EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EFETIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP INFEKSI Colletotrichum capsici PADA BUAH CABAI. Nurhayati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiaca Linn.) merupakan tanaman buah yang dapat hidup di

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYEBAB PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L.Sacaracharata)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

III. METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Malang, dan Laboratorium Sentra Ilmu Hayati Universitas. Brawijaya. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman yang berasal dari kawasan Asia

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Transkripsi:

EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. Nurhayati, Abu Umayah dan Heynce Berdnand * * Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama lama perendaman dan konsentrasi pelarut daun sirih terhadap perkembangan penyakit antraknosa pada buah pisang.. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universits Sriwijaya Inderalaya. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF). Faktor utama adalah pelarut tepunng sirih yaitu : Air suling (S1), alcohol 40% (S2), alcohol 50% (S3), alcohol 60% (S4), alcohol 70% (S5) dan alcohol 96% (S6). Faktor kedua adalah lama perendaman yang terdiri dari: satu menit (T1), dan sepuluh ment (T2). Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pelarut tepung daun sirih berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi dan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang. Lama perendaman hanya berpengaruh terhadap keparahan penyakit antraknosa. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pelarut tepung daun sirih dan lama perendaman terhadap perkembangan penyakit antraksona pada buah pisang. Kata kunci: Penyakit antraknosa pada buah pisang, lama perendaman Konsentrasi pelarut. PENDAHULUAN Produksi pisang Indonesia sampai saat ini masih sulit untuk menembus pasaran dunia karena kualitasnya masih belum memenuhi standar. Kualitas pisang Indonesia masih tergolong rendah disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu petik yang tidak tepat, kurangnya perawatan tanaman dan kebersihan buah yang tidak terjaga baik pada saat di kebun, di penyimpanan maupun pada saat pemasaran sehingga buah mudah terserang patogen pasca panen (Murtiningsih, 1998). Penyakit pasca panen merupakan salah satu penyakit penting pada buah pisang yang sangat penting. Umumnya buah pisang yang terkena penyakit mempunyai daya simpan yang sangat rendah sehingga sulit untuk dipasarkan untuk jarak jauh Salah satu penyakit pasca panen pada buah pisang adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Collethotrichum musae (Berk. et. Curt) v. Arx. Gejala serangan patogen pada buah pisang berupa bintik-bitik kecil 118

kehitaman, yang kemudian akan terus berkembang kearah ujung dan tangkai buah. Gejala selanjutnya bintik-bintik tersebut berkembang membentuk noda dan menyatu dengan noda lainnya sehingga membentuk noda yang besar. Pada keadaan lingkungan yang lembab dan hangat permukaan noda tersebut akan tertutupi oleh masa cendawan yang berwarna merah salmon (Pathak, 1980). Penyakit antrakosa pada buah pisang dapat mengakibatkan kerusakan hingga 70 persen sehingga perlu ditanggulangi. Selama ini pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan terutama bagi konsumen. Tanaman sirih merupakan tumbuhan liar yang memiiki bau khas dengan rasa pedas. Tanaman ini mengandung minyak atsiri dan bersifat antiseptik (Kartasapoetra, 1990). Selain itu tanaman ini juga mengandung senyawa fenol yang juga bersifat antiseptk (Tjitrosoepomo, 1994) Penelitian ini telah mempelajari pengaruh antiungal yang dikandung oleh sirih terhadap perkembangan patogen antraksosa pada buah pisang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap Faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi pelarut tepung sirih yaitu: air suling steril (kontrol/ A0), alkohol 40% (A1), alkohol 50% (A2), alkohol 60% (A3), alkohol 70% (A4), alkohol 96% (A5). Faktor ke dua adalah lama perendaman yang meliputi: perendaman selama 1 menit (T1), perendaman selama 10 menit (T2). Masing-masing tepung sirih seberat 1 gram dilarukan ke dalam 100 ml pelarut dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan, selanjutnya ditambah dengan air steril hingga mencapai volume 1 liter. Buah pisang yang digunakan adalah buah yang telah matang panen. Buah yang dipilih adalah buah yang seragam dalam ukuran besar dan warnanya yaitu pisang yang berada pada sisir ketiga sampai keenam. Buah dibersihkan dengan air steril, lalu disterilkan dengan alkohol 70% dan dikering anginkan. Selanjutnya buah2 tersebut direndam sesuai dengan perlakuan masing-masing. Selanjutnya buah-buah tersebut di kering anginkan. Inokulasi patogen dilakukan dengan merendam buah pisang yang telah keringangin kedalam larutan suspensi konidia C. Musae dengan kerapatan 10 6 konidia/ml, sesuai perlakuan yaitu 1 menit dan 10 menit. Buah pisang yang telah diberi perlakuan tersebut dimasukkan ke kantong platik dan diinkubasikan pada temperatur ruang. Parameter yang diamati adalah: priode inkubasi dan intensitas penyakit. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan sidik ragam yang di lanjutkan Uji Beda Nyata Terkecil. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap priode inkubasi Colletotrichum musae berkisar antara 5 sampai 7 hari. Gejala yang ditunjukkan berupa bintik-bintik kecil berwarna kecoklatan dan pada kondisi penyakit telah memasuk kategori 1 dengan luas bercak pada permukaan kulit buah mencapai lebih dari 10%. Bintik-bintik tersebut terus berkembang menjadi bercak yang bulat dan cekung dengan warna kecoklatan,pada keadaan ini penyakit telah memasuki kondisi 119

katergori 2 yaitu luas bercak pada permukaan buah lebih besar dari 10-20 persen. Bercak terus berkembang memasuki katageri 3, 4 dan 5 dimana seluruh permukaan buah telah tertutupi semua oleh bercak-bercak dan berwarna coklat kehitaman. Dari hasil sidik ragam ternyata hanya konsentrasi pelarut tepung sirih yang berbeda nyata sedangkan pengaruh lama perendaman dan intraksi konsentrasi pelarut dan lama perendaman berbeda tidak nyata. Hasil uji BNT pngaruh konsentrasi pelerut tepung sirih terhadap priode inkubasi disajikan ada Tabel 1 Tabel 1. Pengaruh konsentrasi pelarut tepung daun sirih terhadap priode inkubasi Penyakit antraknosa pada buah pisang ambon Konsentrasi pelarut tepung daun sirih rata-rata priode inkubasi (hari) air suling steril (kontrol/ A0) 5.17 a alkohol 40% (A1) 5.50 ab alkohol 50% (A2) 5.67 bc alkohol 60% (A3) 6.00 cd alkohol 70% (A4) 6.00 cd alkohol 96% (A5) 6.67 de Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pelarut tepung daun sirih dengan alkohol 96 persen mampu menunda priode inkubasi penyakit antraknosa hampir 2 hari walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A4 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan kontrol. Dari semua perlakuan Intensitas serangan penyakit Hasil analisis keragaman pengaruh perlakuan konsentrasi dan lama perendaman buah pisang masing-masing menunjukkan pengaruh berbeda nyata namun interaksi antara konsentrasi menunjukkan pengaruh terhadap priode inkubasi dan berbeda nyata dengan kontrol kecuali perlakuan A1 yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa senyawa kimia organik aktif yang terkandung dalam tepung sirih dapat dilarukan dengan menggunakan alkohol. pelarut tepung daun sirih dan lama perendaman tidak berbeda nyata. Hasil uji BNJ pengaruh perlakuan konsentrasi dan lama perendaman terhadap intensitas seranga antraknosa pada buah pisang 120

dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut: Tabel 2. Pengaruh konsentrasi pelarut tepung daun sirih terhadap intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah pisang ambon Konsentrasi pelarut tepung daun sirih intensitas serangan (%) alkohol 70% (A5) alkohol 60% (A4) alkohol 50% (A3) 34.84 a 46.92 ab 55.18 abc alkohol 40% (A4) 59.23 bcd alkohol 96% (A5) 75.29 cde air suling steril (kontrol/ A0) 83.18 e Dari Tabel 2 terlihat bahwa semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol kecuali perlakuan konsentrasi pelarut 96%. Intensitas serangan antraknosa pada buah pisang terendah di dapat pelarut tepung daun sirih dengan menggunakan alkohol 70% yaitu sebesar 34.84 % berbeda nyata dengan perlakuan menggunakan alkohol 40% dan 96% tetapi tidak berbeda nyata dengan pelarut menggunakan alkohol 60% dan 50%. Tabel 3. Pengaruh lama perendaman dalam larutan tepung daun sirih terhadap Intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah pisang ambon Lama perendaman intensitas serangan (%) 10 menit 52.50 a 1 menit 65.80 b 121

Pada Tabel 3, terlihat bahwa semakin lama perendaman maka makin effektif ektrak daun sirih menekan intensitas serangan penyakit antraknosa pada pisang ambon. Dalam penelitian ini terlihat bahwa pelarut tepung daun sirih menggunakan alkohol lebih effektif dalam menekan infeksi dan perkembangan C. musae dibanding dengan apabila pelarutnya hanya air suling. Hal ini diduga alkohol dapat melarutkan kandungan senyawasenyawa yang bersifat fungistatik dibanding dengan air suling. Senyawasenyawa yang terkandung dalam daun sirih sebagian besar adalah senyawa fenol dan senyawa kimia organik yang sukar larut (Wijayakusuma, 1992 dan Fessenden,1989). Alkohol merupakan salah satu pelarut organik senyawa fenol dan asam organik. Dengan perendaman selama 10 menit, kemungkinan dapat memberikan waktu bagi senyawa-senyawa yang terkandung tepung daun sirih meresap kedalam jaringan kulit pisang sehingga mampu menekan infeksi dan perkembangan C. musae, patogen penyakit antraknosa pada buah pisang Daftar pustaka Fessenden. R. J. Dan J. Fessenden. 1989. Kimia organik. Ditrjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjatmaka. Edisi 3. University of Mountana. Erlangga Jakarta. Kartasapoetra, A. G. 1990. Budidaya tanaman berkhasiat obat. Rineka Cipta Jakarta. Murtiningsih, W. 1998. Penyakit pascapanen pisang. Warta penelitian dan pengembangan pertanian. Departemen Pertanian ambon. Keberhasilan suatu senyawa kimia aktif dalam menekan serangan penyakit bergantung keberhasilan patogen menginfeksi jaringan, kecepatan perkembangan penyakit, suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya serta kemampuan senyawa kimia masuk ke dalam jaringan tanaman. Dalam penelitian ini perlakuan pelarutan tepung daun sirih dalam alkohol 70 persen dan perendaman selama 10 menit menunjukkan hasil yang terbaik dalam menekan infeksi dan perkembangan penyakit antraknosa pada pisang. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat dsimpulkan bahwa: 1. Alkohol 70 persen merupakan konsentrasi pelarut tepung daun sirih yang terbaik. 2. Perendaman buah pisang dalam larutan tepung daun sirih selama 10 menit, effektif menekan infeksi dan perkembangan C. musae patogn antraknosa pada pisang. Republik Indonesia, volume XX no.1. Pathak, V. N. 1980. Disease of fruit crops. Departemen of plant phatology college of agriculture. Oxford and IBH publishing o. New Delhi. Tjitrosoepomo, G. 1984. Pengantar pengelolaan hama terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Wijayakusuma, H. 1992. Tanaman berkhasiat obat. Kartini Jakarta. 122