BAB V PENUTUP. Sabalah. Di kelurahan ini sangat banyak terdapat masyarakat yang menggantungkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

DAFTAR TABEL. 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pelaksanaan Syirkah Antara Pemilik Kapal Dengan Nelayan Di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, Indonesia, sebagai negara bahari (archipelagic state),

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN


KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KONFLIK KELOMPOK DENGAN MOTIVASI KERJA PADA MASYARAKAT PESISIR DI BATANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) tersisa 2,2 juta nelayan dari total jumlah penduduk Indonesia.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISA POLA PEMBIAYAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JARING INSANG (GILL NET) NELAYAN BULAK KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan agenda nasional yang terus dikaji secara konsisten

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

1 of 5 02/09/09 11:41

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PASIE NAN TIGOKECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Manfaat... 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI UMUM DESA PANGKAH KULON DAN LEMBAGA KEUANGAN PEREMBPUAN SUMBER REJEKI. Desa Pangkah Kulon merupakan sebuah Desa yang masuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

I. PENDAHULUAN. dan peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Meningkatnya

BEST PRACTICE MARICULTURE OPTIMALISASI PENGELOLAAN DAN PEMANFAAATAN SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR SECARA TERPADU Dengan MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT GUNA

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi, karena kesulitan hidup yang dihadapi

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

Transkripsi:

97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pasie Nan Tigo merupakan kelurahan yang terletak di kawasan pesisir pantai, kawasan ini penggabungan tiga daerah yaitu, Pasie Jambak, Pasie Kandang dan Pasie Sabalah. Di kelurahan ini sangat banyak terdapat masyarakat yang menggantungkan hidup dari hasil laut, baik itu nelayan yang menggunakan alat tangkap sendiri maupun nelayan yang menggunakan tenaga orang lain untuk membantu proses penangkapan hasil laut. Nelayan yang tidak memiliki alat tangkap sendiri maka akan bekerja pada pemilik kapal dengan sistem bagi hasil, begitu juga pada kapal bagan mereka bekerja dengan pemilik kapal dengan sistem bagi hasil yang biasa dilakukan setiap bulannya. Hubungan yang terjadi adalah hubungan kerja yang saling membutuhkan satu sama yang lainnya, mereka juga melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari di laur pekerjaan. Anak buah kapal sangat mengantungkan hidup dengan pemilik kapal, sebagaimana yang dirasakan anakbuah kapal pada setiap bulan mereka tidak dapat menentukan hasil dari melaut, terkadang dalam sekali melaut mereka mendapatkan hasil yang melimpah, akan tetapi terkadang selama berminggu-minggu mereka tidak mendapatkan hasil sama sekali.

98 Dengan keadaan kehidupan anak buah kapal yang tidak menentu mereka menjadikan pemilik kapal sebagai tempat mereka berlindung dan mengadu bila dalam kesusahan, dalam hal ini masalah yang sering dihadapai berupa masalah ekonomi, pemilik kapal biasanya memberikan bantuan berupa pinjaman uang untuk pendidikan anak, biaya berobat, ataupun untuk kebutuhan sehari-hari pada saat musim panceklik. Dibalik bantuan yang diberikan oleh pemilik kapal kepada anak buah kapal, pemilik kapal bagan juga mengharapkan kepada anak buah kapal untuk dapat bekerja secara maksimal untuk mendapatkan hasil, lain dari pada itu terkadang anak buah kapal juga membantu pemilik kapal dalam keseharian, dalam hal ini yang biasa diberikan anak buah kapal kepada pemilik kapal adalah bantuan dalam hal tenaga, seperti membantu pemilik kapal membuat kapal baru, membantu pemilik kapal apabila mengadakan hajatan, membantu pemilik kapal dalam mempersiapakan kebutuhan kapal lain. Hubungan yang terjadi antara pemilik kapal bagan dengan anak buah kapal bagan tidak selalu terjadi secara harmonis, sebagaimana yang terjadi dalam sebuah hubungan juga terdapat perbedaan pendapat dan juga perselisihan, baik itu anak buah kapal terhadap pemilik kapal dan sebaliknya, maupun antar sesama anak buah kapal. Dalam hal ini yang biasa terjadi adalah dalam sistem bagi hasil dimana anak buah kapal merasa hasil yang didapat dalam satu bulan melebihi operasional akan tetapi menurut pemilik kapal hasil yang didapat tidak mencukupi untuk operasional

99 sehingga anak buah kapal sebagai pihak yang dirugikan tidak menerima hasil yang diharapkan dan bahkan tidak menerima apapun ketika proses pembagian hasil. Pemilik kapal juga kadang terlibat perselisihan dengan anak buah kapal, sebagaimana yang terjadi anak buah kapal adalah nelayan yang pergi melaut bersama nahkoda, terkadang pemilik kapal beranggapan anak buah kapal telah mencuri ikan hasil tangkapan dengan cara menjual hasil tersebuh di tengah laut, ataupun anak buah kapal dianggap oleh juragan terlalu mementingkan diri sendiri dengan cara mengumpulkan hasil pancingan dan ketika proses penangkapan ikan tidak bersemangat sehingga menurunkan jumlah hasil tangkapan yang kemudian akan dijual oleh pemilik kapal. Konflik yang terjadi bukan hanya antara pemilik kapal dengan anak buah kapal, tetapi juga sesama anak buah kapalsebagaimana yang biasa terjadi salah seorang anak buah kapal malas dalam bekerja sehingga timbuk kecemburuan dari anak buah kapal yang lain dan juga perselisihan karna memperebutkan ikan hasil pancingan, terkadang hal ini bisa menjadi pertengkaran sesama anak buah kapal, dalam hal pertengkaran anak buah kapal peran nahkoda sangat besar karna nahkoda adalah pemimpin dalam sebuah kapal bagan termasuk untuk mendamaikan kedua belah pihak dan juga untuk memberikan semangat kepada anak buah kapal untuk lebih giat dalam bekerja.

100 B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan, terdapat berbagai fenomena yang terjadi di kalangan kapal bagan baik itu pemilik kapal maupun anak buah kapal, banyak hal yang dirasakan pemilik kapal terlebih pada saat sekarang ini dimana terdapat peraturan pemerintah yang sangat merugikan pemilik kapal, diantara peraturan tersebut tidak memperbolehkan pemakaian jaring kecil sehingga bayak dari pemilik kapal yang dapat beroperasi, dan juga ditambah susahnya mengurus surat perizinan, dimana pemerintah menyamakan antara kapal besar dengan kapal bagan pada kenyataaya sangatlah berbeda alat yang digunakan oleh kapal besar dengan kapal bagan sehingga nelayan semakin terpuruk, diharapkan pemerintah harus meninjau ulang peraturan tersebut. Anak buah kapal bagan adalah kedudukan paling bawah dalam masyarakat nelayan, hal ini diperburuk dengan tekanan pemilik kapal terhadap anak buah kapal, serta sistem bagi hasil yang timpang dan tidak transparan, diharapkan kepada pemilik kapal untuk lebih transparan dalam sistembagi hasil sehingga hubungan yang terjadi lebih harmonis dan dapat meminimalisir terjadinya konflik, juga sistem pemasaran harus dibentuk untuk menambah harga jual ikan supaya tidak mudah ditekan oleh agen ikan yang sudah ada. Serta diharapkan berjalannya KUD pada masyarakat nelayan, KUD sendiri harus lebih bermanfaat untuk masyarakat nelayan kecil sehingga dapat menjadi penolong bagi nelayan yang tidak memiliki modal, hal ini dimaksutkan untuk

101 menjauhkan keterkekangan anak buah kapal terhadap pemilik kapal, dan juga untuk memberikan modal kepada nelayan untuk mempunyai alat tangkap sendiri karna sangat sedikit sekali masyarakat nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri.