5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

dokumen-dokumen yang mirip
4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

C E =... 8 FPI =... 9 P

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL. 4.1 Kondisi Perikanan Ikan Layang di Maluku Utara

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE 56 GT DI KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA KARTA JAYA HATORANGAN TAMBUNAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

PENDUGAAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT DAN TINGKAT KERAGAAN EKONOMI PENANGKAPAN IKAN (KASUS DI TPI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG)

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS BIOEKONOMI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWEPT AREA DAN GORDON-SCHAEFER DI PERAIRAN DEMAK

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Purse Seine Jenis-jenis purse seine

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN 5.1 Tingkat pemanfaatan sumberdaya dan peluang pengembangannya di Maluku

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

METODE PENELITIAN. Sumatera Utara. Peta lokasi disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Peta lokasi perairan Sibolga (Sumber : ArcMap)

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

3. METODE PENELITIAN

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

Lampiran 1 Layout PPN Prigi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

' Alumni Pascasarjana Teknologi Kelautan IPB.

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

4 HASIL. Gambar 18 Grafik kurva lestari ikan selar. Produksi (ton) Effort (trip) MSY = 5.839,47 R 2 = 0,8993. f opt = ,00 6,000 5,000 4,000

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

3 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAMPULO

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

5 PEMBAHASAN 5.1 Fluktuasi Hasil Tangkapan ( Catch ) Ikan Lemuru

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN (Catching Unit Studies of Purse Seine in Ocean Fishing Port of Belawan)

KAPAL IKAN PURSE SEINE

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN. Model merupakan abstraksi atau simplifikasi dari dunia nyata. Model

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

OPTIMISASI PERIKANAN PURSE SEINE DI PERAIRAN LAUT SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA HASAN HARAHAP

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

Transkripsi:

37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat bantu penangkapan dan metode pengoperasian alat tangkap. 5.1.1 Unit penangkapan purse seine 1 Alat tangkap purse seine Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan yang ada di Sibolga selain bubu. Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga relatif konstan dimana sejak tahun 2000 sampai 2002 tidak mengalami pertambahan yaitu sebanyak 204 unit. Pada tahun 2003 mengalami pertambahan sebanyak 49 unit menjadi 253, tetapi pada tahun 2004 tidak mengalami pertambahan lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8. Jumlah (unit 300 250 200 150 100 50 0 253 253 204 204 204 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 2000-2004. Purse seine yang dioperasikan oleh para nelayan Sibolga memiliki konstruksi yang hampir sama dengan purse seine yang dioperasikan oleh para nelayan yang ada di daerah lain di Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya jaring purse seine yang digunakan memiliki panjang antara 500 1000 meter dengan lebar rata-rata 50 meter. Srampad (selvadge) terdapat pada bagian atas, samping kiri/kanan dan bawah dari pukat cincin yang bertujuan untuk memperkuat pukat

38 cincin sewaktu dioperasikan (terutama pada waktu hauling). Srampad ini juga terbuat dari bahan polyethylene dengan ukuran mata 2 inchi. Bahan utama pembuat jaring purse seine adalah polyamide dengan ukuran mata jaring berkisar antara 3-4 cm. Tali ring berfungsi untuk menggantungkan cincin yang terdapat pada bagian tali ris bawah, tali ini terbuat dari polyethylene dengan diameter 15 mm dengan panjang 100 meter. Sedangkan tali kolor (purse line) berguna untuk mengkerucutkan pukat cincin pada bagian bawah pada saat hauling setelah pukat tersebut selesai dilingkarkan. Apabila seluruh ring telah terkumpul maka cincin pada bagian bawah akan berkumpul menjadi satu dan akan membentuk seperti lingkaran. Panjang tali ini kolor ini bisa mencapai 1,5 kali panjang alat tangkap purse seine Pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine berwarna putih atau coklat dengan ukuran diameter 11 cm dan panjang 20 cm. Pelampung ini terbuat dari bahan polyvinyl chloride. Gambaran umum berikut komponen alat tangkap purse seine di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 3. Para nelayan purse seine di Sibolga dalam mengoperasikan alat tangkapnya dalam satu trip membutuhkan 4 hari operasi. Dalam satu bulan mereka mampu melakukan operasi penangkapan sebanyak 5 trip. Jumlah trip yang dapat dilakukan dalam setahun adalah sebanyak 50 trip, karena alat tangkap tersebut hanya dapat dioperasikan selama 10 bulan dalam setahun. Karena pada saat tertentu para nelayan tidak pergi melaut disebabkan karena adanya musim badai dan pada waktu tersebut pada umumnya mereka melakukan docking untuk melakukan perawatan serta perbaikan terhadap armada purse seine. Pada saat musim puncak, jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan di sana rata-rata sebanyak 15 trip, musim sedang 25 trip dan musim paceklik 10 trip. (2) Kapal purse seine Untuk menangkap ikan pelagis kecil yang terdapat di perairan Sibolga nelayan purse seine menggunakan kapal dengan ukuran 30-50 GT yang dilengkapi dengan alat bantu penangkapan seperti fish finder. Untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul pada suatu area mereka menggunakan lampu halogen yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal.

39 Bahan utama pembuat kapal tersebut adalah dari kayu yang terdapat di sekitar daerah Sibolga. Adapun jenis-jenis kayu yang digunakan adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Umumnya kapal purse seine yang ada di sana memiliki panjang 15-22 meter dengan lebar 3,5 5 meter dan tinggi (dalam) 2 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki tonase 30-50 GT dengan mesin utama kapal berkekuatan 120 sampai 300 PK, dengan merek yang berbeda seperti Yanmar, Nissan, dan Mitsubishi. Kapal purse seine itu memiliki beberapa ruangan yaitu ruang palka, ruang mesin, ruang kemudi dan gudang. Ruang palka terdapat pada haluan bagian bawah, sedangkan gudang terdapat pada bagian belakang (buritan). Ruang kemudi terdapat pada bagian tengah kapal. Gambaran umum dari bentuk kapal purse seine yang ada di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 4. (3) Nelayan Sebagaimana bentuk usaha yang lain, pada kapal purse seine juga terdapat tenaga kerja atau anak buah kapal (ABK) yang bertugas untuk menjalankan kegiatan penangkapan ikan. Jumlah ABK tersebut sekitar 17 orang. Pembagian tugas masing-masing ABK dan komposisi jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pembagian tugas dan keuntungan pada kapal purse seine di Sibolga No. Pembagian pendapatan Keuntungan (40 %) Perincian tugas Jumlah (orang) Bagian/ABK Jlh bagian 1 juru mudi 1 2 2 4.32 2 juru mesin 1 1,5 1.5 3.24 3 penata pelampung 2 1 2 4.32 4 Penarik pelampung 2 1 2 4.32 5 penarik jaring 8 1 8 17.30 6 penata pemberat 1 1 1 2.16 7 penata tali kolor 2 1 2 4.32 Jumlah 17 18.5 40.00 Ikan-ikan yang telah ditangkap kemudian dijual ke tempat pendaratan ikan. Sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan ABK adalah 60 : 40. Dari bagian yang 40 tersebut masing-masing juru mudi mendapat 2 bagian, juru mesin mendapat 1,5 bagian dan ABK mendapatkan 1 bagian (Tabel 2)

40 (4) Alat bantu penangkapan Dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan purse seine di Sibolga menggunakan alat bantu fish finder,lampu dan rumpon. Fish finder digunakan untuk mencari daerah gerombolan ikan yang terdapat di perairan. Lampu digunakan untuk menarik perhatian ikan agar terkonsentrasi dan berkumpul pada suatu catchable area. Lampu sangat efektif digunakan pada malam hari, karena tingkah laku ikan yang hidup pada daerah permukaan (ikan pelagis) memiliki sifat phototaksis positif yang berarti bahwa ikan-ikan pelagis akan terpengaruh dengan adanya cahaya. Jadi ikan-ikan yang masih jauh berada dari catchable area akan mendekat menuju tempat sumber cahaya. Rumpon juga memiliki fungsi yang sama dengan lampu yaitu untuk mengumpulkan ikan pada suatu catchable area. Umumnya rumpon digunakan pada siang hari. 5.1.2. Metode pengoperasian purse seine Sebelum melakukan kegiatan penangkapan, para nelayan terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama operasi penangkapan mulai berangkat dari fishing base menuju fishing ground dan kembali ke fishing base. Nelayan yang ada di Sibolga tidak memiliki suatu daerah fishing ground tertentu tetapi mereka mendeteksi suatu gerombolan ikan berdasarkan fish finder. Tetapi berdasarkan pengalaman, mereka sudah bisa melihat bahwa dalam suatu perairan tertentu banyak terdapat ikan. Hal ini ditandai dengan adanya tandatanda alam seperti terdapat burung camar di atas permukaan perairan, adanya buih di tengah-tengah perairan. Apabila tanda-tanda alam tersebut sudah ditemukan, maka nelayan akan bersiap-siap untuk melakukan setting (penurunan alat tangkap ke perairan). Untuk mengumpulkan ikan yang masih jauh dari daerah catchable area maka lampu dinyalakan sekitar 40 menit. Setelah ikan mulai terkumpul, secara perlahan-lahan lampu akan dipadamkan. Setelah dilakukan pemadaman lampu barulah dilakukan setting. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan setting adalah arah renang dan kecepatan renang dari ikan tersebut. Penentuan ini harus cepat ditentukan mengingat ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan pelagis yang memiliki kemampuan renang yang cepat. Kemampuan renang ikan yang cepat itu

41 bertujuan untuk bisa memburu mangsa serta untuk menghindarkan diri dari predator. Apabila kegiatan setting telah selesai dilakukan, barulah tali kolor ditarik, sehingga bagian bawah dari jaring tersebut mengkerucut sehingga ikan akan terkumpul pada bagian kantong dari jaring. Ikan-ikan yang terdapat pada kantong tersebut diangkat dengan menggunakan serok ke atas kapal, kemudian dimasukkan ke dalam palka. Apabila hasil tangkapan sudah mencukupi (± 2 ton), maka kegiatan penangkapan tidak akan dilakukan lagi. Tetapi jika hasil tangkapan masih dirasa kurang, maka dicari fishing ground yang baru dan dilakukan setting lagi. Setelah kegiatan penangkapan selesai baru kembali menuju fishing base. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.

42 Mulai Fishing base Mencari fishing ground Tiba di Fishing ground Penyalaan lampu ± 1 jam Pemadaman lampu secara bertahap ± 30 menit Setting ± 1 jam Hauling ± 1 jam Pengangkatan hasil tangkapan Penanganan hasil tangkapan Tidak Kurang ± 2 ton? Ya Selesai Gambar 9. Metode pengoperasian purse seine

43 5.2.Aspek Biologi Aspek biologi ini digunakan untuk melihat tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, sehingga menghasilkan jumlah hasil tangkapan yang maksimum dan berkelanjutan (tanpa merusak kelestarian sumberdaya ikan). Oleh karena itu perlu diketahui nilai maximum sustainable yield (MSY) yang menunjukkan jumlah potensi lestari yang boleh ditangkap, sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap sumberdaya yang ada. Pada aspek biologi ini, yang akan dibahas adalah mengenai hasil tangkapan dan fungsi produksi lestari ikan pelagis kecil. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan data tentang produksi serta upaya penangkapan (effort) serta CPUE dari beberapa jenis alat tangkap yang menangkap ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga. Data tersebut berupa data time series lima tahun terakhir yaitu tahun 2000-2004. Perkembangan produksi, effort dan CPUE dapat dilihat pada Gambar 10serta Lampiran 5 dan 6. Perkembangan produksi, upaya penangkapan (effort) dan CPUE tahun 2000-2004 berfluktuasi dan cenderung menurun. Produksi ikan pelagis kecil paling tinggi di Sibolga terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 32.087,4 ton, dengan jumlah CPUE sebesar 1, 47 ton/trip. Produksi terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 16.3999 ton /tahun dengan nilai CPUE sebesar 0,9 ton/trip. 35000 2 30000 Produksi (ton/t Effort (trip) 25000 20000 15000 10000 1.5 1 0.5 CPUE (ton/tr 5000 0 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun CPUE (ton/trip) Produksi (ton/thn) Total effort 0 Gambar 10. Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil, upaya penangkapan (effort) serta CPUE dari gabungan alat tangkap ikan pelagis kecil di kota Sibolga tahun 2000-2004.

44 Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,53 ton/trip dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 0,9 ton/trip. Jumlah total produksi ikan pelagis kecil yang ditangkap oleh gabungan seluruh alat tangkap selama lima tahun adalah sebesar 125.904,2 ton, dengan rata-rata produksi untuk setiap tahunnya sebesar 25.180,84 ton /tahun Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang kecenderungan produktivitas dari gabungan seluruh alat tangkap, harus diketahui hubungan antara CPUE dengan effort. Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (effort) dapat digambarkan pada Gambar 11. CPUE (Kg/tr 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 y = -0.0052x + 1206.5 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Effort (trip) Hub. CPUE dan Effort Garis trend Gambar 11. Hubungan antara CPUE dengan effort untuk penangkapan ikan pelagis kecil dari gabungan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun 2000-2004. CPUE merupakan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya (effort). Hubungan antara kedua parameter tersebut memiliki korelasi negatif, yang berarti semakin tinggi jumlah effort maka akan menyebabkan penurunan nilai CPUE. Nilai produksi maksimum lestari (C MSY ) ikan pelagis dengan menggunakan alat tangkap yang telah distandarisasi adalah sebesar 70.200,36 ton/tahun. Nilai ini menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari ikan pelagis yang boleh ditangkap di perairan laut Sibolga. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program MAPLE 8 dapat pula diketahui upaya penangkapan yang optimum (E MSY ) yaitu sebesar 116.366 trip/tahun. Upaya

45 penangkapan tersebut merupakan gabungan dari beberapa jenis alat tangkap yang terdiri dari purse seine, bagan perahu, jaring insang hanyut dan jaring insang tetap Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan ikan dengan produksi ikan pelagis di perairan laut Sibolga dari gabungan alat tangkap dapat dilihat pada Gambar 12. 70000 CMSY = 70.200,36 ton/thn 60000 50000 Produksi (ton) 40000 30000 2002 2000 2001 20000 2004 10000 2003 EMSY = 116.366 trip/thn 0 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 220000 240000 Effort (Trip) Gambar 10. Hubungan antara hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan upaya penangkapan (effort) dari gabungan seluruh alat tangkap di perairan laut Sibolga. Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan purse seine dengan hasil tangkapan ikan pelagis membentuk parabola sempurna (fungsi kuadratik) yang berarti bahwa setiap adanya penambahan tingkat upaya penangkapan (E) akan menghasilkan jumlah hasil tangkapan (C) yang bertambah pula sampai mencapai titik maksimum. Tetapi apabila terjadi penambahan upaya yang terus menerus berlanjut setelah melampaui titik maksimum tersebut, maka akan terjadi penurunan hasil tangkapan. 5.2.1 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan (DPI)

46 Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu daerah dimana banyak terdapat gerombolan ikan. Para nelayan purse seine di Sibolga menggunakan alat bantu fish finder dan rumpon untuk menentukan daerah penangkapan yang potensial dalam kegiatan penangkapan. Tanda-tanda alam yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu daerah penangkapan adalah adanya burung yang terbang di atas perairan dan sesekali burung tersebut menukik ke dalam perairan untuk mendapatkan ikan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan para nelayan yang ada di Sibolga, pada umumnya mereka tidak memiliki daerah fishing ground untuk melakukan penangkapan ikan. Tetapi mereka menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pada pengalaman mereka saja. Para nelayan tersebut biasanya melakukan penangkapan di sekitar pulau Mursala, Pantai Barat Sumatera yang meliputi daerah Padang, Aceh dan ada juga yang sampai ke Bengkulu. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di sana berlangsung sepanjang tahun. Musim puncak untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan umumnya terjadi pada bulan Pebruari sampai Mei. Pada bulan Juni sampai bulan Oktober merupakan musim sedang dimana jumlah hasil tangkapan tidak terlalu banyak. Sedangkan musim paceklik berlangsung antara November sampai Januari. 5.2.2 Jenis hasil tangkapan Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan purse seine di Sibolga adalah ikan pelagis khususnya ikan pelagis kecil. Jenis ikan yang tertangkap bermacam macam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tangkahan-tangkahan (tempat pendaratan ikan) yang ada di Sibolga dapat diketahui bahwa jenis ikan yang tertangkap pada umumnya adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan kembung (Rastrelliger Sp), ikan layang (Decapterus russelli), ikan tembang (Fringescale sardinella), dan ikan selar (Selar crumenopthalmus). 5.3 Aspek Bio-ekonomi Pendugaan parameter biologi hanya digunakan untuk melihat nilai C MSY dan E MSY, sehingga belum bisa menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara ekonomi. Oleh karena itu digunakan model bio-ekonomi model Gordon-

47 Schaefer dengan cara memasukkan harga ikan per kg (p) yang dikalikan dengan produksi hasil tangkapan kemudian dikurangi biaya keseluruhan (total cost). Aspek ini bertujuan untuk melihat berapa keuntungan maksimum yang bisa dihasilkan dari usaha penangkapan ikan pelagis kecil. Hasil tangkapan purse seine menunjukkan produksi ikan pelagis pada tingkat upaya tertentu. Pada saat produksi dalam keadaan rendah/menurun, tentu para nelayan akan berusaha menambah jumlah upaya sehingga akan menimbulkan jumlah penerimaan yang bertambah pula. Perlu diketahui bahwa penambahan tingkat upaya akan menyebabkan terjadinya penambahan biaya juga. Untuk dapat mengetahui berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan purse seine per trip dan per tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pembiayaan operasional nelayan purse seine per trip dan per tahun di Sibolga No. Uraian Satuan Nilai Nilai Akhir 1 Biaya Operasional Nelayan Per trip Solar Rp./trip 800.000 800.000 Oli Rp./trip 100.000 100.000 Minyak tanah Rp./trip 100.000 100.000 Ransum Rp./trip 1.000.000 1.000.000 Es Rp./trip 250.000 250.000 Sub Total Rp./trip 2.250.000 2 Biaya Operasional Tahunan Biaya Operasional Rp./tahun 112.500.000 Biaya Retribusi Rp./tahun 7.256.250 Total Biaya Operasional Rp./tahun 119.756.250 Sumber : Data primer (2004) Untuk memprediksi keuntungan maksimum yang bisa diperoleh haruslah diketahui harga ikan pelagis hasil tangkapan purse seine. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada nelayan dapat diketahui bahwa harga ikan berbeda, tergantung pada permintaan konsumen dan musim ikan. Harga ikan di Sibolga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, harga ikan pada musim puncak yaitu sebesar Rp 5000 per kg, harga pada saat musim sedang sebesar Rp 6000 per kg dan harga ikan pada musim paceklik sebesar Rp 7000 per kg. Harga ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan rata-rata yaitu Rp 6.000. Harga ikan pada musim puncak lebih rendah dari pada musim sedang dan paceklik, hal ini disebabkan karena produksi pada saat musim ini tinggi.

48 Jumlah produksi, trip (effort), penerimaan, biaya dan keuntungan dari gabungan alat tangkap pada kondisi aktual, MSY, MEY dan open acces dapat dilihat Lampiran 7, sedangkan untuk alat angkap purse seine dapat dilihat pada Lampiran 8. Kondisi aktual adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan pengelolaan perikanan yang terjadi pada saat sekarang, yaitu yang terjadi lima tahun terakhir. Kondisi MSY adalah kondisi yang menggambarkan tentang jumlah produksi maksimum yang boleh ditangkap secara berkelanjutan tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Kondisi MEY adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan yang dapat memberikan keuntungan optimum tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Sedangkan kondisi open acces menjelaskan tentang keadaan perikanan, dimana setiap orang bebas melakukan kegiatan penangkapan (terbuka bagi siapa saja yang ingin melakukan kegiatan penangkapan). Pada kondisi inilah jumlah keuntungan yang diperoleh hanya mampu meutupi biaya operasional (break even point). Jumlah produksi dari gabungan seluruh alat tangkap dan alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 13 dan Lampiran 7 dan 8. Produksi (to 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 25180.84 13471 70200.36 37555 63418.97 33927 60149.28 AKTUAL MSY MEY Open Acces Kondisi 32178 Total Purse seine Gambar 13. Jumlah produksi dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di perairan Sibolga. Hasil tangkapan yang diperoleh pada kondisi MSY di kota Sibolga tahun 2000-2004 sebesar 70.200 ton. Hasil tangkapan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada saat konsisi pengelolaan aktual, MEY dan open acces. Hasil tangkapan ikan pada kondisi MSY merupakan hasil tangkapan maksimum lestari. Pengelolaan sumberdaya ikan dari ketiga kondisi di

49 atas tidak boleh melewati produksi maksimum lestari karena akan mengakibatkan sumberdaya ikan pelagis menjadi tidak berkelanjutan untuk pengelolaan di masa yang akan datang (sustainable) Jika dilihat dari jumlah produksi alat tangkap purse seine pada masingmasing kondisi dapat diketahui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari nilai MSY ikan pelagis kecil di Sibolga. Oleh karena itu harus dicari bagaimana cara mengoptimalkan jumlah produksi tersebut. Pada masing-masing kondisi (MEY, MSY dan open acces) purse seine memberikan kontribusi yang cukup besar untuk dapat meningkatkan produksi agar sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebesar 53,50 %, bagan perahu sebesar 35,05 %, alat tangkap jaring insang hanyut sebesar 0,99 % dan jaring insang tetap sebesar 10,46 %. Perbandingan upaya penangkapan antara seluruh alat tangkap dengan alat tangkap purse seine pada kondisi aktual, MSY, MEY dan Open acces dapat dilihat pada Gambar 14 dan Lampiran 7 dan 8. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa jumlah upaya penangkapan yang dilakukan oleh seluruh alat tangkap di kota Sibolga pada kondisi pengelolaan open acces sebesar 160.398 trip per tahun. Jumlah upaya (trip) pada kondisi ini lebih besar daripada ketiga kondisi aktual, MEY dan MSY karena siapa saja bebas untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan. Kemudian kondisi yang paling tinggi setelah open acces adalah pada kondisi pengelolaan MSY dimana jumlah tripnya adalah sebesar 116.366 trip per tahun. Nilai ini lebih besar daripada jumlah trip pada saat MEY dan aktual dimana jumlah trip pada saat MEY adalah sebesar 80.199 trip dan pada saat aktual sebanyak 23.370 trip

50 Effort (trip/t 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 23370 12502 116366 62254 80199 42905 160398 AKTUAL MSY MEY Open Acces Kondisi 85810 Total Purse seine Gambar 14. Jumlah effort dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di Sibolga. Jumlah trip (upaya) dari alat tangkap purse seine pada kondisi aktual adalah sebanyak 12.502 trip per tahun. Jumlah ini masih jauh dari jumlah trip pada saat MSY dimana jumlah trip purse seine pada kondisi ini adalah sebanyak 62.254 trip/tahun. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk penambahan upaya penangkapan. Pada kondisi open access jumlah trip purse seine adalah sebanyak 85.810. Apabila kegiatan usaha penangkapan ikan masih terus dilakukan hingga melewati nilai ini, maka kegiatan usaha tersebut akan mengalami kerugian. Keuntungan usaha perikanan pelagis pada saat kondisi aktual, MSY, MEY dan Open Acces dapat dilihat pada Gambar 15 dan Lampiran 7 dan 8. Gambar tersebut menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi yang diperoleh dari ikan pelagis kecil yang ditangkap oleh seluruh alat tangkap adalah pada tingkat MEY yaitu sebesar Rp 200.066,04 juta. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan optimum diperoleh pada kondisi tersebut tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Nilai keuntungan ini akan terus berkurang sampai mencapai nilai titik pulang modal (break even point) yaitu pada kondisi pengelolaan open acces. Apabila upaya penangkapan ikan terus menerus dilakukan sehingga melewati nilai titik pulang modal maka akan mengakibatkan kerugian bagi nelayan.

51 250000 200066.04 Keuntunga (juta rupia 200000 150000 100000 98502.08 159378.65 52697 85259 107026 50000 0 0 0 AKTUAL MSY MEY Open Acces Kondisi Total Purse seine Gambar 15. Jumlah keuntungan dari gabungan seluruh alat tangkap dengan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di Sibolga. Untuk alat tangkap purse seine jumlah keuntungan tertinggi diperoleh pada kondisi MEY juga, dimana jumlah keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 107.025,75 juta. Selanjutnya pada saat open acces, nelayan tidak memperoleh keuntungan lagi. Untuk melihat hubungan antara total penerimaan dan biaya penangkapan dari keseluruhan alat tangkap untuk menangkap ikan pelagis kecil dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan pelagis kecil pada kondisi saat ini masih berada di bawah kondisi MEY dan MSY. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat upaya penangkapan (effort) yang masih berada di bawah kondisi MEY dan MSY. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Sibolga masih belum optimum. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk memanfaatkan sumberdaya ikan tersebut.

52 80000 70000 MEY MSY Open acces TC 60000 Produksi (Ton/thn) 50000 40000 30000 aktual TR 20000 10000 0 0 25000 50000 75000 100000 125000 150000 175000 200000 225000 Effort (Trip/thn) Gambar 16. Keseimbangan Bio-ekonomi Gordon Schaefer untuk pengelolaan ikan pelagis kecil dari gabungan alat tangkap di kota Sibolga. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimum, maka pemanfaatan sumberdaya ikan perlu dibatasi pada kondisi maximum economic yield. Hal ini disebabkan karena tingkat pengupayaan pada keadaan ini akan memberikan keuntungan yang optimum dan efisien serta tidak akan menyebabkan terjadinya kepunahan sumberdaya ikan akibat adanya upaya penangkapan yang berlebihan. Jumlah effort pada kondisi aktual, yaitu sebesar 23.370 trip/tahun masih jauh di bawah jumlah effort pada kondisi MSY (116.366 trip/tahun dan MEY (80.199 trip/tahun). 5.4 Analisis Finansial Berdasarkan analisis finansial yang meliputi : Net Present Value(NPV), Internal Rate of Return, Net benefit-cost ratio, Payback period, usaha perikanan purse seine di perairan laut Sibolga layak untuk dikembangkan. Untuk menentukan kelayakan usaha, pendapatan para ABK juga perlu dipertimbangkan. Sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan para ABK adalah 60:40. Jumlah pendapatan yang didapatkan oleh masing-masing ABK berkisar Rp 7.870.135/tahun jumlah pendapatan yang diperoleh dari ABK tersebut lebih besar daripada upah minimum kabupaten (UMK) di Sibolga yaitu Rp 6.000.000/tahun.

53 Adapun nilai masing-masing indikator tersebut dapat dilihat Tabel 4. Sedangkan perhitungan masing-masing indikator finansial dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 4. Nilai perhitungan dari analisis finansial No. Indikator Nilai Syarat kelayakan Keputusan 1. NPV Rp 79081971.24 > 0 Layak 2. IRR 24,87 % > discount rate (22%) Layak 3. Net B/C ratio 1,26 > 1 Layak 4. Payback period 5 tahun < 10 tahun Layak 5.5 Alokasi Unit Penangkapan Purse seine Agar kelestarian sumberdaya ikan tetap lestari, maka perlu dilakukan suatu pengelolaan agar pemanfaatan sumberdaya ikan bisa mencapai titik optimum. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kontrol terhadap upaya penangkapan, jumlah produksi serta penentuan daerah penangkapan yang tepat. Analisis jumlah purse seine yang optimum dilakukan untuk dapat mengetahui jumlah alat tangkap yang optimum yang sesuai dengan jumlah sumberdaya yang ada. Untuk mengetahui alokasi jumlah optimum alat tangkap terutama purse seine dalam memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis tanpa harus merusak kelestarian sumberdaya yang ada, dilakukan optimisasi dengan menggunakan program linear goal programming. Adapun tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam proses optimasi ini adalah sebagai berikut : (1) Memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil hingga mencapai nilai yang optimum sesuai dengan jumlah produksi pada kondisi MEY. Formulasi matematikanya adalah : da1 + 62672,94 X1 + 68350,76 X2 + 25180,38 X3 + 43527,38 X4 >= 6341897 (2) Meminimalkan kendala (constraint) yang ada dalam mengoptimalkan produksi sesuai dengan C MSY, jumlah trip sesuai dengan E MSY, BBM dan es sesuai dengan stok yang tersedia dan mengoptimalkan pendapatan yang berpatokan pada BEP. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai serta serta kendala yang ada, maka pertidaksamaan dibangun untuk menyelesaikan masalah ini. Dalam rangka menentukan alokasi unit penangkapan dalam memanfaatkan ikan pelagis kecil

54 digunakan beberapa faktor pembatas seperti jumlah BBM, trip, es dan keuntungan. Bentuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut : Minimumkan Z = da1 + da2 + da3 + da4 + db5 Dengan faktor kendala sebagai berikut : da1 + 62672.94 X1 + 68350.76 X2 + 25180.38 X3 + 43527.38 X4 <= 63.418.970 da2 + 11276X1 + 5130X2 + 4674X3 + 6511X4 <= 5.012.397 da3 + 54X1 + 171X2 + 234X3 + 326 X4 <= 801.999 da4 + 1532X1 + 0X2 + 0X3 + 0X4 <= 469.786 db5 + 236698X1 + 3483 X2 + 6016 X3 + 7992 X4 >= 200.066.000,04 Keterangan : da1 = simpangan terhadap jumlah produksi da2 = simpangan terhadap jumlah BBM da3 = simpangan terhadap jumlah trip da4 = simpangan terhadadap jumlah es db5 = simpangan terhadap jumlah pendapatan x1 = jumlah alat tangkap purse seine x2 = jumlah alat tangkap bagan perahu x3 = jumlah alat tangkap jaring insang hanyut x4 = jumlah alat tangkap jaring insang tetap a11 = jumlah produksi purse seine a12 = jumlah produksi bagan perahu a13 = Jumlah produksi jaring insang hanyut a14 = Jumlah produksi jaring insang tetap a21 = jumlah BBM yang dibutuhkan oleh purse seine a22 = jumlah BBM yang dibutuhkan oleh bagan perahu a23 = jumlah BBM yang dibutuhkan oleh jaring insang hanyut a24 = jumlah BBM yang dibutuhkan oleh jaring insang tetap a31 = jumlah trip yang dilakukan oleh purse seine a32 = jumlah trip yang dilakukan oleh bagan perahu a33 = jumlah trip yang dilakukan oleh jaring insang hanyut a34 = jumlah trip yang dilakukan oleh jaring insang tetap a41 = jumlah es yang dibutuhkan oleh purse seine a42 = jumlah es yang dibutuhkan oleh bagan perahu a43 = jumlah es yang dibutuhkan oleh jaring insang hanyut a44 = jumlah es yang dibutuhkan oleh jaring insang tetap a51 = Nilai BEP purse seine a52 = Nilai BEP bagan perahu

55 a53 = Nilai BEP jaring insang hanyut a54 = Nilai BEP jaring insang tetap Hasil perhitungan sebagaimana disajikan pada Lampiran 12 dan Lampiran 13 maka diperoleh jumlah unit purse seine, bagan perahu, jaring insang hanyut dan jaring insang tetap sebagimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan nilai optimal beberapa parameter yang dioptimasi berikut rencana perubahan dan pengurangannya. No Alat tangkap Nilai optimal Aktual Rencana (unit) (unit) Penambaha n (unit) 1. Purse seine 307 253 54 0 2. Bagan perahu 80 80 0 0 3. J.Insang hanyut 141 7 134 0 4. J. insang tetap 52 52 0 0 Pengurangan (unit) Untuk mengoptimumkan kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga sebaiknya dilakukan penambahan jumlah armada dimana untuk nilai X1 (purse seine) mengalami pertambahan dari jumlah awalnya yaitu sebanyak 54 unit menjadi 307 unit.. Untuk nilai X2 (bagan perahu) tidak mengalami pertambahan jumlah yakni masih tetap dengan jumlah jumlah 80 unit. Tetapi untuk nilai X3 (jaring insang hanyut) mengalami pertambahan jumlah dengan nilai optimal 141 unit. Sedangkan nilai X4 (jaring insang tetap) tidak mengalami pertambahan, dimana jumlahnya masih tetap 52 unit.