1 (Rp. 766), dan P2 (Rp. 689). Diasumsikan konsumsi pakan konsentrat ratarata 3 kg/ekor/hari sehingga pendapatan usaha peternakan dan biaya pakan yang digunakan untuk penggemukan sapi potong adalah P0 (Rp ), P1 (Rp ), dan P2 (Rp ), dapat dilihat pada Tabel 4. Peningkatan PBHH tertinggi dicapai pada ternak sapi potong yang diberi pakan P2, sehingga pendapatan peternak sapi potong tertinggi dicapai pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp /ekor/hari. Tabel 4. Perkiraan pendapatan peternak kooperator pada usaha penggemukan sapi potong dengan komposisi pakan yang berbeda Uraian Jumlah (Rp) P0 P1 P2 Pakan konsentrat Peningkatan PBHH Pendapatan peternak (b a) UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. A. Prabowo, Ir. Mariyono, MS, Ir. Soerachman dan Andi Maryanto atas bantuannya selama pengkajian berlangsung. KESIMPULAN Pemanfaatan pakan murah dapat meningkatkan bobot hidup ternak sapi potong tertinggi sebesar 1,09 kg/ekor/hari pada ternak yang diberi pakan konsentrat P2, yang sebagian besar terdiri dari dedak padi dan onggok giling. Perlakuan P2 dapat meningkatkan pendapatan peternak tertinggi sebesar Rp /ekor/hari. DAFTAR PUSTAKA BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI LAMPUNG Statistik Peternakan Lampung Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 262

5 DIDIEK, E.W. dan R. HARDIANTO Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong, Grati, Pasuruan, Jawa Timur. DIWYANTO, K Pemanfaatan Sumber Daya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Bogor 10 Juni Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. KUSNADI, V., M. SABRANI, S. ISKANDAR dan D. Sugandi Penelitian Usahatani Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah. Laporan Hasil Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. MARIYONO dan E. ROMJALI Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Pakan Murah untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Loka Penelitian Sapi Potong Grati. 29 hlm. MARIYONO Rakitan Teknologi Inovatif Usaha Ternak Sapi Potong untuk Desa Prima Tani di Kabupaten Lampung Selatan. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati (Unpublish). MASNGUT, I.S Strategi Pengembangan Peternakan yang Berkesinambungan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, September Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm PRABOWO, A., B. BAKRIE, R.D. TAMBUNAN, FX. H. SURYANTO dan A. SUKAWA Penelitian Ransum Murah untuk Penggemukan Sapi Lokal. Laporan Akhir. Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Lampung. LPTP Natar. SUPRIADI dan SOEHARSONO Pengaruh Substitusi Bungkil Kopra dengan Kapsulat Urea-Gaplek dalam Konsentrat Terhadap Bobot Hidup Sapi Potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor, September Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm DISKUSI Pertanyaan: 1. Mengapa ransum P2 (tanpa premix) mampu memberikan pertumbuhan hampir dua kali lebih baik dari ransum P1 (dengan premix)? 2. Analisa pendapatan usaha apakah memperhitungkan juga harga hijauan, sehingga dua komponen utama biaya pakan sudah diperhitungkan? Jawaban: 1. Perbedaan PBHH yang cukup mencolok antara P1 dan P2 mungkin disebabkan karena komposisi dedak padi yang lebih tinggi pada P2. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak kooperator diperoleh hasil bahwa sapi pengkajian lebih menyukai konsentrat P2 dan makan lebih banyak dibandingkan dengan P1 sehingga PBHHnya menjadi lebih tinggi. Rataan konsumsi pakan untuk P1 adalah 2,9 kg/ekor/hari dan P2 sebesar 3,3 kg/ekor/hari. Selain itu, kadar lemak dan karbohidrat yang lebih tinggi pada P2 mungkin menjadi penyebab tingginya PBHH pada P2, meskipun kadar protein kasar P2 lebih rendah dari P1 (8,640 vs 12,591%). 2. Analisa pendapatan pada pengkajian ini belum memperhitungkan harga hijauan karena diasumsikan hijauan tidak dibeli (diambil dari alam) dan konsumsi hijauan sama untuk semua perlakuan. Hijauan pada pengkajian ini disediakan ad libitum. 263