MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Kondisi Lahan, Lingkungan, dan Penanaman Pohon Singkong Utuh Teknik Pemanenan Singkong

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung. Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper.

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

METODE. Materi. Alat. Rancangan

MATERI DAN METODE. Materi

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

MATERI DAN METODE. Metode

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat Bahan

BAB III MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kadar protein kasar dan fermentabilitas secara in vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Memfiksasi Nitrogen Urea dan Potensinya sebagai Sumber Nitrogen Slow Release

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Jerami Jagung yang dipergunakan, sebanyak 80 kg yang berasal dari limbah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Bab III Bahan dan Metode

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MATERI DAN METODE. Materi

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Prosedur

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

METODE. Bahan dan Alat

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Transkripsi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB. Penelitian dilakukan mulai september 2010 sampai dengan Januari 2011. Materi Jagung halus digunakan sebagai aditif untuk meningkatkan WSC dan BK daun rami pada pembuatan silase daun rami. Daun rami didatangkan dari Koppontren Darussalam Garut. Pembuatan silase menggunakan kantong plastik berukuran 28 x 50 cm, dan trench berukuran 1 x 1 x 1 m 3. Metode Pembuatan silase daun rami beraditif Pembuatan silase rami dilakukan pada 2 jenis silo. Silo plastik menggunakan 2 kg rami ditambah kan 20% jagung halus (98%BK). Silo trench menggunakan 70 kg rami ditambah 20% jagung halus (98%BK). Aditif diupayakan tercampur secara homogen dengan rami. Pemasukkan daun rami dan aditif secara berselang-seling. Silo ditutup dan fermentasi dibiarkan berlangsung selama 32 hari pada suhu ruang secara anaerob. Parameter yang diukur antara lain: 1) karakter fisik (aroma, warna, texture, dan spoilage), 2) karakter fermentatif yang meliputi ph, kehilangan bahan kering, kadar ammonia sebagai gambaran degradasi atau kerusakan protein diukur dengan teknik micro diffuse Conway dan WSC diukur menggunakan metode Fenol, 3) karakteristik utilitas meliputi fermentabilitas bahan organik dan protein dalam rumen, dan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 jenis silo sebagai perlakuan dalam penelitian ini dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah : 17

T SP : Menggunakan trench silo : Menggunakan silo portabel Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut : Y ij = μ + τ i + ε ij Dimana : Y ij μ τ i e ij = hasil pengamatan pengaruh jenis silo ke-i ulangan ke-j = Rataan umum =Pengaruh jenis silo ke-i = pengaruh acak pada jenis silo ke-i ulangan ke-j Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: a. Karakter sifat fisik silase, dilakukan dengan mendeskripsikan warna, aroma, tekstur dan keberadaan jamur (spoilage). b. Karakteristik fermentasi silase, yang meliputi ph, kadar bahan kering (BK), VFA, kehilangan BK, kadar protein kasar (PK), kadar NH 3 silase, kehilangan PK, Water soluble Carbohydrate (WSC) dengan Metode Fenol, Nilai Fleigh dan perombakan protein dengan metode micro diffuse Conway diukur dari konsentrasi NH 3 silase dibandingkan dengan total protein bahan. c. Karakteristik Utilitas Silase pada ternak ruminansia meliputi Fermentabilitas in vitro, yaitu Produksi VFA total (Steam distillation) dan konsentrasi NH 3 (mikrodifusi Conway), dan kecernaan in vitro, yaitu kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) (Tilley and Terry, 1963). d. Susut bahan kering dan perubahan komposisi kimiawi. Prosedur Pengamatan Karakteristik Fisik Karakteristik fisik dilakukan dengan mendeskripsikan meliputi warna, aroma, tekstur, keberadaan jamur (spoilage), dan tingkat kerusakan biomassa pada saat silase dibuka setelah proses ensilasi. Pemberian nilai dilakukan secara kualitatif sebagai berikut (+) kriteria kurang baik, (+ +) kriteria cukup baik, (+ + +) kriteria baik dan (+ + + +) kriteria lebih baik. 18

Pengamatan Karakteristik Fermentatif Pengukuran BK Silase. Silase yang telah melalui proses ensilasi selama 5 minggu dikeluarkan dari plastik dan ditimbang sebagai berat akhir, kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60 o C selama 3-7 hari kemudian ditimbang sebagai berat kering oven 60 o C. Setelah dikeringkan pada suhu 60 o C, sampel digiling sampai halus. Sampel tersebut kemudian di timbang kedalam cawan porselen sebanyak 2-3 gram dan dimasukkan kedalam oven 105 o C sampai berat konstan. Setelah kering silase ditimbang sebagai berat akhir dan dihitung menggunakan rumus: d x b % BK c x a x 100% Keterangan a : Berat silase daun rami + zat aditif b : Berat silase rami beraditif setelah oven 60 o C c : Berat sampel silase beraditif sebelum oven 105 o C d : Berat sampel silase beraditif setelah oven 105 o C Pengukuran ph. Silase yang baru dibuka ditimbang sebanyak 10 gram dan dicampur dengan 100 ml aquadest dengan cara diblender pada kecepatan sedang selama 30 detik. ph cairan silase diukur menggunakan pocket ph meter yang telah dikalibrasi. Pembacaan ph dilakukan setelah screen stabil atau setelah 30 detik. Pengukuran NH 3 silase. Kira-kira 1 ml sampel yang sama dengan sampel pengukuran ph ditempatkan pada salah satu ujung jalur cawan Conway yang telah diolesi vaselin kemudian 1 ml larutan Na 2 CO 3 ditempatkan pada sisi yang bersebelahan dengan sampel. Asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan didalam cawan kecil yang ada di bagian tengah cawan Conway kemudian tutup rapat cawan Conway. Supernatan dan larutan Na 2 CO 3 dicampur hingga rata dengan cara cawan Conway dimiringkan. Diamkan selama 24 jam pada suhu kamar dan setelah 24 jam asam borat berindikator dititrasi menggunakan H 2 SO 4 sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Kemudian kadar NH 3 dihitung dengan rumus: 19

N NH 3 ml H 2SO 4 N H 2SO 4 1000 (mm) = gr sampel BK sampel Pengukuran VFA. Supernatan yang telah disiapkan menggunakan prosedur yang sama dengan penggukuran NH 3 silase sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi, lalu segera ditambahkan dengan 1 ml H 2 SO 4 15 % ditambahkan ke tabung destilasi yang sudah ada larutan sampel, kemudian ditutup penutup kacanya. Tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu penyulingan yang berisi air mendidih (dipanaskan terus selama destilasi). Uap air panas akan mendesak campuran supernatan dan H 2 SO 4 dan akan terkondensasi dalam labu pendingin. Air yang terbentuk ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N hingga terbentuk sampel menjadi 300 ml, kemudian ditambahkan dengan indikator PP (Phenol Phtaline) sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah muda menjadi merah muda seulas. Produksi VFA total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: VFA total a - b NHCl 1000 (mm) 5 gr sampel BK sampel Keterangan: a = volume titran blanko (ml) b = volume titran contoh (ml) Pengukuran Kehilangan Bahan Kering. Kehilangan bahan kering dihitung dari selisih berat kering bahan awal dengan berat kering bahan yang telah menjadi silase. Pengukuran Protein Kasar (PK). Pengukuran Kadar protein silase menggunakan metode Kjehldal (Kjeldahl, 1883) dan untuk perhitungan protein kasar menggunakan rumus : ml HCl x N HCl x 14 x 24 x 100 %N = Mg sampel PK (%) = %N x 6,26 20

Pengukuran Kehilangan Protein Kasar. Pengukuran kehilangan PK dihitung dengan membandingkan antara kehilangan PK yang menjadi ammonia dengan kadar PK bahan awal. Pengukuran WSC (Water Soluble Carbohydrat) (Metode Fenol). Silase sebanyak dua gram yang ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan sebanyak 20 ml, kemudian digerus menggunakan mortal selama ± 10 menit. Setelah itu disaring untuk memisahkan cairan dan padatan sampel. Sampel yang berbentuk cairan dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi 10 ml, kemudian tambahkan 0,5 ml larutan fenol, dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Larutan asam sulfat ditambahkan dengan cepat sebanyak 2,5 ml dan divortex, dibiarkan larutan sampai dingin dan diukur absorbannya menggunakan spektrofotmeter pada 490 nm. Perhitungan Nilai Fleigh. Nilai Fleigh merupakan indeks karakteristik fermentasi silase berdasarkan nilai BK dan ph dari silase (Idikut et al., 2009). Nilai Fleigh (NF) 85 100 menyatakan bahwa silase berkualitas baik sekali, 60 80 baik, 40 60 cukup baik, 20 40 sedang dan kurang baik jika NF <20 (Idikut et al., 2009). Nilai fleigh dihitung dengan rumus sebagai berikut : NF = 220 + (2 x BK (%) 15) (40 x ph) Pengamatan Utilitas Pengukuran VFA rumen Pakan difermentasi menggunakan cairan rumen. Sebanyak 0,5 gram silase daun rami yang sudah dikeringkan, digiling dan disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm. Sampel itu dimasukkan ke dalam tabung fermentor bervolume 50 ml, kemudian ditambahkan 40 ml larutan buffer McDougall dan 10 ml cairan rumen lalu diaduk dengan gas CO 2 selama 30 detik dan ditutup rapat dengan prop karet yang berventilasi, kemudian diinkubasi selama 6 jam di dalam shaker water bath bersuhu 39 º C. Setelah inkubasi, ditambahkan 2-3 tetes HgCl 2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan aktivitas mikroba, kemudian tabung fermentor disentrifuge dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit. Kemudian tampung supernatannya. 21

Supernatan yang telah disiapkan menggunakan prosedur tersebut sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi, lalu segera ditambahkan dengan 1 ml H 2 SO 4 15 % ditambahkan ke tabung destilasi yang sudah ada larutan sampel, kemudian ditutup penutup kacanya. Tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu penyulingan yang berisi air mendidih (dipanaskan terus selama destilasi). Uap air panas akan mendesak campuran supernatan dan H 2 SO 4 dan akan terkondensasi dalam labu pendingin. Air yang terbentuk ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N hingga terbentuk sampel menjadi 300 ml, kemudian ditambahkan dengan indikator PP (Phenol pthaline) sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah muda menjadi merah muda seulas.produksi VFA total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: a - b NHCl 1000 VFA total(mm) 5 gr sampel BK sampel Keterangan: a = volume titran blanko (ml) b = volume titran contoh (ml) Pengukuran NH 3 rumen Cawan Conway diolesi dengan vaselin kemudian 1 ml supernatan seperti pada pengukuran VFA rumen, ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway kemudian 1 ml larutan Na 2 CO 3 ditempatkan pada sisi yang bersebelahan dengan sampel. Asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan didalam cawan kecil yang ada dibagian tengah cawan Conway kemudian tutup rapat cawan Conway. Supernatan dan larutan Na 2 CO 3 dicampur hingga rata dengan cara cawan Conway dimiringkan. Inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan setelah 24 jam asam borat berindikator dititrasi menggunakan H 2 SO 4 sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Kemudian kadar NH 3 dihitung dengan rumus: N NH 3 ml H 2SO 4 N H 2SO 4 1000 (mm) = gr sampel BK sampel 22

Pengukuran KCBK dan KCBO Pengukuran KCBK dan KCBO mengikuti metode Tilley and Terry (1963) sebagai berikut: 1. Pencernaan Fermentatif Sebanyak 0,5 gram sampel pakan dimasukkan kedalam tabung fermentor, ditambahkan 10 ml larutan buffer McDougall dan 40 ml cairan rumen lalu diaduk dengan gas CO 2 selama 30 detik dan ditutup rapat. Tabung fermentor ditempatkan pada suhu 39 o dan fermentasi dibiarkan berlangsung selama 48 jam. Setiap 6 jam, tabung diaduk dengan gas CO 2. 2. Pencernaan Hidrolisis Setelah diinkubasi selama 48 jam, tambahkan 2-3 tetes HgCl 2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan aktivitas mikroba. Campuran tersebut disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan supernatannya dibuang, kedalam tabung ditambahkan 50 ml larutan pepsin HCl 0,2%. Pencernaan enzimatis berlangsung aerob selama 48 jam. Hasil pencernaan hidrolisis (residu) disaring menggunakan kertas Whatman no 41 yang dibantu dengan pompa vakum. Kemudian residu tersebut dimasukkan kedalam cawan porselen dan dipanaskan di dalam oven suhu 105 0 C selama 24 jam untuk menentukan BK residu. Selanjutnya residu BK dimasukan dalam tanur 600 o C selama 6 jam untuk mendapatkan residu bahan organik. Kemudian KCBK dihitung berdasarkan rumus: ( ) Keterangan: KCBK= Koefisien Cerna Bahan Kering BK = Bahan kering 23

Sedangkan KCBO dihitung dengan rumus: ( ) Keterangan: KCBO= Koefisien Cerna Bahan Organik BO = Bahan organik 24